Tanah Lot 24 Juni 2014. Perlahan lahan pesawat meninggalkan landasan pacu, bergerak pelan dan semakin cepat. Dan pada satu titik buru...

Bali dan Sepiku

Tanah Lot 24 Juni 2014.
Perlahan lahan pesawat meninggalkan landasan pacu, bergerak pelan dan semakin cepat. Dan pada satu titik burung besi ini benar-benar mengambang di udara. Sejengkal demi sejengkal dan akhirnya kita berada dalam ketinggian tertentu menyisakan siluet dan gemerlapnya lampu-lampu kota Denpasar. Semakin mengecil, mengecil dan akhirnya sempurna menghitam tertutup awan gelap.
Tatapanku nanar menatap keluar jendela, hampa. Sejumput hatiku tertinggal di Bali.   Penerbangan 50 menit, kugunakan untuk kembali merenungi ada dan kenapa aku di sini ?. pernahkah kalian berpikir, kenapa kalian berada dalam suatu waktu atau terjebak dalam suatu kondisi yang kalian sendiri tidak pernah tahu alasan dan jawabannya. Dua hari di Bali, tidak saja memberiku ruang untuk melihat dunia-dunia lain di luar dunia yang telah kuanggap mapan dalam hatiku selama ini. Dua hari ini juga kembali  memberiku pemahaman, bukan apa-apa, bukan siapa-siapa penyebab kesedihan berkepanjanganku selama ini. Kuraba dalam hati dan kutemukan jawabannya di sana. “Aku Kesepian”


Ditulis dalam suatu perjalanan menyedihkan, di atas ketinggian 2600 kaki.
Denpasar-Surabaya 25 Juli 2014. 09.40 pm
Air Asia.

*Untuk Adikku tersayang, maaf saya belum bisa menjadi kakak yang baik. Saya hanya berusaha untuk lebih peduli.
*Thanks untuk Hotel Adhita, Jl Nangka Selatan No 57 Denpasar.

0 komentar: