There is a saying:
yesterday is a history, tomorrow is a mystery,
but today is a gift. That
is why it is called the “present”.
—Master Shifu, Kung Fu Panda
Kontemplatif I:
Kapan terakhir kita berdiam
diri. Tidak melakukan apa-apa, tidak facebookan, twiteran, BBMan, SMSan,
telpon-telponan, tidak lagi membaca buku, tidak lagi makan dan minum, tidak
lagi ngopi atau ngemil, tidak tidur, tidak memikirkan mantan pacar yang bentar
lagi menikah, tidak merisaukan masa depan yang kurang jelas. pendeknya kita
tidak melakukan apa-apa dan tidak memikirkan apa-apa. Hanya hening.
Barangkali memang kita
perlu berhenti sejenak dari segala macam rutinitas hidup yang seakan tiada
henti-hentinya. Duduk diam bersila, menenangkan diri. Biarkan otak kita yang
telah bekerja terlalu ekstra selama ini sejenak melambat. Kontemplatif.
Hening sejenak. Mungkin kita
selama ini kurang menyadari, betapa kita sebenarnya lelah, berada dalam dua
dunia yang masing-masing menuntut kita untuk terus menerus eksis dan membangun
citra diri. Di dunia nyata terlalu banyak tuntutan hidup yang harus di penuhi,
di dunia maya terlalu banyak citra diri perlu dibenahi, tidakkah semua itu
membuat kita lelah. Maka hening sejenak membantu kita untuk tersadar, bahwa banyak
kebahagiaan sederhana yang telah kita lewati begitu saja.
Kebutuhan akan eksistensi atau pengakuan
diri oleh the other menuntut kita untuk selalu berada dalam keriuhan, untuk
selalu tampil dan memoles citra diri, berada dalam kebisingan, berada dalam
keramaian. Sedemikian takutnya kita akan kehilangan penghargaan diri itu
menjadikan kita takut untuk berada di luar lingkaran, takut menjadi penonton. Kenapa
kita tidak pulang saja ke rumah, menutup jendela, menikmati apa yang kita
kerjakan. Kenapa kita harus melakukan sesuatu yang justru membuat kita susah. Sarkastis
memang, tapi pada kenyataannya kadang kita tetap melakukan sesuatu meski kita
tahu hal itu tidak baik untuk kita. Kita terlalu takut kembali kepada diri kita
sendiri. Menyepi, menyendiri.
Kita mungkin pernah melalui fase-fase
yang berat dalam kehidupan kita, terperangkap oleh kerisauan. Bayangkan ketika kita
tidur pun hati dan pikiran kita tidak ikut tidur, ketika kita menyuap makanan
ke dalam mulut kita, kita justru tidak merasakan makanan itu, kita mengunyah
tapi hati dan pikiran kita ada dalam kondisi yang berbeda dan itu ternyata
sangat menyiksa. Kita hanya butuh kembali pada diri kita sendiri, menyadari
siapa kita sebenarnya. Memahami apa yang kita lakukan sekarang, berusaha
merasakan nafas kita.
Hari ini marilah kita memulai
melakukan hal-hal baik tanpa harus terperangkap masa lalu tanpa harus ada kerisauan
masa depan. Kita hanya perlu menikmati dan menjalani hari ini dengan ringan. Menyadari
bahwa hari ini adalah satu-satunya masa saat kita benar-benar hidup
Terima kasih Tuhan untuk setiap
keheningan yang Kau anugerahkan kepadaku.
Bersambung: Kontemplatif II
Rekomendasi buku hari ini: Sejenak Hening by Adjie Silarus
0 komentar: