Autor: Andrea Hirata Paperback, 312 pages Published 2019 by Bentang Pustaka Original Title Orang-orang Biasa ISBN13978602291...

Resensi Novel Orang-Orang Biasa



Autor: Andrea Hirata
Paperback, 312 pages
Published 2019 by Bentang Pustaka
Original Title Orang-orang Biasa
ISBN139786022915249
Edition LanguageIndonesian

Jill Simmons, dalam sampul buku ini mengatakan, Orang-orang biasa akan menjadi buku kedua oleh Andrea Hirata yang akan menjadi best seller internasional setelah lascar pelangi. Saya setujuh dengan ungkapan ini. Saya rasa buku ini akan menjadi penantan kuat novel Laskar Pelangi.

Saya membaca hampir semua buku Andrea Hirata dan sekali lagi Andrea Hirata kembali membuatku jatuh suka. Buku ini berisi kisah 10 orang bodoh, yang gagal dalam menjalani kehidupan. Entah kenapa terkumpul secara alamiah bodoh, aneh dan gagal, 10 anak berderet-deret di bangku paling belakang di kelas: Handai, Tohirin, Honorun, Sobri, Rusip, Salud, Debut dan tiga anak perempuan Nihe, Dinah dan Junailah. Kisah kesepuluh orang ini berlanjut hingga mereka dewasa. Menjadi teman karib karena keadaan dengan nasib yang hampir sama mengenaskannya.

Novel ini awalnya kupikir novel satir yang akan menggambarkan betapa kejamnya kehidupan. Lingkaran setan kemiskinan, kebodohan, birokrasi dan berbagai macam tetek bengek kehidupan yang seakan tiada ujungnya. Saya justru tercengan dengan endingnya. Bahwa dibalik semua kebuntuan yang dihadapkan pada manusia selalu ada jalan keluar yang tak terpikirkan.

Buka ini mengambil setting di Belantik sebuah kota kabupaten kecil yang penduduknya lupa berbuat jahat. Adalah Inspektur Rojali yang mengidolakan Sahruk khan, yang sialnya ditugaskan di baerah Belantik yang tenang dan minim criminal. Inspektur Rojali sangat mendambakan suatu momen dimana dia bisa berteriak “angkat tangan’” sambil menodongkan senjata, seperti idolanya Sahrukhan dalam film-film laga india yang dia sering tonton. Sayangnya moment itu hampir tak pernah dia temukan. Belantik bisa dikatakan hampir minim dengan aksi kejahatan apapun.

Novel ini bercerita tentang komplotan orang bodoh, 10 orang yang kelihatannya gagal dalam kehidupan, mereka berencana merampok Bank karena alasan yang dianggap muliah, dan entah kenapa perpaduan antara kebodohan, ketidak becusan, amatiran dan idealisme menjadi sesuatu yang menarik dibaca. Saya terngakak ngakak sendiri di kamar, membaca betapa konyolnya kelakuan komplotan ini. 

Ciri khas dari setiap novel Andre Hiarata yang kusukai adalah dia begitu cermat dan detail menggambarkan setiap tokoh, adegan dan lokasi kejadian. Bahkan tokoh yang kadang kita anggap hanya pemeran biasa selalu diberikan porsi yang cukup dan pas. Seperti bagiamana Andre Hirata menghidupkan tokoh Inspektur Rojali. 

Saya jatuh suka pada tokoh polisi idealis seperti inspektur Rojali. Inspektur Rojali di gambarkan begitu idealis. Sosok Polisi yang jadi panutan masyarakat dan pahlawan bagi masyarakat dan idola anak-anak kampung. Polisi yang konon kehidupannya lebih lurus dibanding marka jalan. berkali-kali Inspektur Rojali harus menghadapi dilemma antara integritas dan kemelut hidup namun inspektur Rojali selalu mampu memenangkan pertarungan itu. tidak ada istilah abu-abu dalam hidupnya, yang ada hanya hitam atau putih. Sosok polisi yang memang hanya ada di dunia fiksi.
Andre Hirata memunculkan tokoh ini mungkin mewakili harapan masyarakat Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia butuh sosok Polisi seperti itu, jujur, berintegiratas dan selalu bisa diandalakan oleh Masyarakat. Sayangnya di negeri kita ini, kita hampir tak lagi menemukan sosok seperti itu. 

Saya sarangkan bacalah novel ini dalam keadaan betul-betul santai mengingat akan ada begitu banyak nama yang muncul di novel ini. Saya bahkan membaca buku ini dua kali secara beruntu karena begitu sukanya dengan buku ini. Terimakasih Bang Andre sudah menuliskan buku ini.

2 komentar: