“Hidup itu menyedihkan. Kita dibiarkan memasuki dunia yang indah, kita bertemu satu sama lain di sini, saling menyapa dan berkelana b...

“CATATAN AKHIR DIKLAT”




“Hidup itu menyedihkan. Kita dibiarkan memasuki dunia yang indah, kita bertemu satu sama lain di sini, saling menyapa dan berkelana bersama untuk sejenak. Lalu kita saling kehilangan dengan cara yang sama mendadaknya”
D_S

Barisan putih hitam terlihat rapi. Derap langkah kaki terdengar kompak. Kiri kanan, kiri kanan, kiri kanan. Jika kalian mengira kami peserta gerak jalan tujuh belasan atau  mahasiswa baru yang lagi dipelonco senior. Kalian keliru.  Kami adalah CPNS peserta diklat JFP dan ATY BPK RI tahun 2015. Rutinitas baris berbaris ini salah satu rutinitas pagi yang harus kami jalani. Setiap pagi. Berbulan-bulan.

Rasa-rasanya September datang begitu lama. Akhir bulan ini rangkaian diklat yang panjang ini akan segera berakhir. Setelahnya kami akan disebar ke seluruh penjuru negeri ini, dari Sabang hingga Papua sana. Mengabdi untuk negeri. Menjadi pemeriksa, auditor negara. Seperti mars BPK yang hampir tiap hari kami nyanyikan.
 
Menjadi seorang auditor bukan perkara mudah, bukan hanya seleksi masuknya yang sangat ketat, selain itu banyak rangkaian diklat yang harus kami lewati. Rangkaian Diklat yang sering kali terasa melelahkan dan menjenuhkan. Bayangkan saja, setiap hari kami harus duduk di kelas hampir 8 jam lamanya. Menyimak berbagai macam ilmu yang dijejalkan ke otak-otak kami. Tugas dari instruktur yang seakan tiada pernah ada habis-habisnya, evaluasi pekanan dan berbagai macam rutinitas yang menjadi kewajiban kami sebagai peserta diklat. Dan juga kami harus menjalani latihan disiplin dari pembina-pembina TNI, dari kami bangun hingga bangun lagi dengan berbagai aturan baris berbarisnya.  Melelahkan bukan.

Tapi, dibalik semua kelelahan itu ada banyak hal yang akan kita rindukan di tempat ini. Momen-momen persahabatan, momen-momen saat harus berebut kursi di kelas, atau saat menjahili teman angkatan yang tertidur di kelas atau saat-saat harus antri di ruang makan, atau ketika menghadapi kenyataan nilai hasil ujian keluar menyakitkan alias “HER”. Ujian SPKP yang gampang-gampang susah, nasi goreng Kang Amin, suara-suara aneh tengah malam di lantai 4, bahkan suara cempreng sempritan peluit pembina yang selalu membuat jantung berdetak sedikit lebih kencang tiap kali mendengarnya.  Semuanya akan jadi kenangan yang indah dan suatu hari nanti kita akan tersenyum mengingat masa-masa seperti ini.

23 September 2015, diklat yang panjang ini akhirnya berakhir. Setelah berbulan-bulan kita bersama, berbagi cerita, berbagai kejenuhan, berbagi ranjang, berbagi kamar mandi dan kini semuanya tiba-tiba harus berakhir. Betapa menyesakkannya. Kini aku harus mengucapkan selamat tinggal. Bagaimanapun juga waktu selalu berkosokbali. Kita tidak mungkin untuk berada di sini selamanya. Kita akhirnya harus menemukan petualangan-petualangan kehidupan kita yang lain, di tempat penempatan kita nanti.

Banyak cerita Di tempat diklat ini. Di sini kita telah di tempa, pondasi kita  dibentuk, akar kita diperkokoh, agar kelak bisa menjadi penopang yang cukup kuat menghadapi berbagai macam ujian di luar sana. Mungkin di sini kita ibarat pohon bambu cina. Kalian tahu bagaimana bambu cina itu bisa  tumbuh bermeter-meter menjulang tinggi ke langit. Bambu cina tumbuh dengan cara berbeda. Bambu cina melalui proses yang begitu lama, bukan sebulan dua bulan. Bertahun-tahun.  Sebelum bertumbuh, sang bambu cina mengokohkan akarnya selama rentang waktu tertentu memastikan kekokohan pondasi-pondasi yang akan menopang kekuatan batangnya kelak.

Mungkin kita ibarat pohon bambu cina tadi, kita harus memiliki akar yang kuat, agar kelak mampu menopang batang yang menjulang tinggi. Agar mampu bertahan melawan sekeras apapun angin berhembus. Kehidupan di luar sana tidak akan pernah mudah, banyak hal yang  jauh lebih berat yang akan kita hadapi nanti. Saya rasa rangkaian diklat ini adalah cara kita untuk membangun pondasi dan akar yang kuat tadi, yang  dengannya kita akan mampu melewati sekeras apapun ujian hidup auditor itu.

*terimakasih untuk semuanya.


0 komentar:

" Aleph adalah suatu titik di mana apapun berada pada ruangan waktu yang sama. Saat mengalami Aleph kita akan melihat banyak hal...

Aleph: Suatu Titik di Mana Apapun Berada Pada Ruangan Waktu yang Sama



"Aleph adalah suatu titik di mana apapun berada pada ruangan waktu yang sama. Saat mengalami Aleph kita akan melihat banyak hal dalam waktu yang bersama, Paulo menuliskan ia melihat gajah di Afrika, unta di gurun, orang-orang bercengkraman  di bar di Buenos Aires, anjing menyeberang jalan, kuas yang dipegang oleh wanita yang sedang menyelesaikan lukisan bunga mawar, salju meleleh di atas gunung di Swiss, Biarawan menyanyikan lagu pujian yang eksotik, peziarah tiba di katedral  di Santiago de Compostela, gembala dengan domba-dombanya, tentara yang baru terbangun dan bersiap untuk perang, ikan di samudera, kota dan hutan di dunia. Seolah-olah ada pintu-pintu yang terus membuka".

Di jagat perbukuan, siapa yang tidak mengenal Paulo Coelho, Penulis berkebangsaan Brazil yang telah menelurkan banyak karya fenomenal. Salah satu karya terbaiknya yang pernah saya baca adalah Sang Alkemis. Buku-bukunya telah terjual lebih dari 130 juta copy di berbagai negara dan konon katanya telah diterjemahkan ke dalam 72 bahasa.

Aleph karya teranyar si Paulo berusaha untuk kuselesaikan Minggu ini. Meskipun mengaku penggemar Paulo entah mengapa beberapa tulisannya tidak bisa kucerna dengan baik mungkin karena bukunya kadang terlalu persenol, terpengaruh cara pandangnya terhadap keyakinannya .  Jadinya saya yang tidak seiman dengannya kadang harus mengerutkan dahi untuk memahami buku-bukunya, termasuk buku Aleph ini.

Buku Aleph ini menceritakan kisah Paulo sebagai tokoh utama yang sedang labil. Ia terus mempertanyakan kepercayaannya dan sudah mencapai titik jenuh dalam hidupnya. Dia terjebak dalam rutinitas.  Kenyataannya pada titik tertentu kita pernah merasakan seperti yang Paulo rasakan. Kekeringan iman. Aktivitas ibadah yang selam ini kita lakukan kadang terasa hanya seperti rutinitas semu. kering tanpa makna. Paulo melakukan perjalanan panjang ke Rusia (Trans Siberia) untuk kembali menemukan cahaya iman itu, menyirami hati yang mulai tandus.

titik air hujan di jendela
Picture by me
Aku suka bagian itu. saat Paulo memutuskan untuk spontanitas keluar dari zona nyamannya. Seperti prinsip hidupku, bepergian sejatinya hanyalah jalan untuk menemukan jalan pulang. Juga, saya suka saat Paulo mengibaratkan kehidupan seperti kereta. Menurutnya “Kehidupan adalah kereta api, bukan stasiun”. Sejatinya kita berada dalam kereta yang sama yang membedakan hanyalah pada titik mana kita akan berhenti, di stasiun mana cerita kita akan berakhir.

Meskipun demikian ada beberapa hal yang tidak terlalu kusukai di buku ini. Awalnya saya pikir buku ini seperti buku-buku travel wraiter lainnya. Seperti triologi buku Agustinus Wibowo atau penulis  buku-buku travel lainnya. Saya memahami buku ini sebagai non-fiksi, seperti sebuah  catatan pengalaman namun kenyataannya banyak konsep-konsep yang tidak masuk akal yang di jejalkan  Paulo. Harusnya saya menganggap ini sebagai buku fiksi yang tidak terlalu serius menanggapinya jadinya saya tidak sekecewa ini.

Selain itu  banyaknya penokohan karakter pendukung yang tidak terlalu kuat, Paulo seakan-akan hanya ingin memonopoli setiap bagian dari adegan dari buku ini.  Banyak detail-detail yang seharusnya akan bisa lebih menarik jika sekiranya Paulo berkenang sedikit memberikan porsi lebih untuk hal-hal itu dilewatkan begitu saja.


Tidak cukup banyak potongan cerita yang mampu  membuatku bertahan lama-lama membacanya, rasanya datar,tidak seperti membaca karya-karya Paulo lainnya. Meskipun demikian Paulo tetaplah Paulo,  selalu mampu menyisipkan kutipan-kutipan yang kadang membuat kita meleleh dalam setiap potongan kisah di novel-novelnya. berikut beberapa potongan kutipan yang menurutku sangat inspiratif.

  • Kau harus pergi agar bisa kembali ke masa sekarang.
  • Kau mulai sadar bahwa jauh di bawah alam bawah sadarmu ada seseoraag yang jauh lebih menarik, penuh petualangan dan lebih terbuka pada dunia serta pengalaman-pengalaman baru.
  • Segala sesuatu yang pernah dan akan kau alami berada pada saat ini.
  • Pahamilah apa yang terjadi dalam dirimu dan kau akan memahami apa yang terjadi dalam diri semua orang lain.
  • Aku tidak ingin pergi karena aku tidak tahu ke mana aku harus pergi.
  • Saat perasaan tidak puas itu menetap, itu berarti perasaan itu ditempatkan oleh Tuhan karena satu alasan saja: kau perlu mengubah segalanya dan maju.
  • Setiap kali aku menolak mengikuti takdirku, hal yang luar biasa sulit untuk dihadapi akan terjadi dalam hidupku.
  • Saat menghadapi kehilangan dalam bentuk apa pun, tidak ada gunanya berusaha memperbaiki apa yang sudah terjadi; lebih baik memanfaatkan celah besar yang terbuka di depan kita dan mengisinya dengan hal yang baru.
  • Kita selalu mengartikan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan bukan sebagaimana mereka sesungguhnya.
  • Semua orang menyumbangkan satu kata, satu kalimat, satu gambar, namun pada akhirnya semuanya masuk akal: kebahagiaan satu orang menjadi sukacita untuk semua.
  • Orang bilang, sesaat sebelum maut menjemput, masing-masing dari kita memahami alasan keberadaan kita yang sebenarnya, dan dari momen itu, surga atau neraka lahir.
  • Neraka adalah saat kita menoleh ke belakang dalam waktu dan menyadari bahwa kita telah membuang kesempatan untuk menghargai mukjizat kehidupan. Surga adalah ketika kita mampu berkata: Aku membuat banyak kesalahan, tapi aku bukan pengecut. Aku menjalani hidupku dan melakukan apa yang perlu kulakukan.
  • Itukah yang kucari? Kehidupan tanpa tantangan?
  • Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa sentuhan kegilaan.
  • Kejahatan apa pun bukan sepenuhnya tanggung jawab si pelaku, melainkan tanggung jawab semua orang yang menciptakan kondisi-kondisi sehingga tindak kejahatan itu dapat terjadi.
  • Tak seorang pun menjadi nabi di daerahnya sendiri.
  • Dalam hutan berisi seratus ribu pohon, tidak ada dua daun yang sama.
  • Tindakan-tindakan kecil sehari-hari inilah yang membawa kita semakin dekat pada Tuhan, sepanjang aku bisa menghargai setiap tindakan tersebut dengan sebaik-baiknya.
  • Tinggalkanlah kehidupanmu yang nyaman dan pergilah mencari kerajaanmu.
  • Hidup berarti mengalami berbagai hal, bukan hanya duduk-duduk dan memikirkan makna hidup.
  • Waktu bukanlah pita kaset yang bisa digulung atau diputar kebelakangg.
  • Jangan pikirkan apa yang akan kauceritakan pada orang-orang nanti. Waktunya kini dan sekarang. Manfaatkan sebaik-baiknya.
  • Satu-satunya hal yang bisa kita capai dengan membalas dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan memaafkan menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan.
  • Kalau kau menghabiskan terlalu banyak waktu berusaha mencari tahu kebaikan atau keburukan orang lain, kau akan melupakan jiwamu sendiri dan akhirnya kelelahan serta dikalahkan oleh energi yang kauhabiskan untuk menghakimi orang lain.
  • Kalau ingin melihat pelangi, kau harus belajar menyukai hujan.
  • Apa kau percaya pada dunia spiritual, semesta paralel, dimana waktu dan tempat abadi dan selalu berada pada momen kini.
  • Apa yang kau butuhkan untuk bisa menulis? Mencintai. Seperti kau mencintai istrimu.
  • Para pemimpi tidak pernah bisa dijinakkan.


0 komentar: