Assalamu alaikum. Selamat Malam ************************ Kehidupan Bukan Perlombaan Kita tidak pernah berlomba dengan sesiapa K...

Kehidupan Bukan Perlombaan

Assalamu alaikum. Selamat Malam

************************
Kehidupan Bukan Perlombaan
Kita tidak pernah berlomba dengan sesiapa
Kita berlari pada poros kita sendiri
Berlari menurut ukuran kecepatan kita sendiri
Berlari di jalur kita sendiri


Sesekali mungkin kita akan menoleh
Melihat jalur dan laju orang lain
Bisa jadi kita merasa telah melaju jauh ke depan
Meninggalkan orang-orang  dibelakang.
Atau justru  kita mungkin merasa tertinggal
Melihat orang-orang berlari kencang
Seakan tak mampu terkejar

Tapi bukan berarti kita harus berpindah jalur
Meniti diatas titian orang lain
Menapak pada jejak kaki orang lain
Bagaimanapun juga kita harus berada di poros kika.
Sesulit dan seberat apapun itu

Sejatinya kita tidak sedang terlambat.
atau lebih cepat dari yang lain.
Kita sangat-sangat tepat waktu!
Setiap orang berlari di lintasannya masing-masing
Seseorang bisa mencapai banyak hal dengan kecepatannya

Berlarilah sesuai tempomu
Jangan memaksakan apa yang belum bisa kau capai
Sahabatmu, teman-temanmu, adik kelasmu mungkin "tampak" lebih maju.
 Mungkin yang lainnya "tampak" di belakangmu
Jangan iri atau mengejeknya

Alloh selalu punya rencana berbeda untuk masing-masing kita
Punya lintasan dan rute yang berbeda
Punya jarak dan tempo yang berbeda.
Adanya disyukuri, jangan sombong dan tetaplah rendah hati.
Tidak adanya disabari, berjuang lagi, berdoa lagi dan tawakallah kepada Alloh.

Semoga kita bisa istiqomah di lintasannya 



Mamasa, 25 February 2017
@copas

0 komentar:

Tengkorak Manusia di Pekuburan Batu Tana Toraja Bayangkan kita terjebak di suatu tempat  yang kita tahu takkan lagi ada jalan untu...

M.A.T.I



Tengkorak Manusia di Pekuburan Batu Tana Toraja
Bayangkan kita terjebak di suatu tempat 
yang kita tahu takkan lagi ada jalan untuk kembali.
 Bayangkan kita akan menjalani kekekalan di sana,
 tidak ada seseorang yang bisa menolong.
Kita sendirian, kesepian, putus asa dan menyesal.

Saya bermimpi, melihat rohku perlahan-lahan keluar dari jasadku. Tubuhku perlahan-lahan mendingin. Mulutku mulai membiru. Orang-orang tertegun sejenak disekelilingku. Beberapa mungkin menangis. Ibu dan adik-adikku. Setelah itu semuanya seperti berjalan begitu cepat. Saya dimandikan, dikahafani dan disholatkan oleh beberapa orang yang tidak semua ku kenal. Setelahnya orang-orang terburu-buru mengusung jasad ku ke kuburan. Saya diletakkan di liang kecil itu, ditutupi dengan beberapa lembar papan dan ditimbun dengan tanah basah.  Orang-orang memadatkan tanah kuburan ku. Batu nisan bertulis namaku telah terpasang. Dan satu persatu orang-orang berjalan meninggalkanku. Aku ditinggalkan sendiri dihimpit tanah dan dilupakan.

Tengkorak Manusia di Pekuburan Batu Tana Toraja
Kematian hanya seperti itu. hanya seperti selaput gagasan tipis yang begitu gampang diseberangi. Dan tiba-tiba kita disitu. Di dunia kehampaan, dunia keabadian. Dunia ketiadaan. Kita mati. Begitu kita mati, berarti bagian yang dimainkan di dunia ini telah berakhir, dan sekarang saatnya untuk melanjutkan arus yang lebih besar lagi. Maka dari itu, kematian hendaknya mengajarkan kita betapa pendek dan tidak berharganya kehidupan di dunia ini. Kehidupan dan kematian hanyalah bagian dari suatu arus yang jauh lebih besar, dan muara untuk semua ini adalah ketiadaan. Keabadian, Kekekalan, kekosongan sempurna. 


0 komentar:

“I try, and I made it!” William Kamkwamba, The Boy Who Harnessed the Wind: Creating Currents of Electricity and Hope “Dan saa...

Resensi Novel "Bocah Penjinak Angin"




“I try, and I made it!”
William Kamkwamba, The Boy Who Harnessed the Wind: Creating Currents of Electricity and Hope

“Dan saat aku sudah turun dari panggung dan kembali  ke kursiku, kulihat beberapa orang bahkan menangis. Setelah bertahun-tahun menderita-kelaparan dan terus menerus mencemaskan keluargaku, putus sekolah dan kesedihan ayahku, kematian Khamba, dan ejekan orang-orang ketika aku mencoba membuat kincir angin, setelah semua hal itu, akhirnya aku diakui. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti dan menghargai apa yang telah kulakukan. Dadaku terasa ringan, seolah-olah beban berat terlepas dan jatuh ke lantai di ruangan pertemuan itu. Aku merasa lega”

Buku ini merupakan kisah nyata dari William Trywell Kamkwamba yang ditulis bersama Bryan Mealer. Setting di Malawi, Negara kecil di sebelah tenggara Afrika, saat itu William berusia 14 tahun. Kalimat awal di BAB 1 sangat menarik, “ Sebelum aku menemukan keajaiban ilmu pengetahuan, ilmu sihir menguasai duniaku. Malawi di tahun 2002, bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di tenggara afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. bencana itu tidak hanya menelan banyak korban jiwa lebih jauh bencana itu membunuh banyak harapan dan meninggalkan trauma yang mendalam bagi setiap orang.


0 komentar: