@asdar_munandar “Jangan Pernah Terlambat Pulang”  Kata itu dulu tak henti-hentinya sahabatku mengingatkanku. Tadinya terdengar sepel...

Jangan Terlambat Pulang

@asdar_munandar

“Jangan Pernah Terlambat Pulang” 
Kata itu dulu tak henti-hentinya sahabatku mengingatkanku. Tadinya terdengar sepele bagiku, bukankah tanpa dia ingatkanpun saya pasti pulang. Tidak mungkin selamanya saya akan jadi perantau bukan, begitu selalu kilahku.  Setelah bertahun-tahun kalimat itu pernah saya dengar, sore ini, saat perjalanan udara Makasar-Jakarta entah kenapa kata-kata itu tiba-tiba terngiang kembali. “Jangan terlambat Pulang”. Saya tersadar  betapa kalimat sepele itu memiliki arti yang luar biasa.
  
Apakah kali ini saya akan terlambat pulang, begitu fikirku. Turbelensi akut di 11 menit pertama penerbanganku tak ayal membuatku sedikit takut, tiba-tiba banyak hal terlintas. Apakah kali ini saya sungguh akan terlambat pulang ?. Tiba-tiba kata pulang itu terasa begitu berarti.

0 komentar:

internet Judul: The Magic Strings of Frankie Presto Penulis: Mitch Albom Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Cetakan I: 2016 Tebal:  57...

Resensi Novel The Magic Strings of Frankie Presto by Mitch Albom

internet
Judul: The Magic Strings of Frankie Presto
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I: 2016
Tebal:  573 Halaman


“This is life. Things get taken away. You will learn to start over many times -- or you will be useless.” Mitch Albom

Novel ini tentang musik dan kehidupan seorang pemusik hebat. Kisah di dalamnya dinarasikan dengan baik oleh Roh musik itu sendiri.  Awal dari kisah ini dimulai dari Roh musik bertutur bagaimana bakat diberikan dan bagaimana bakat diambil.  Adalah Frankie Presto tokoh utama dalam kisah ini yang diberikan bakat yang luar biasa dalam memainkan gitar dan bernyanyi.  Terlahir di masa perang, di suatu gereja yang terbakar di kota kecil di Spanyol dan mengalami banyak fase kehidupan yang menyakitkan di masa kecilnya. Yatim Piatu, diselundupkan ke Amerika dan akhirnya mencapai puncak kesuksesannya di era 50an hingga 60an. Frankie dengan bakatnya yang luar biasa sebagai gitaris dan penyanyi mampu mempengaruhi bintang-bintang pada zaman itu Duke Ellington, Hank Wiliams bahkan Elvis Presley.

“The secret is not to make your music louder, but to make the world quieter.”

Novel ini beralur terbolak balik,  kadang maju kadang mundur, novel ini seperti phantasmagoria kita dibiarkan terlempar ke berbagai macam rentetan peristiwa, kita seperti berada di suatu kondisi yang bercampur baur antara hitam dan putih, tertawa dan menangis, sedih dan bahagia, luka dan tawa, nyata dan khayal semuanya seakan melebur menjadi satu, dan rasa itu seakan disajikan dalam satu momen yang sama, kita dibuat bingung oleh perasaan kita sendiri.

Kita kadang terlempar ke masa kecil si Frankie dan tiba-tiba saja lembar berikutnya kita membaca kisah Frankie di masa dewasanya. Juga di lain kisah kita terhipnotis kisah cinta yang manis dan menyakitkan antara Frankie dan Aurora York wanita yang namanya berarti fajar. Romantis dan tragis. Meski demkian Mitch Albom selalu mampu menarik benang merah antara satu kisah dengan kisah yang lain selalu ada garis penghubung yang membuat kita (pembacanya) tidak sampai kehilangan arah.

Saya tidak begitu menyukai musik, juga sama sekali tidak berbakat dalam bermain musik, musik apapun itu, tapi kata Frankie “All humans are musical. Why else would the Lord give you a beating heart?”. Semua manusia berbakat dalam musik, Jika tidak mengapa Tuhan memberimu jantung yang berdetak. Saya menelusuri beberapa judul musik yang Mitc Albom sebutkan di novelnya ini dan beberapa musiknya memang membuat saya jatuh cinta, seperti “All I Have to do is Dream “by Everly Brohers, “Adagio” by Lara Fabian atau petikan dawai Francisco Tarrega. Rasa-rasanya musik-musik ini seperti punya kekuatan mistis, mampu meresonasi ingatan masa lalu, membawa kita kembali kemasa-masa yang telah lama orang lupakan.

“Every loss leaves a hole in your heart.” 

0 komentar:

Perjalanan Menuju Mamasa @asdar_munandar Suatu hari di bulan Oktober, saya ditugaskan oleh kantorku ke suatu daerah bernama Mamas...

Mamasa Suatu Tempat Entah Dimana


Perjalanan Menuju Mamasa
@asdar_munandar

Suatu hari di bulan Oktober, saya ditugaskan oleh kantorku ke suatu daerah bernama Mamasa. Selama seminggu disana banyak hal menarik yang kutemukan, sayangnya kesibukan pekerjaanku tidak memberiku kesempatan untuk bisa leluasa  mendalami apa-apa yang seharusnya keperhatikan lebih detail, banyak fenomena-fenomena unik disana yang menunggu untuk digali  lebih dalam. sebagia seorang fenomenolog (hahahha narsismeku) waktu seminggu tidaklah cukup untuk mengungkap apa-apa yang tersembunyi dibalik sesuatu yang tampak. mengerti apa-apa yang ada di bawah tampakan, yang di luar tampakan,  makna siratan-siratan dan memahami isyarat-isyarat.  bagiamanapun juga ini merupakan pintu gerbang pertama yang memperkenalkanku dengan tempat ini. dan saya rasa besok-besok akan ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya, waktu jualah yang akan menjawabnya, hahahhahahhahahhah   

Mamasa seperti dimensi lain yang jauh, ada semacam tembok portabel tak kasat mata yang membatasi kehidupan di sana dan kehidupan dunia luar. Bahkan dulu  hingga akhir tahun 80an perjalanan Mamasa-Polewali ditempuh tiga hingga empat hari lamanya. Barulah di tahun 1988 Perjalanan Mamasa-Polewali bisa ditempuh dengan Kendaraan roda dua. Perlahan tapi pasti saya rasa Mamasa mulai menemukan masa depannya.

0 komentar:

Tengkorak Manusia Asli di Pekuburan Batu Tana Toraja Picture by @asdar_munandar Suatu malam yang panjang, saya mengalami mimpi yang a...

Mimpi yang Aneh

Tengkorak Manusia Asli di Pekuburan Batu Tana Toraja
Picture by @asdar_munandar

Suatu malam yang panjang, saya mengalami mimpi yang aneh. seperti sadar dan tidak sadar, seperti nyata dan tidak nyata. saya tidak tahu kenapa saya bisa bermimpi seaneh ini. Saya seperti berada di sebuah lorong gelap dan panjang. Di sisinya ada patung-patung kesatria berpedang panjang. Lorong itu hanya disinari cahaya temaram dari sinar rembulan yang menembus ke sela-sela jendela kaca. Lorong itu begitu sepi, ketika kita melangkah suara langkah kaki  menggema ke seluruh ruangan. Terpantul hingga ke sudut-sudut ruangan yang jauh. Hampir-hampir saya merasa mampu mendengar helaan nafas dan degup jantungku. Saya terus melangkah, melewati patung-patung besar itu, menyusuri lorong menuju ke suatu titik cahaya di kejauhan.   

Saya merasa seperti ada sepasang mata yang mengawasi ku di balik kegelapan itu. Lorong ini seperti tak berujung. Cahaya kecil itu semakin terasa jauh. Dari kejauhan suara serigala terdengar sedih. Lolongan nya seperti memanggil seseorang yang telah lama pergi atau kadang terdengar seperti suara-suara kematian. Mengerikan dan menyayat hati.

Saya keluar melalui pintu kecil di ujung lorong itu. Bulan menggantung sempurna dilangit kelabu pudar. Padang pasir maha luas sejauh mata memandang semuanya tampak berbeda di kegelapan malam. Bintang-bintang berwarna terang berkelap kelip terlihat begitu jauh.  Angin malam bertiup lembut. dinginnya menusuk tulang.

Saya seperti terjebak di dimensi yang lain. Padang pasir maha luas, langit kelabu sendu dan suara-suara aneh hewan malam yang entah apa. Tiba-tiba dari cela-cela pasir keluar gumpalan-gumpalan lumpur hitam menyembur dengan derasnya. Banyak dan semakin banyak. hanya dalam hitungan menit, lautan pasir berubah menjadi lautan lumpur.

0 komentar: