@asdar_munadar Aku Pamit Kalimat itu sudah diketik, hampir saja dikirim pada sebuah nomor yang selama ini cukup spesial baginya. Tapi ...

PAMIT

@asdar_munadar
Aku Pamit
Kalimat itu sudah diketik, hampir saja dikirim pada sebuah nomor yang selama ini cukup spesial baginya. Tapi kalimat ini berisi dua kata itu dihapus lagi. Ia justru mematikan handponnya. Menyimpan di bawah bantal.  Kemudian,  ia mengambil mushafnya. Lelaki itu menangis.  Menangis sambil  terus membaca ayat demi ayat di lembar mushafnya.
Tidak ada artinya kata pamit. Semua berawal tanpa kata, selesai pun tanpa kata, pikirnya. Lelaki itu sejenak terdiam, menghayati makna ayat demi ayat yang dia baca. Lalu lelaki muda itu  kembali menangis.
Lima tahun yang lalu, tanpa kata cinta, layaknya sepasang  muda-mudi menjalin tali  asrama, dua orang ini justru saling menjauh, memilih menghindari perasaan mereka, sampai suatu waktu, tabir-tabir hati itu tersingkap dan mereka pun tak mampu lagi menutupi apa yang ada di hati mereka. Tidak ada tali apapun yang mengikat hati mereka, sungguh tidak ada. Atau kalaupun ada, mungkin tali itu yang disebut orang-orang bernama perasaan.
Lelaki itu, lima tahun menyimpan perasaannya. Bukan waktu yang lama, sungguh singkat sebenarnya.Tidak ada yang tahu, tetapi sesosok perempuan yang ia beri nama  “bintang utara” mengerti dan memahami. Sesosok perempuan itu membuatnya memiliki harapan.
Jauh perjalanan mereka. Harapan-harapan itu menggantung dalam doa. Hingga lelaki itu kini mendapati banyak “bintang-bintang lain yang juga ternyata siap menyinari malam-malamnya. Lelaki itu jengah. Bukan ia berhenti mencintai bintangnya, tapi karena ia mengerti satu hal. Tangannya tak mampu menggapai “bintang utara“ itu. Dan kali ini, ia benar-benar menghayati kalimat itu.

0 komentar:

@asdar_munandar Kalian tahu, bulan banyak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di bumi, sebuah meteor liar menghantam bulan pada tah...

Memoar Bali dan Lombok Part II: Antara Menyenangkan dan Mengenaskan

@asdar_munandar
Kalian tahu, bulan banyak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di bumi, sebuah meteor liar menghantam bulan pada tahun 1178 benturan yang dihasilkan menyebabkan air pasang ekstrem pada setiap fase bulan di berbagai belahan Bumi. Kenaikan 23% rata-rata gelombang pasang malam itu menimbulkan badai secepat 232 km/jam di samudra fasifik yang menyebabkan peningkatan jumlah ionisasi molekul di atmosfir menyebabkan suhu dingin yang sangat luar biasa disebagian tempat dibelahan bumi ini.

Gejala awal hiportemia adalah tubuh akan berusaha menghasilkan panas dengan cara menggigil jika tidak berhasil, sirkulasi darah akan menurun secara ekstrem metabolisme tubuh akan menjadi melambat. Kita sekarat tanpa kita sadari, pada tahap akhir kita hanya bisa bernafas tiap dua kali semenit, kita berada dalam keadaan mati suri. Tidak saya tidak ingin menceritakan lebih lanjut fenomena alam di tahun 1178 itu atau gejala hipotermia yang telah merenggut banyak nyawa itu.

Kisah ini bukan tentang semua itu, ini hanya kisah petualangan kecilku bersama dua orang sahabatku yang kucintai karena Allah. Tulisan ini merupakan lanjutan dari kisah petualangan kami dari Malang, Bali dan berakhir di Lombok. Sebelumnya saya telah mengulas awal mula perjalanan kami yakni dari Malang ke Bali dengan kereta dan bagaimana akhirnya kami bisa sampai di Denpasar dan berakhir mengenaskan dan menginap di Pantai Sanur. Jika berkenan silahkan sempatkan baca kisah itu di postigan sebelumnya. linknya sudah kusertaka di bawa tulisan ini. Pada Bagian ini saya haya akan mengulas perjalan saya dari Bali ke Lombok serta rute-rute yang harus di tempuh, juga saya menyertakan sedikit info mengenai penginapan dan beberapa hal yang kiranya bisa bermanfaat jika kalian kelak akan  mengunjugi Lombok dengan cara low budget. Silahkan menikmati tulisan ini seperti saya menikmati ketika membuatnya. 

*********************************************************************************

0 komentar:

@asdar_munandar Perjalanan akan mengubahmu, begitu kata orang-orang. Ini kisah di masa lalu, masa dimana kebebasanku masih kumil...

Memoar Bali dan Lombok (Part 1): Awal Petualangan

@asdar_munandar
Perjalanan akan mengubahmu, begitu kata orang-orang. Ini kisah di masa lalu, masa dimana kebebasanku masih kumiliki seutuhnya. Suatu perjalanan yang bagi sebagian orang mungkin biasa saja, tapi bagiku perjalanan-perjalanan seperti ini berdampak besar bagi hidupku. Rasa-rasanya sudah lama sekali,  banyak bagian-bagian yang tidak bisa kuingat pasti detail demi detailnya tapi beruntungnya kebiasaanku membawa note kecil dan mencatatkan berbagai hal di situ ketika melakukan perjalanan-perjalanan seperti ini sungguh sangat membantuku. Manusia itu pelupa, maka itu kita perlu menulisnya. mengikatnya dengan catatan.  Semoga catatan ini bisa bermanfaat, bisa menjadi pengingat bagiku di masa tuaku nanti dan juga  setiap kali membacanya saya akan termotivasi untuk segera bisa merenngut kebebasnku lagi


2 komentar:

@asdar_munandar Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adala...

Learn to Love


@asdar_munandar
Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya. Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka. Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.

Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya. 

Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: "Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai." 

Di dalam buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan wanita itu diukur bukan oleh wanita itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai wanita jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan wanita-wanita telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya. Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet. 


0 komentar: