Tahun ini saya kembali mengikuti 2017 Reading Challenge yang dimotori oleh Goodreads, namun hingga kuartal ke empat, saya baru menyelesaikan tak lebih 15 buku dari 30 buku yang saya target, dengan asumsi saya bisa menyelesaikan dua buku tiap bulannya. Jika tahun ini saya kembali gagal memenuhi target artinya sudah 3 tahun ini saya kembali gagal memenangkan challenge. Kemampuan membaca saya semakin turun drastis. Berikut beberapa buku yang sempat saya resensi barangkali bisa bermanfaat.
1. Muhammad Sang
Pewaris Hujan by Tasaro GK
Buku terakhir yang kubaca tahun ini adalah serial ketiga
dari tertalogi Muhammad “”Sang Pewaris Hujan” Karya Tasaro GK. Buku Biografi
Nabi Muhammad dan para khalifahnya yang ditulis dengan gaya dan sudut pandang
yang berbeda. Buku ini dipadukan dengan kisah fiktif tentang perjuangan seorang
yang diberi gelar “sang pemindai surga” Kasvha dari persia yang bertualang
mencari kebenaran dan terjebak diantara pusaran sejarah perkembangan Islam di
awal-awal perkembangannya. .
Novel ini masih berkisah tentang Kashva yang entah karena
alasan apa Tosaro dengan tega merubahnya menjadi Elyas. Buku ini mengingatkanku pada Novel Filsafat karya
Jostien Gardeer “dunia Sophie” dimana ditengah-tengah halaman kita terkaget
dengan alur ceritanya yang tiba-tiba berubah drastis.
Apakah kita ini ada, apakah kita ini benar-benar ada, atau kita hanyalah mahluk rekaan yang bermain-main
di dalam imajinasi the creator.
Kalimat itu yang terngiang-ngian di otakku begitu saya
selesai membaca buku Dunia Sophie itu. Kasvah atau Elyas mungkin seperti kisah
Sophie yang ternyata hanyalah figur yang di ciptakan seorang penulis bernama
Sophie sebagai tokoh utama dalam novel Sophie yang juga hanyalah tokoh
imajinasi penulis buku Sophie. Hahahha bingung kan. Kasvah atau Elyas pun sama.
Kasvah tiba-tiba kehilangan sebagian besar ingatannya karena suatu kejadian, sedikit hal yang tersisa darinya
hanyalah Elyas, teman surat menyuratnya yang kemungkinan hanyalah teman
imajinasinya selama ini yang dia ciptakan sendiri dan entah mengapa Tasaro
merubah Kasvah menjadi Elyas.
Tasaro kehilangan banyak figur penting yang pada novel
sebelumnya mengambil porsi yang cukup menarik. Kisah pencarian Xerxes yang
membuatku penasaran di Buku sebelumnya tiba-tiba kehilangan jejak di sini. Juga
Vakhshur bocah yang selalu mengikuti
Kashva, serta Astu dan suaminya orangtua Xerxes yang semuanya
entah kenapa tiba-tiba dilenyapkan di novel ini. Meski demikian Tasaro kembali memunculkan
sosok-sosok seperti Maria dan adiknya Abdellas, Abdul Masih, Junior dan Bar sebagai cameo.
Saya masih lebih menyukai petualangan Kasvah di dua novel
sebelumnya di banding pada buku ketiga ini, kisahnya cenderung dipaksakan atau mungkin
karena kisah Kasvah memang harus dibikin panjang untuk mengikuti biografi
Khalifah yang menjadi ciri khas buku karya Tasaro ini.
Saya tak sabar ingin segera menyelesaikan kisa Kasvah pada
novel terakhir Tasaro. Semoga Novel ke empat tersebut benar-benar menjad
klimaks dari novel ini. Novel ini kuberi bintang 4 di goodreads, kurang satu
bintang dari nilai sempurnanya. Meski demikian saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada penulis buku ini, yang telah bersusah payah menghadirkan
buku ini sebagai bacaan yang berkualitas.
Secara tak sengaja saya menemukan buku ini diantara buku-buku usangku yang lama tak tersentuh, lengkap dengan penanda-penanda kecilnya yang sudah mulai pudar warnanya. saya membuka salah satu lembaran yang bertanda, dan saya menemukan petikan ini
"kadang kita menemukan 'rumah' ditempat yang tidak kita duga. menemukan teman, sahabat, saudara. Mungkin juga cinta. mereka-mereka yang memberikan 'rumah' itu untuk kita, apapun bentuknya'
'Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri: sebuah rumah yang sesungguhnya. yang membuat kita tak asing meski berada di tempat asing sekalipun’
Windy begitu apik menuliskan catatan perjalanannya ini, dimulai dari petualangannya di Vietnam hingga perjalanan berkesannya ke Eropa. Buku ini meski diberi judul 'Life Traveler' Windi justru lebih banyak melihat sisi lain dari sebuah perjalanan, esensi dan makna dari sebuah perjalanan itu sendiri. Buku ini ringan tapi dalam dan sedikit melangkolis memang. Buku ini menceritakan berbagai fragmentasi Kehidupan yang dilihat penulis selama perjalannya mulai dari hal-hal ringan seperti perjalananya dengan sleeper bus ke Ha Noi atau sebuah kedai kopi yang unik yang dia singgahi pada perjalanannya ke Paris. Kisah-kisah ringan namun menarik itu diceritakan kembali secara apik di dalam bukunya. Banyak hal yang bisa dipelajari dari buku ini, termasuk tempat-tempat yang layak di kunjungi ala Windy.
Saya memutuskan membaca kembali buku ini, menemani masa liburku di Rumah. dan saya kembali jatuh suka dengan catatan perjalanannya Windy Ariestanty. Terimakasih telah menghadirkan buku ini
3. Anak Rantau by A. Fuadi
Satu-satunya yang tidak kusukai dari novel ini adalah nama pemeran utamanya. "heppi" kenapa harus Hepi ? begitu gerutuku. Heppi tokoh utama di novel ini adalah anak SPM kelas 3 yang jadi pahlawan super hero di kampungnya. Saya yakin di dunia nyata tidak pernah ada anak seumuran itu mampu melakukan hal-hal seperti Heppi lakukan. itu kadang yang membuat saya berfikir, kenapa para penulis novel kadang membuat tokoh yang tidak membumi, terlalu fiktif untuk menjadi manusia.
Di luar ketidaksukaan saya terhadap tokoh utamanya, secara garis besar saya jatuh suka pada novel ini. Kisahnya ringan dan menyentuh tapi tidak melankolis. hubungan antara anak lelaki dan ayahnya digambarkan cukup baik. Selama ini kenyataannya selalu ada jarak yang tak kasat mata antara anak lelaki dan ayahnya, begitu juga Heppi, ayahnya dan kekeknya Heppi. Hubungan ketiga manusia beda generasi ini cukup rumit dengan berbagai kompliknya.
A. Fuadi selalu mampu membawa pembaca larut
dalam novelnya, seperti novel-novel sebelumnya banyak pesan-pesan moral yang
bisa dipetik dari kisah ringan ini. Novel ini kuberi bintang 4 kurang satu
bintang dari nilai sempurna bagaimanapun juga saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada penulis telah menghasilkan karya ini.
4. Cut Nyak Dien: Sebuah Novel Epik
Perang Aceh by Sayf Muhammad Isa
Dalam
sejarah penjajahan Belanda di Eropa yang pernah mengalahkan Inggris, di Afrika,
Amerika Latin dan Asia Tenggara; Belanda tidak pernah mengumumkan perang secara
resmi, terkecuali kepada Aceh. Ini berarti perang melawan Aceh merupakan
pengecualian dari segala perang yang pernah dilancarkan Belanda di atas belahan
dunia.
Perang Aceh termasuk ke dalam sepuluh perang terlama di dunia. Pada tanggal 26 Maret 1873, Kerajaan Belanda mengeluarkan Pernyataan perang dengan resmi atas kerajaan Aceh. Maka pasukan Belanda dibawah pimpinan Jendral J.H.R Kohler pada tanggal 5 April 1873 mulai menyerang Aceh. Pasukan Belanda memusatkan serangannya pada Masjid Raya Baiturrahman. Setelah pertempuran berlangsung beberapa lama, Masjid Raya Baiturrahman terbakar dan dapat dikuasai Belanda. Dalam pertempuran tersebut Jendral Kohler tewas. Meskipun Masjid Raya Baiturrahman dapat dikuasai Belanda, namun hal itu tidak berlangsung lama. Belanda semakin terdesak dan pergi meninggalkan Aceh pada tanggal 29 April 1873.
Namun kemudian Belanda datang lagi. 24 Desember, 1873 Belanda kembali menyerang Aceh dengan mengerahkan serdadu upahannya dari Jawa, Madura, Manado dan Maluku. Mereka juga menyewa ribuan penjahat dari Penjara Swiss, Prancis dan termasuk penjahat dari Afrika untuk dikerahkan mempertaruhkan nyawa mereka di Aceh. Kedatangan kembali Belanda ke Aceh dipimpin oleh Jendral J.Van Swieten. Belanda berhasil menguasai istana dan dijadikan daerah pertahanan. Walaupun istana dapat dikuasai Belanda, namun perlawanan rakyat Aceh terus berlangsung. Di bawah pemimpin-pemimpin Aceh seperti Panglima Polim, Teungku Chik Di Tiro, Teuku Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dien, Teuku Umar dll, rakyat Aceh terus berperang melawan kedzaliman dan penjajahan Belanda. Setelah terjadinya perang periode ke II ini, maka perang melawan Belanda tidak berhenti sampai kemudian Belanda melarikan diri dari Aceh tahun 1942. Novel ini sudah ku resnsi khusus silahkan baca di link ini
Perang Aceh termasuk ke dalam sepuluh perang terlama di dunia. Pada tanggal 26 Maret 1873, Kerajaan Belanda mengeluarkan Pernyataan perang dengan resmi atas kerajaan Aceh. Maka pasukan Belanda dibawah pimpinan Jendral J.H.R Kohler pada tanggal 5 April 1873 mulai menyerang Aceh. Pasukan Belanda memusatkan serangannya pada Masjid Raya Baiturrahman. Setelah pertempuran berlangsung beberapa lama, Masjid Raya Baiturrahman terbakar dan dapat dikuasai Belanda. Dalam pertempuran tersebut Jendral Kohler tewas. Meskipun Masjid Raya Baiturrahman dapat dikuasai Belanda, namun hal itu tidak berlangsung lama. Belanda semakin terdesak dan pergi meninggalkan Aceh pada tanggal 29 April 1873.
Namun kemudian Belanda datang lagi. 24 Desember, 1873 Belanda kembali menyerang Aceh dengan mengerahkan serdadu upahannya dari Jawa, Madura, Manado dan Maluku. Mereka juga menyewa ribuan penjahat dari Penjara Swiss, Prancis dan termasuk penjahat dari Afrika untuk dikerahkan mempertaruhkan nyawa mereka di Aceh. Kedatangan kembali Belanda ke Aceh dipimpin oleh Jendral J.Van Swieten. Belanda berhasil menguasai istana dan dijadikan daerah pertahanan. Walaupun istana dapat dikuasai Belanda, namun perlawanan rakyat Aceh terus berlangsung. Di bawah pemimpin-pemimpin Aceh seperti Panglima Polim, Teungku Chik Di Tiro, Teuku Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dien, Teuku Umar dll, rakyat Aceh terus berperang melawan kedzaliman dan penjajahan Belanda. Setelah terjadinya perang periode ke II ini, maka perang melawan Belanda tidak berhenti sampai kemudian Belanda melarikan diri dari Aceh tahun 1942. Novel ini sudah ku resnsi khusus silahkan baca di link ini
5. Bocah Penjinak Angin by William
Kamkwamba
I try, and I made it!”
William Kamkwamba, The Boy Who Harnessed the Wind: Creating Currents of Electricity and Hope
“Dan saat aku sudah turun dari panggung dan kembali ke kursiku, kulihat beberapa orang bahkan menangis. Setelah bertahun-tahun menderita-kelaparan dan terus menerus mencemaskan keluargaku, putus sekolah dan kesedihan ayahku, kematian Khamba, dan ejekan orang-orang ketika aku mencoba membuat kincir angin, setelah semua hal itu, akhirnya aku diakui. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti dan menghargai apa yang telah kulakukan. Dadaku terasa ringan, seolah-olah beban berat terlepas dan jatuh ke lantai di ruangan pertemuan itu. Aku merasa lega”
Buku ini merupakan kisah nyata dari William Trywell Kamkwamba yang ditulis bersama Bryan Mealer. Setting di Malawi, Negara kecil di sebelah tenggara Afrika, saat itu William berusia 14 tahun. Kalimat awal di BAB 1 sangat menarik, “ Sebelum aku menemukan keajaiban ilmu pengetahuan, ilmu sihir menguasai duniaku. Malawi di tahun 2002, bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di tenggara afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. bencana itu tidak hanya menelan banyak korban jiwa lebih jauh bencana itu membunuh banyak harapan dan meninggalkan trauma yang mendalam bagi setiap orang. Buku ini sudah ku review khusus, jika berkenang silahkan baca di link ini
William Kamkwamba, The Boy Who Harnessed the Wind: Creating Currents of Electricity and Hope
“Dan saat aku sudah turun dari panggung dan kembali ke kursiku, kulihat beberapa orang bahkan menangis. Setelah bertahun-tahun menderita-kelaparan dan terus menerus mencemaskan keluargaku, putus sekolah dan kesedihan ayahku, kematian Khamba, dan ejekan orang-orang ketika aku mencoba membuat kincir angin, setelah semua hal itu, akhirnya aku diakui. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti dan menghargai apa yang telah kulakukan. Dadaku terasa ringan, seolah-olah beban berat terlepas dan jatuh ke lantai di ruangan pertemuan itu. Aku merasa lega”
Buku ini merupakan kisah nyata dari William Trywell Kamkwamba yang ditulis bersama Bryan Mealer. Setting di Malawi, Negara kecil di sebelah tenggara Afrika, saat itu William berusia 14 tahun. Kalimat awal di BAB 1 sangat menarik, “ Sebelum aku menemukan keajaiban ilmu pengetahuan, ilmu sihir menguasai duniaku. Malawi di tahun 2002, bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di tenggara afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. bencana itu tidak hanya menelan banyak korban jiwa lebih jauh bencana itu membunuh banyak harapan dan meninggalkan trauma yang mendalam bagi setiap orang. Buku ini sudah ku review khusus, jika berkenang silahkan baca di link ini
*bersambung
0 komentar: