Kamu Islam seperti apa ?. Pertanyaan ini selalu dilematis. Menurutku keislaman saya adalah urusan saya dengan Tuhan saya. Tak p...
Islam atau Islam
“ KETIKA SAYA HARUS SARJANA ” Rasanya tidak enak jadi seorang sarjana. Kehidupan kampus yang tadinya begitu dekat dan hebat k...
Ketika Harus Sarjana
orang-orang yang dicintai hanya laksana kabut ada dan tiada, tak tergenggam hanya bisa memandangi merapuh dengan sukarela melel...
The Darkness Shadow
orang-orang yang dicintai
hanya laksana kabut
ada dan tiada,
tak tergenggam
hanya bisa memandangi
merapuh dengan sukarela
meleleh seperti lilin
-am-
“ Eternal Breeze ” Kau ingin tahu Apa pernah kau ingin tahu. Atau kau pura-pura tak tahu. Aku bukan udara untukmu. Aku han...
“Eternal Breeze”
“The Blits of Death” (lampu-lampu kematian) Orang-orang datang dan pergi silih berganti bersama perubahan yang muncul dengan ...
“The Blits of Death”
Pulang. Ketika seorang musafir harus pulang,bersentuhan dengan realitas kehidupan yang sesungguhnya, selalu saja ada hal yang berdikotomi...
"Pulang"
Pulang. Ketika seorang musafir harus pulang,bersentuhan dengan realitas kehidupan yang sesungguhnya, selalu saja ada hal yang berdikotomi. Ada rasa sedih ada duka. Pulang kembali membuka kesadaranku bahwa betapa selama ini perjalananku sejatinya hanyalah suatu pelarian akan realitas hidup yang tak bisa ku terima dengan baik. Lari dari diriku sendiri. Pulang akhirnya kembali menyadarkanku dan menjadikanku manusia realis.
Pulang. Inikah akhir perjalananku. Kata orang, perjalanan akan mengubah hidup manusia, dan dulu saya yakin saya akan bisa berubah bersama dengan perjalanan ini. Tapi kalian tahu perjalanan tidak selamanya seindah yang bisa kita bayangkan. Perjalanan hanyalah ibarat proses membenturkan fantasi dan realita. Dan nyatanya kita justru malah sering kecewa ketika fantasi-fantasi yang kita bangun rontok berguguran, hangus tergerus realita yang menyakitkan.
Perjalanan. Dulu saya berpikir perjalanan akan menuntun kita pada tujuan hidup kita, tapi kini Tujuan hidupku ? aku tak tahu. Kini setelah aku dewasa tujuan hidup itu malah semakin gamang. Sungguh aku tak tahu. Aku bahkan takut memikirkannya. Semakin aku berjalan, perjalanan justru semakin menghadapkanku pada ketakutanku. Hidup memang pasti dan tidak pasti.
Tujuan hidupku yang dulunya tampak simpel dan jelas kini tiba-tiba mengabur sama sekali.
Bertahun-tahun aku kuliah, apa yang kudapat. Tahun-tahun penuh penderitaan dan tangisan apa hasilnya ? hanya demi selembar ijazah yang berisi deretan angka. Apa artinya kertas-kertas ini ? aku merasa ini semua hanyalah fatamorgana, bukan kehidupan sesungguhnya. Aku ingin bebas.
Sejauh apapun kita berkelana suatu hari nanti kita akan berpulang. Kembali kekosongan sempurna. Mungkin memang kita harus banyak belajar menerima. Mimpi-mimpi tidak semuanya bisa terpenuhi. Mungkin pulang justru akan membuka makna-makna hidup yang kita cari selama perjalanan ini. Pulanglah, Tak ada salahnya menjalani hidup dengan sederhana.
19 Juli 2014
Gate 4, Bandara Internasional Juanda
Perjalanan Pulang
Masa Lalu Orang-orang datang dan pergi silih berganti bersama perubahan yang muncul dengan melambat Seberapa kuat kita mam...
"Masa Lalu"
Masa lalu pada kenyataannya hanyalah suatu pengungkapan muskil akan rentetan-rentetan kejadian-kejadian atau orang-orang yang datang dan tersingkir dalam wilayah waktu kita. Atas rasa sakit dan rasa bahagia yang saling berkosokbali.
Duduklah di pinggir sungai, perhatikanlah sejenak air yang mengalir pelan. Buih dan busa-busa air. Renungkanlah waktu-waktu yang berlalu, masa-masa berduka, masa-masa terperih dalam pahatan takdir kita. Saya selalu menikmati waktu-waktu seperti itu, duduk sendiri di pinggir sungai merenung, memperhatikan buih-buih di sungai yang hanyut bersama aliran air. Mencoba berdamai dengan masa lalu.
Pernah suatu hari, saya sungguh ingin menceburkan diriku di sungai berair cokelat itu, aku bisa menghanyutkan diriku mengikuti arus sungai itu membiarkan dosa-dosaku tenggelam di dasarnya membiarkan sungai itu membawaku ke suatu tempat yang jauh. Suatu tempat di mana masa lalu tidak bisa menemukanku di sana. Suatu tempat yang tidak dihuni hantu kenangan dan rasa bersalah.
Masa lalu kita mungkin terlalu menyakitkan, tapi bukankah setiap kita punya kesempatan untuk menemukan kembali kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang telah terpendam begitu jauh di dasar lubuk hati kita, yang telah hilang tergerus ego dan rasa sakit. Kita hanya butuh sedikit berusaha dan sejumput senyuman.
Sesekali berhentilah memikirkan masa lalu. Rasakanlah nafasmu hari ini, kerjakanlah apa-apa yang kamu cintai, apa-apa yang membuatmu tersenyum hari ini. Maafkanlah orang-orang yang telah menyakitimu jika kau ingin memaafkannya, maafkanlah. Namun yang paling utama maafkanlah dirimu sendiri. Berdamailah dengan masa lalumu.
Mojokerto,19 Juli 2014
Dalam sebuah perjalanan menemukan masa lalu
Bersama seorang sahabat
0 komentar: