Tak seperti biasanya, Sabtu ini aku datang terlambat. Tempat paling favorit di sudut pojok puskot berganti penghuni, aku yang biasanya duduk di sana seharian kini digantikan sepasang sejoli duduk cemberut saling bertolak. Kisah cinta berubah pahit, tak ada lagi cubitan-cubitan manja atau lirikan-lirikan malu-malu tersipu. Peran dingin sedang berlangsung.
Akhir November, musim hujan tiba. Selalu saja menyenangkan memandangi jutaan kubik air tumpah ruah membasahi berjengkal-jengkal tanah di belahan bumi ini. Hujan selalu mengingatkan cerita-cerita masa lalu, dulu sekali ketika jiwa-jiwa ini masih seringan kapas. kaki-kaki kecil kami berlari mengejar hujan, tertawa riang, polos dan jujur. Ya Tuhan., aku tiba-tiba begitu merindukan masa kecilku, teman-teman kecilku, desaku, kampung halamanku, rumahku, dan kejujuran hatiku. Aku merasa begitu kehilangan mereka sekarang.
Hujan membawa berjuta kebaikan, kehidupan-kehidupan baru bermunculan dari retakan-retakan tanah sisa kemarau panjang. Aroma tanah basah yang menyegarkan, dedaunan lebat menghijau, dan yang paling menyenangkan hujan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk berhenti sejenak, mengenang masa lalu, melihat kembali siapa dan apa kita di masa itu dan kemudian membandingkannya siapa dan apa kita sekarang. Hujan selalu membuatku merindukan diri-diri di masa lalu itu. Diri yang bebas, diri yang jujur, diri yang apa adanya, diri yang tidak terbelenggu berbagai macam perspektif dan ideologi.
Berbicara tentang diri, aku sedikit terusik dengan gagasan diri yang dikembangkan oleh Cooley, dimana diri direpresentasikan sebagai pribadi-pribadi yang penuh tipu daya dan penuh kepura-puraan. Gagasan diri Cooley terdiri dari tiga komponen utama.Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampil bagi orang lain; kedua, kita membayangkan bagaimana penilaian mereka atas penampilan kita; ketiga, kita mengembangkan sejenis perasaan-diri, seperti kebanggaan atau malu, sebagai akibat membayangkan penilaian orang lain tersebut. Lewat imajinasi kita kemudian mempersepsi prilaku, tujuan, perbuatan, karakter, kawan-kawan kita, dan sebagainya, dan dengan berbagai cara kita pun terpengaruh oleh persepsi-persepsi tersebut. Gampangnya anda pernah memiliki baju yang anda sangat senangi, karena saking senangnya anda berkali-kali menggunakannya. Nah perhatikan alasan kenapa anda menyenangi baju tersebut. Bisa jadi awalnya anda tidak nyaman atau anda kurang cocok ukuran atau warnanya, tapi begitu anda mengenangkannya ternyata orang-orang di sekeliling anda memujinya, apa yang terjadi kemudian, jadilah baju tersebut urutan teratas dalam pajangan lemari anda. Begitu pun sebaliknya, bisa jadi anda menyukai barang tertentu dan begitu nyaman menggunakannya, tapi ternyata pandangan negatif datang dari orang-orang di sekitar kita jadilah kita membohongi hati nurani. Lebih jauh Cooley dalam teorinya the looking-glass self, menegaskan bahwa konsep-diri individu secara signifikan ditentukan oleh apa yang ia pikirkan tentang pikiran orang lain mengenai dirinya, jadi diri lebih menekankan pentingnya respons orang lain yang ditafsirkan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai diri. Aku sebagai diri hampir menerima seratus persen gagasan ini dan juga hampir menolak seratus persen.
Hujan masih terus mengguyur kota kami, kabut tipis dari balik jendela kaca menghalangi pandangan keluar. Sendu langit kota sesendu hatiku, dalam keheningan puskot mengalir lembut lantunan lagu Ahmad Albar “Panggung Sandiwara”.
Sabtu 26 Okt, 2013
Ilustrasi gambar diambil dari artikel berjudul "Kala Hujan Menyapa Bumi"
0 komentar: