Jurnal Plat Merah (part 2)
16 February 2020
Lenggo, Bulo
16 February 2020
Lenggo, Bulo
“Dari tahun 0 sampai tahun 2020 janji pemerintah selalu sama, akses jalan akan segera dibuka, tapi kenyataanya seperti ini, bapak bisa lihat sendiri kondisinya”. Begitu salah seorang penduduk desa ini bercerita.
Lenggo, desa ini berada ditengah hutan lindung. Jembatan gantung yang berdiri sejak kapan tahun jadi gerbang utama masuk ke kawasan desa ini. Karena urusan pekerjaan lagi-lagi saya harus datang ketempat seterpencil ini. Tidak terlalu jauh, hanya bebera jam dari ibukota kabupaten dan hanya kurang lebih 15 kilo dari ibukota kecamatannya. Desa ini dihuni hampiran seribuan kk. Tak ada akses ke sini selain harus melawati kawasan hutan lindung yang memanjang sejauh 12 kilometer. Tahun 2019 kemarin pemerintah daerah sudah berhasil membuka jalan sepanjang 6 kilometer, itupun harus terkendala cukup lama dengan LSM lokal yang mempermasalahkan sebagian bahu jalan yang harus mengambil lahan hutan lindung.
Proses pembukaan jalan terhenti cukup lama, kondisi tanah yang labil dan rawan longsor juga menjadi masalah utama akses jalan ke desa ini. Belum lagi sungai yang menganga lebar dengan arus airnya yang deras. Praktis kendaraan roda empat hanya bisa sampai di mulut jembatan gantung tempatku berdiri disini. Untuk benar-benar bisa sampai di desa Lenggo masih harus ditempuh dengan kendaraan roda dua sejauh 6 kilometer. Dengan melewati hutan perawan dan jalanan naik turun dan berkelok-kelok.
Kami kebetulan beriringan dengan ambulans yang ingin menjemput pasien, seorang ibu hamil sedang diangkut dengan tandu menuju tempat penjemputan, 6 kilo meter dari gerbang desa. Ambulans menantinya di ujung jembatan, namun sayangnya medan yang berat dan perjalanan yang jauh memang menjadi hambatan utama. Ibu itu akhirnya melahirkan di PINGGIR JALAN, di PINGGIR JALAN dialasi dedaunan dan ditutupi kain tandu. Banyangkan bagaimana rasanya mengalami persitiwa seperti itu. melahirkan dipinggir jalan. beruntung Ibu dan bayi tidak mengalami masalah serius, mereka di gotong kembali ke desa. Kelak di masa depan jika anak itu tumbuh sehat dia akan bercerita pada kawannya atau pada anak turunannya, Februari 2020 di zaman yang konon katanya sudah serba canggih, generasi 4,0, dia dilahirkan oleh ibunya di pinggir jalan beralaskan daun, karena akses jalan ke kampungnya tak ada.
Foto dibawa ini diberikan oleh masyarakat lokal yang kebetulan diutus untuk menginformasikan kepada supir ambulans.
0 komentar: