Mataram 25 Desember 2016.
Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu,
perjalananmu bukanlah perjalananku
"Paul Theroux"
"Paul Theroux"
Mataram-Bima-Pelabuhan Sape
Pagi yang sempurna. Suara adzan membangunkanku. Lombok memang terkenal agamais. Jika Bali punya julukan Pulau Seribu Pura maka Lombok dijuluki dengan Pulau Seribu Masjid. Di Mataram, Ibu kota Provinsi NTB ini kita tidak akan kesulitan menemukan masjid. Masjid menjamur dimana-mana dan salah satu yang termegah adalah Masjid Islamiq Center yang baru diresmikan pada tahun 2013 kemarin. Masjid ini berdiri diatas lahan seluas 7,6 hektar di sudut jalan Langko dan Udayana yang merupakan jalur utama, dibangun begitu megah dengan memadukan karakteristik bangunan tradisional Lombok dan Sumbawa. Konon katanya pembangunan masjid ini sendiri menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp. 500M
Gubernurnya Dr. K.H. TGH. Muhammad Zainul Majdi, M.A atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang Majdi menjadi salah satu gubernur terbaik yang dimiliki negeri ini. Gubernur termuda di Indonesia ini berhasil meraih banyak penghargaan nasional dan internasional, antara lain dengan meraih The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhnya NTB sebagai Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi ITA di Metro TV selain itu Provinsi ini juga meraih penghargaan Top Eksekutif Muslim 2016 dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) dan The Best Dedicated Governor in Developing of MICE Industry serta segudang prestasi-prestasi lainnya. Dan yang tak kalah kerennya Gubernur ini juga merupakan salah satu Gubernur Hafidz Qur’an loh. Jadi iri pengen punya gubernur kayak gitu juga.
Islamic Center Lombok Tampak Samping |
Hari ini tidak banyak yang ingin kulakukan. Pagi-pagi saya keluar dari guest house, berjalan kaki di sekitar daerah itu. Mengunjungi dua pura yang memiliki rating bagus menurut TripAdvisor, Pura Mutar dan Pura Meru. Satu setengah jam jalan kaki untuk kedua tempat itu sukses membuat kakiku melepuh. Efek sendal yang baru kubeli semalam di Mataram Mall.
Siangnya saya menyusuri pantai-pantai di lombok Utara. Negeri ini dianugerahi pemandangan alam yang indah. Pantai-pantai berpasir putih membentang panjang seakan tiada henti-hentinya. Salah satu spot terbaik menurutku adalah di villa hantu. Villa hantu sendiri tidaklah seseram namanya. Villa hantu hanyalah sebuah bangunan terbengkalai dengan viewnya yang eksotis. Tidak ada yang tahu pasti asal muasal tempat ini diberi nama villa hantu.
Siangnya saya menyusuri pantai-pantai di lombok Utara. Negeri ini dianugerahi pemandangan alam yang indah. Pantai-pantai berpasir putih membentang panjang seakan tiada henti-hentinya. Salah satu spot terbaik menurutku adalah di villa hantu. Villa hantu sendiri tidaklah seseram namanya. Villa hantu hanyalah sebuah bangunan terbengkalai dengan viewnya yang eksotis. Tidak ada yang tahu pasti asal muasal tempat ini diberi nama villa hantu.
Dari Villa hantu kita bisa melihat panorama pantai Sentangi dari ketinggian. Pantai ini letaknya tidak begitu jauh dari Pantai Senggigi, tepatnya sebelum Malimbu. Dengan garis pantai yang panjang dan dihiasi pohon-pohon kelapa yang berjejer rapi. Dari ketinggian pantai ini terlihat begitu cantik, perpaduan antara hijaunya nyiur kelapa, pasir putih halus dan gradasi biru dan kehijauan warna air laut membuat kita betah berlama-lama memandangnya. Pantai ini sendiri masih terbilang sepi. Mungkin belum banyak yang tahu eksotisme pantai ini, kata orang-orang pantai ini baru akan ramai menjelang senja, konon sunset di sini cantik. Puas menikmati panorama Pantai Setangi, saya melanjutkan perjalanan agak lebih ke utara menuju Pantai Nipah. Konon katanya ikan bakar Pantai Nipah terkenal enak-enak. Makan siang yang berkesan.
Sejatinya, memang tidak banyak yang ingin kulakukan di Mataram. Saya memilih penerbangan Makasar-Mataram hanya semata-mata untuk menekan biaya tiket yang terlalu mahal jika memilih rute Makasar-Labuan Bajo. Tiket di musim liburan seperti ini ke Labuan Bajo bisa sampai Rp 1, 7 juta sekali jalan sementara jika kita memilih penerbangan Makasar-Mataram saya hanya harus merogoh kocek tidak lebih dari Rp600.000 an untuk sekali penerbangan ditambah Biaya transpor Bus malam Mataram-Bima hanya beriksar Rp230.000 sampai Rp250.000 Belakangan kuketahui ternyata ada alternatif yang jauh lebih murah dibanding rute ini. (akan kutuliskan edisi khusus untuk itu)
Dari terminal mandalika Mataram saya akan menempuh perjalanan panjang dengan bus ke Bima. Bus yang mengantarkanku ke Bima akan berangkat pukul 03.00pm. Saya memilih jam keberangkatan ini dengan asumsi saya akan sampai ke Bima subuh hari dan bisa langsung meneruskan perjalanan ke Pelabuhan Sape. Bus yang mengantarkan saya overland ini adalah bus Du**a Ma*, Bus eksekutif, AC, dilengkapi toilet dan layanan makan malam di Sumbawa Besar. Perjalanan Mataram-Bima akan ditempuh selama 13-14 Jam, melewati penyeberangan Kayangan-Pototano dan akan berakhir di Terminal Dara di Bima ujung timur pulau Sumbawa..
Mataram - Bima Jauh loh, Jaaaaaaaauh (Sumber picture: Internet) |
Saya tidak merekomendasikan kalian menggunakan bus ini. Masih banyak bus lain yang lebih bagus dan lebih layak. Oh iya, aslinya dari mataram sendiri kita sudah bisa memesan bus dengan tujuan langsung ke Labuan Bajo dengan tarif Rp 350.000 all in, biaya itu sudah termasuk biaya Bus malam dari Mataram ke Bima, Biaya Tiket penyeberangan dari Pelabuhan Khayangan (Lombok) ke Pelabuhan Pototano (Sumbawa Besar), voucher makam sekali di Sumbawa, tiket bus Terminal dara di Bima ke Pelabuhan Sape dan Tiket penyebrangan dari pelabuhan Sape ke Labuan Bajo. Sekilas terlihat menarik dan mudah, kita tidak lagi dipusingkan dengan tetek bengen tiket dan urusan calo percaloan di terminal. Tidak lagi takut akan membayar kemahalan. Tapi menurutku cara seperti ini tidak selalu efektif dan efisien karena kita tidak pernah tahu kondisi seperti apa yang akan kita hadapi kedepannya. Lebih baik ngeteng akan jauh lebih fleksibel dengan kondisi kita.
Sebenarnya Bus tujuan Bima dari Mataram ada banyak, pemberangkatan terakhir akan berangkat jam 06.00 sore dan pemberangkatan pertama dimulai sekitar jam 06 pagi. Setelah tiba di Bima, kita akan berganti kendaraan dengan bus kecil menuju Sape dengan waktu tempuh dua jam dengan tarif normal hanya Rp 30.000. Dalam kondisi normal rute yang saya pilih ini adalah rute paling ideal, dengan asumsi saya akan menyeberang dari pelabuhan Sape ke Labuan Bajo besok paginya pukul 09.00 pagi mengingat hanya ada sekali penyebrangan sehari dari Pelabuhan Sape ke Labuan Bajo. (Tapi semua berubah ketika Suku Air melululantahkan kota BIMA)
Rute yang saya pilih dalam kondisi normal menurut ku adalah rute terbaik. Dari Mataram berangkat jam 3 sore dan akan sampai ke Bima jam 4 Subuh. Dari terminal Dara Bima (jam 5 subuh) langsung ke Pelabuhan Sape dengan Bus Kecil. Dan kita akan sampai ke Pelabukan Sape sekitar puku 7 pagi. Jam Segitu biasanya loket tiket penyeberangan ke Labuan Bajo sudah dibuka. Penyeberangan dari Pelabuhan Sape ke Labuan Bajo akan ditempuh selama kurang lebih 6-7 jam. Itu dalam kondisi ideal, tapi ingat perjalanku bukan perjalananmu begitu yang ditulis Agustinus Wibowo dalam bukunya "Titik Nol", ada kondisi-kondisi yang tidak bisa kita paksakan.
Atau anda bisa memilih alternatif seperti ini. Dari bandara langsung ke terminal Mandalika di Mataram, tapi ingat bus Mataram Ke Bima hanya ada pagi sampai Sore. Jadi jika kalian tiba di Mataram malam hari, sebaiknya carilah penginapan terlebih dahulu di sekitar kota Mataram. Besoknya bisa langsung ke Bima seperti rute saya. Rute itu akan menghemat biaya penginapan di Bima karena kita akan tiba di Bima subuh hari dan langsung menuju pelabuhan Sape untuk melanjutkan penyeberangan ke Labuan Bajo di hari yang sama:
Atau bisa juga dengan alternatif seperti ini jika ingin menghemat penginapan di Mataram. Dari Mataram bisa berangkat jam berapa pun asal siang hari. Sampai Bima bisa langsung ke Pelabuhan Sape atau menginap di Bima semalam, dan berangkat ke Sape Subuh hari untuk mengejar kapal penyebrangan jam 9 pagi yang ke Labuan Bajo. Disekitar terminal ada penginapan murah kok. Namanya Hotel Pavorit, lokasinya persis dibelakang terminal. Tarif lumayan murah, hanya Rp 100rb permalam, kamarnya lumayan bersih kamar mandi dan kipas angin. Atau jika tidak ingin menginap di Bima, dari terminal Dara bisa langsung ke pelabuhan Sape. kondisi di pelabuhan aman dan kondusif banget, ada wc umum yang bersih, ada mosollah dan ada warung bertebaran di pinggir pelabuhan. Kalian bisa beristirahat di warung-warung itu. Atau jika ingin yang sedikit privasi bisa ke penginapan pas pintu gerbang pelabuhan, tarif semalam hanya Rp70.000/malam pasilitas kamar mandi luar yang lumayan bersih. Saran saya, sebaiknya langsung ke Pelabuhan Sape aja nanti beristirahat di sana.
Bersambung ke Part III
Note:
Mataram (terminal Mandalika)-Bima (Terminal Dara) : Rp 230.000-Rp 250.000 (13 Jam)
Bima (Terminal Dara)- Pelabuhan Sape: Rp 30.000 (2 jam)
Pelabuhan Sape – Labuan Bajo: Rp 55.000 (6-7) jam
Penginapan di Bima: Hotel Pavorit: Rp 100.000/Malam
Penginapan di Pelabuhan Sape: Rp 70.000/Malam
Tarif Hotel Favorit |
Penyebrangan Pelabuhan Khasayang ke Pototano |
makasih pencerahannya, ada sedikit gambaran nih buat bulan depan
ReplyDeletesama-sama
DeleteTerimakasih infonya mas
ReplyDeletesama-sama
DeleteTerimakasih infonya....semoga sy bisa tiba juga di labuan bajo
ReplyDeletesama-sama happy wonderful holidays
Delete