Rasa-rasanya tahun ini berlalu begitu cepat, perasaan baru kemarin kita merayakan tahun baru 2016 dan sekarang sisa berbilang bulan lagi...

Resensi II: Buku Yang Kubaca Tahun 2016


Rasa-rasanya tahun ini berlalu begitu cepat, perasaan baru kemarin kita merayakan tahun baru 2016 dan sekarang sisa berbilang bulan lagi tahun 2016 akan segera berakhir, artinya target menikah tahun ini akan segera pupus (eh.. kok baper).  Bukan, bukan.. saya tidak ingin bahas nikah-nikah atau tetek bengeknya. Saya sudah cukup puyeng dengan kerajaanku di kantor yang seperti tiada habisnya, belum lagi berbagai masalah yang harus kualami tahun ini, benar-benar membuat hidupku sedikit berantakan.

Hingga kuartal ke tiga ini saya hanya menyelesaikan sedikit buku. Kuartal pertama kemarin saya hanya menyelesaikan 4 buku ditambah satu Buku milik Eric weiner “The Geography of Bliss” yang belum bisa kuselesaiakan hingga kini (saya merasa sangat berdosa). sementara buku-buku yang bisa kuselesaikan antara lain buku milik Jr. Tolkien: The hobbit dan The silmarilion, Buku Tere Liye “Hujan” dan “Le Petit Prince”  karya “Antoine De Saint-Exupery”. Resensinya bisa kalian baca di postingan resesnsiku sebelumnya.

Di kuartal ke II dan ke III ini saya semakin kehilangan minat baca. Saya hanya mampu menyelesaikan tidak lebih dari 10 buku dari sekian puluh buku yang menjadi target yang harus kuselesaikan untuk tahun ini, berikut resensi ringkas buku yang saya baca:


1. To Kill of Mocking bird
Novel karya Harper Lee ini merupakan salah satu novel terbaik yang saya baca tahun ini, sakig bagusnya saya merasa tidak cukup pantas menulis resensi mengenai novel ini. Novel ini berkisah tentang keluarga Atticus dan dua orang anaknya. Buku ini ditulis oleh Harper Lee setelah melakukan riset  mendalam selama 8 tahun. Resensi mengenai buku ini sudah bertebaran dimana-mana jadi tidak usahlah saya megulasnya lagi di sini. Oh iya setelah jeda 50 tahun dari pertama kali buku ini diterbitkan Harper Lee kembali menyapa penggemar novel ini melalui novel keduanya. Tak sadar pengen memiliki koleksi keduanya.



2. Bukan untuk di Baca  II
Buku karya Deassy M Destiani ini merupakan kumpulan berbagai kisah-kisah motivasi. Buku ini memang menarik, ringan dan syarat hikmah. Sebenarnya seri ke II buku ini sudah lama sekali ingin kubeli tapi entah mengapa baru kesampaian kemarin. Sementara buku pertamanya telah kumiliki beberapa tahun yang lalu. Btw saya tak bosan-bosan membaca kisah-kisah ringan di buku ini. Jadi saya sarankan tak ada salahnya anda  memiliki buku ini. Buku ringan ini bahkan bisa kalian jadikan buku dongen syarat hikmah pengantar tidur buat anak-anak kalian, itu jika kalian tentunya sudah punya anak. hahahhahahhahha 

3. Muhammad: Lelaki Penggenggam  Hujan

Akhirnya tamat. Meski tebilang sangat terlambat untuk memulai membaca buku karya Tasaro G.K ini tapi saya tidak pernah menyesel telah memulai membacanya. Awalnya saya selalu berfikir kisah pribadi Agung Nabi Muhammad sungguh tidak pantas ditulisakan dalam bentuk kisah fiksi. Maka ketika boming-bomingnya buku ini saya tidak tertarik meliriknya sedikitpun.
Nyatanya saya salah, buku ini bukan hanya sekedar buku fiksi. Buku karya Tasaro GK ini sungguh layak di apresiasi, maka tidak salah jika Buku ini di goodreads mendapat rating yang cukup baik dan menjadi salah satu nominasi novel terbaik versi goodreads. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Menariknya Buku ini tidak hanya menghadirkan kisah Muhammad SAW sebagai pribadi agung. Penulis dengan cerdas memadukan antara kisah fiksi tentang petualangan seorang pelarian dari tanah Persia dan kisah hidup Nabi Muhammad di satu sisi. 

Saya sedang melanjutkan petualangan sang pemindai surga di seri ke II nya, tebal memang tapi bagaimanapun saya harus menyelesaiakan apa yang telah saya mulai. dari empat seri buku ini saya yakin bisa menyelesaiakan semuanya sebelum tahun berganti.

4. Kedai 1001 Mimpi

Valiant Budi adalah seorang penulis yang tergila-gila dengan dunia Timur Tengah. Salah satu ambisinya yaitu menulis sebuah buku travel dari belahan bumi 1001 mimpi ini. Kesempatan datang, ia akhirnya tinggal di Saudi Arabia sambil bekerja di salah satu kedai kopi internasional. Ternyata, terjun langsung sebagai TKI membuatnya menemukan berbagai peristiwa ganjil yang tak pernah ia ingin ketahui, apalagi ikut merasakannya. Ambisinya terkubur, berubah menjadi keinginan kuat untuk kembali tinggal di tanah air tercinta. Buku ini berdasarkan pengalaman Valiant Budi dan beberapa rekan TKI yang bertahan hidup di Saudi Arabia dan selalu rindu Indonesia (by Goodreads)

Menurut penuturan penulis ada banyak pro kontra terkait penulisan buku ini bahkan sampai ada ancaman dibunuh-bunuh segala. Wajar sih menurutku, karena di satu sisi penulis menyapaikan sudut pandang yang lain dari persepsi sebagian umat Islam selama ini terkait negara ini. Saya pun sendiri awalnya membayangkan Negeri ini ibarat negeri dimana manusia-manusianya ibarat malaikat membumi, bersih tanpa cela, suci tanpa dosa. Tapi akhirnya pandanganku sedikit berubah dari penuturan teman-teman saya yang memang pernah kuliah dan tinggal di sana. Pada dasarnya dibelahan bumi manapun akan selalu kita jumpai manusia setengah setan dan manusia setengah malaikat bukan. 

5. Matahari
Matahari merupakan squel ke III dari perjalanan Raib dan teman-temanya. Saya tidak tahu harus meresnsi seperti apa. Maka ada baiknya kalian baca bukunya sendiri. Saya rasa mungkin petualangan Raib dan kawan-kawannya inilah menjadi titik akhir saya membaca buku Tere Liye. Terima kasih Bang Tere untuk karya-karyamu selama ini. Bagi saya cukup sudah. 







6. The Journey I
The Journeys: Kisah Perjalanan Para Pencerita berisi 12 tulisan perjalanan dari 12 orang penulis yang memiliki latar belakang berbeda. Mulai dari penulis komedi, penulis skenario, novelis, hingga yang memang berprofesi sebagai travel writer. Latar belakang berbeda ini membuat kisah-kisah yang dihadirkan pun memiliki sudut pandang beragam; yang terasa manis, menyentuh, hingga membuat terbahak. Dari birunya laut Karimunjawa, gemerlap New York City, keceriaan sebuah pasar pagi di Lucerne, sudut rumah sakit jiwa di Singapura, damainya Shuili, cantiknya Andalusia, warna-warni Senegal, cerita kepercayaan setempat di Soe, mencari parfum impian di Mekah, kisah sebotol sambel yang harus dibawa sampai Utrecht, upaya melipir ke Tel Aviv, hingga fakta tak disangka di balik free traveling.

Perjalanan adalah sebuah proses menemukan. ‘It’s better to travel well than to arrive,’ kata Buddha. Dan The Journeys mengajak siapa pun menemukan kisahnya sendiri. Sesederhana apa pun itu.  Eh itu bukan hasil resensi saya loh, ku kopas di goodreads lansung, malas bikin resensinya. 


7. The Journey II: Cerita Dari Tanah Air Beta

Buku ke II dari serial The Journes ini hampir sama seperti buku sebelumnya, bedanya buku ini rasanya Indonesia banget, karena memang seting situasinya hanya di indonesia. Tidak seperti buku pertamanya saya tidak familiar dengan nama-nama penulis dibuku ini, kecuali beberapa orang saja. Ada beberapa kisah yang memang begitu dalam  menurutku. Perjalanan sejatinya memang bukan tentang destinasi, tapi perjalanan adalah cara kita memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda




Sementara itu sampai postingan ini kubuat saya masih ada beberapa buku yang harus segera kuselesaikan. Seri ke dua  dari Muhammad Lelaki Pengeja Hujan jadi top priority yang harus segera diselesaikan. Menyusul kisah biografi Khalifah pertama umat Islam Abu Bakar Assidiq karya Muhammad Husain Haikal dan di waiting list ke tiga ada karya ke II Harper Lee yang konon katanya merupakan sudut padang berbeda dari Atticus yang harus kita lihat and btw jika kau terlalu mencintai To Kill of Mocking bird penulisnya menyarankan untuk tidak membaca buku ini, but apapun yang tersaji di sana saya tetap akan membacanya meskipun saya akan kecewa berat nantinya. Kekekekekkekekek.


0 komentar: