Merlion Park. Terlepas dari imigrasi Singapura rasanya seperti baru saja menyelesaikan PR matematika yang rumit, plooong. saya dan kawan...

Melintas Batas Part III: One Day Trip in Temasek (Singapura)


Merlion Park.
Terlepas dari imigrasi Singapura rasanya seperti baru saja menyelesaikan PR matematika yang rumit, plooong. saya dan kawan saya bisa bernafas lega. Tempat pertama yang akan kami tuju adalah Merlion Park. Kata orang-orang, kamu belum dikatakan mengunjungi Singapura jika belum berfoto dengan latar patung kepala Singa yang mulutnya mengeluarkan air ini. Merlion Park terletak di kawasan Raffles. Dari Harbourtfront atau dari bandara Changi kita bisa ke sini dengan MRT. Disini apapun bisa di jangkau dengan MRT sih

Berikut rute untuk menuju tempat ini dari Harbourfront.
*dari stasuin MRT harbourfront (basement mall vivo city), naik MRT purple line jurusan punggol dan turun di outram park station.
*naik MRT green line jurusan Pasir Ris dan turun di raffles place stasiun.
*keluar stasiun melalui exit B dan jalan menuju singapore river. kemudian belok kanan dan jalan hingga menemui cavanagh bridge dan hotel fullerton. setelah itu menyeberang ke merlion park.

Kami menyusuri jalan-jalan di kawasan Rafles ini, melihat keramaian dan apatisme orang-orang kosmopolitan. Gedung-gedung menjulang tinggi, masyarakat berbagai bangsa berlalu lalang dengan sibuk. Satu dua bahkan tampa rasa canggung memadu kasih dengan intim di pinggir Singapura river yang tertata cantik. Hal-hal yang selama ini hanya kulihat di tivi-tivi kini secara nyata tergambar didepanku. Saya jijik.




Patung Merlion sendiri dibangun pada tahun 1964. Patung ini berbentuk kepala singa dengan badan ikan di atas puncak ombak. Patung ini hingga kini menjadi ikon Singapura bagi dunia. Patung ini dirancang oleh Mr. Fraser Brunner, anggota panitia suvenir dan kurator di Van Kleef Aquarium, kepala singanya melambangkan singa yang terlihat oleh Pangeran Sang Nila Utama saat ia menemukan kembali Singapura di tahun 11 M, seperti yang tercantum dalam “Sejarah Melayu”. Ekor ikan sang Merlion melambangkan kota kuno Temasek (berarti “laut” dalam bahasa Jawa), nama Singapura sebelum sang Pangeran menamakannya “Singapura” (berarti “Kota Singa” dalam bahasa Sansekerta) dan juga melambangkan awal Singapura yang sederhana, yaitu sebagai perkampungan nelayan.

Bugis Street


Bugis Street terletak di antara Rocchor, Victoria, dan Queen Street. Bugis Street terkenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan murah di Singapura, orang-orang datang ke sini untuk berburu oleh-oleh dan barang-barang murah namun bagiku satu-satunya yang membuatku tertarik mengunjungi tempat ini adalah namanya “Bugis Street”. Nama jalan yang diambil dari nama suku saya, suku “Bugis”. Salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan. Suku yang terkenal keuletannya menjelajahi samudera. Suku pelaut, Suku perantau. Suku Pedagang Begitu kata orang-orang.

Dahulu konon katanya Bugis dan Singapura pernah memiliki hubungan yang erat. dahulu pelat-pelaut Bugis banyak yang bermigrasi ke Singapura. Akar rumpun budaya Melayu Singapura banyak diwarnai suku Bugis, Karena penghormatan itu maka hingga kini di singapura kita masih bisa menemukan sisa-sisa peninggalan masa lalu itu. Di beberapa tempat di Singapura seperti di Distrik ini masih dinamai dengan nama bugis seperti Bugis street ini. Selain itu salah satu distrik di sini juga di beri nama Sengkang yang juga merupakan nama salah satu ibu kota kabupaten di sulawesi selatan. Saya bayangkan di masa lalu di jalan ini kita akan menemukan banyak orang bercakap-cakap menggunakan bahasa bugis. Bahasa sukuku.

Masjid Sultan


Masjid sultan terseok-seok membentengi umat Islam dari dominasi agama lain di negeri yang multirasial ini. Populasi umat Islam di Singapura makin menyusut. Dari segi bangunan Masjid Sultan tidak terlalu istimewa menurutku jika dibandingkan dengan masjid-masjid di Indonesia, namun masjid itu sangat patut di apreasiasi. Mengingat perannya yang begitu krusial bagi umat Islam yang minoritas di sini. Masjid ini dibangun pada tahun 1824 untuk Sultan Hussein Shah, sultan pertama di Singapura dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.

Masjid ini menjadi salah satu bangunan bersejarah di Singpaura dan telah ditetapkan oleh pemerintah Singapura pada tanggal 14 maret 1975. Jadi selain tempat ibadah Masjid ini juga terbuka bagi seluruh turis yang ingin masuk melihat suasana didalam masjid. Masjid ini terdiri dari dua bangunan besar yang diperkirakan bisa menampung sekitar 5000 jamaah. Saya menyukai beberapa ornamen masjid ini juga warna kubah emasnya yang dominan. juga bagian bawah kubahnya yang didekorasi dengan ujung botol kaca. Konon katanya botol-botol kaca itu merupakan sumbangan kaum dhuafah selama masa pembangunan masjid ini.

Persis di depan masjid ini tepatnya di arab street terdapat berbagai macam kedai makanan yang menjual cenderamata dan makanan halal. Saya menikmati makan siang di salah satu kedai milik muslim india tak jauh dari gerbang utama masjid ini. Saya memesan ayam goreng sambal hijau lengkap dengan segelas mokachino dinginnya. Saya harus mengeluarkan hampir 10$ Singapura untuk makanan ala kadarnya ini, yang jika dirupiahkan kurang lebih Rp100.000,00. Bagi backpacker kere seperti saya, uang sebesar itu sangat sayang dikeluarkan hanya untuk sepiring makanan yang bisa saya dapatkan dengan harga Rp15.000,00 saja di Indonesia.

Universal Studio


Universal Studio berada di Sentosa Island. Pulau kecil di ujung Singapura yang sampai hari ini masih terus di reklamasi. Pulau ini awalnya hanyalah pulau mati tak berpenghuni namun seiring perkembangan Singapura yang semakin pesat pulau sentosa akhirnya bertransformasi menjadi kawasan wisata yang mengundang setidaknya sekin juta pengunjung tiap tahunnya. Universal Studio menjadi daya tarik utama tempat ini. Universal Studio Singapore merupakan Universal Studio keempat di dunia dan pertama di ASEAN. Wahana-wahana wisata di sini bertemakan film-film produksi Universal Studio. Selintas, kawasan wisata ini mengingatkan kita pada Ancol Taman Impian di Jakarta.

Tak banyak yang bisa kuceritakan di sini. Saya tidak pernah tertarik mengunjungi wisata-wisata dengan macam-macam wahananya seperti ini, satu-satunya yang membuatku harus ke sini karena ingin berfoto di depan Bola dunia yang bertuliskan Universal Studio itu. Hahahahhaha
Bayangkan saja, untuk menikmati berbagai macam wahana di dalam universal studio ini kita harus mengeluarkan duit sebesar 50$ Singapura atau setara dengan Rp500 ribu rupiah. Sementara duit di dompet saya hanya sebanyak $70 $ Singapura. Jadi lupakan wahana-wahana itu.

0 komentar: