Day 6: 9DSolobackpaker Labuanbajo
29 Desember 2016
Wae Rebo: Desa Dibalik Gunung
“kita akan melewati sebuah jembatan bambu” begitu kata Timo, pemuda
tanggung yang jadi guide kami. Jembatan ini seperti portabel waktu, memisahkan
antara dunia kita dan dunia orang-orang Wae Rebo itu. Kami sudah berjalan
hampir 3 jam lamanya, tanda-tanda perkampungan Wae Rebo itu belum nampak sama
sekali. Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak ini. Hutan-hutan tua dengan
pohon-pohon yang tak kalah tuanya berdiri kokoh di sepanjang jalan. Pos satu tempat kami berehat tadi sudah jauh
tertinggal di belakang. Sesekali kami berpapasan dengan tamu atau warga Waerebo
yang hendak turun ke Denge’. Tidak banyak pengunjung beberapa hari ini begitu
kata si Timo.
Saya lelah, setelah berkendara berjam-jam kini saya harus berjalan
berjam-jam pula. Gerimis tampa ampun menyirami kami. Jas hujan ala kadarnya
rasa-rasanya malah semakin memperberat langkahku. Dan pada titik lelahku dari
jauh dibalik kabut sama-samar kulihat pucuk-pucuk rumah kerucut itu. Kita hampir sampai, begitu kata si Timo. Lelahku tiba-tiba menguap, hilang bersama kabut.
0 komentar: