Perjalanan Menuju Mamasa @asdar_munandar |
Suatu hari di bulan Oktober, saya ditugaskan oleh kantorku
ke suatu daerah bernama Mamasa. Selama seminggu disana banyak hal menarik yang
kutemukan, sayangnya kesibukan pekerjaanku tidak memberiku kesempatan untuk
bisa leluasa mendalami apa-apa yang seharusnya keperhatikan lebih detail,
banyak fenomena-fenomena unik disana yang menunggu untuk digali lebih
dalam. sebagia seorang fenomenolog (hahahha narsismeku) waktu seminggu tidaklah
cukup untuk mengungkap apa-apa yang tersembunyi dibalik sesuatu yang
tampak. mengerti apa-apa yang ada di bawah tampakan, yang di luar
tampakan, makna siratan-siratan dan memahami isyarat-isyarat.
bagiamanapun juga ini merupakan pintu gerbang pertama yang memperkenalkanku
dengan tempat ini. dan saya rasa besok-besok akan ada kesempatan kedua, ketiga
dan seterusnya, waktu jualah yang akan menjawabnya, hahahhahahhahahhah
Mamasa seperti dimensi lain yang jauh, ada semacam tembok portabel tak kasat
mata yang membatasi kehidupan di sana dan kehidupan dunia luar. Bahkan dulu
hingga akhir tahun 80an perjalanan Mamasa-Polewali ditempuh tiga hingga
empat hari lamanya. Barulah di tahun 1988 Perjalanan Mamasa-Polewali bisa
ditempuh dengan Kendaraan roda dua. Perlahan tapi pasti saya rasa Mamasa mulai
menemukan masa depannya.
Sebagai kota kecil yang relatif baru kabupaten Mamasa memang belum banyak
dikenal orang. Letak geografis tempat ini terbilang unik, di bagian timur
kabupaten ini berbatasan langsung dengan dua kabupaten yang masuk wilayah Sulawesi
Selatan, yakni Kabupaten Tanah Toraja dan Kabupaten Pinrang. Di
sebelah utara Kabupaten Mamasa berbatasan degan Mamuju yang merupakan ibu kota
provinsi Sulawesi Barat sedangkan di sebelah selatanya berbatasan dengan
kabupaten induknya Poewali Mandar.
Mamasa dianugerahi pemandangan alam yang indah. Gunung-gunung menjulang tinggi,
meliuk-liuk mengelilingi tempat ini. Juga hamparan pertanian
bertingkat-tingkat. Hutan-hutan tua dengan pohon-pohon besar yang tak kalah
tuanya. Bahkan hutan primer masih jauh lebih banyak dibanding bagian
petak-petak yang terhuni, tak salah jika Pemerintah provinsi Sulbar menjadikan
tempat ini sebagai destinasi wisata.
Mamasa memiliki semua kualifikasi sebagai tempat wisata, Berada di ketinggian
1600 mdpl menjadikan tempat ini beriklim sejuk. Pemandangan alam yang
indah dan masih alami, adat dan tradisi yang unik, serta aneka kuliner dan juga
kopi Mamasa-nya yang terkenal itu. Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa
sendiri mencatat setidaknya di kota ini tidak kurang dari empat puluh
tempat yang menyimpan benda dan situs yang merupakan Cagar Budaya, seperti
Rumah Adat Rambu Saratu di daerah Rante Buda, Rumah Adat Orobua, Rumah Adat
Buntu Kasisi di Osango, Rumah adat Balla Satanetean, serta Makam Tedong-Tedong
yang berada di Balla Barat, Paladan dan Messawa belum lagi wisata alam
yang tak terhitung jumlahnya. Di sekitaran kota Mamasa sendiri setidaknya
terdapat beberapa destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan begitu saja
ketika berkunjung ke kota kopi ini.
0 komentar: