KEHIDUPAN PERANTAU
Lokasi Foto: Pelabuhan Sape
Hidup itu menyedihkan.
Kita dibiarkan memasuki dunia yang indah,
Kita bertemu satu sama lain
Saling menyapa dan berkelana bersama sejenak
Lalu kita saling kehilangan dan lenyap dengan cara yang sama mendadaknya.
***
Sabtu selalu datang tepat waktu. Tidak pernah lebih cepat atau sedikit lebih lambat. Sabtu akan datang persis setelah hari Jumat berlalu. Sabtu pagi datang membawa angin yang berhembus menenangkan. Pagi yang sempurna. Ini Sabtuku yang keempat di tempat baru ini.
Saya menyukai tempat baru ini, setiap pagi saya harus berjalan ke kantor, melewati toko roti di pojok gang kecil yang selalu mengeluarkan aroma manis. saya menyukai aromanya. Menenangkan. Seperti kembali ke masa kecilku dulu.
Saya ingat, ketika itu usiaku belum lagi 5 tahun. Tiap hari Ibuku bangun dini hari membuat roti yang telah disiapkan adonannya malam sebelumnya. Aku dengan senang hati akan terbangun menemaninya, meski hanya melihatnya di pojok rumah. Melihat keringatnya menetes karena uap tungku pembakaran. Saya orang pertama yang akan selalu mencicipi roti buatan Ibu. Rasanya manis. membuatku selalu tersenyum lebar tiap kali menggigitnya. Rasanya masa-masa itu berlalu jauh sekali.
Kehidupan berubah. Perlahan-lahan dan pasti. Kini saya bukan lagi bocah 5 tahun yang selalu mengekor di belakang Ibu saya. waktu berlalu. Saya bahkan hampir melupakan aroma wangi Ibuku yang dulu selalu kurindukan. Saya merantau, bertahun-tahun.
Kalian pernah merantau ? kalian pernah merasakan menjadi perantau atau kalian pernah membaca kisah hidup orang-orang yang merantau. Kata sebagian orang hidup merantau sesuatu yang sangat luar biasa. Bisa melihat banyak tempat, bisa bertemu dengan berbagai macam manusia, bersuku-suku. Bisa melihat berbagai macam budaya-budaya yang unik. Melihat tempat-tempat indah di pelosok-pelosok negeri. Bisa melangkah lebih jauh, bisa mengetahui lebih banyak. Dulu juga aku berpikir seperti itu. Kutenteng ranselku dengan bangga. Kucium tangan ibuku meminta restunya dan aku melangkah jauh. Jauh.
Kini setelah bertahun-tahun aku pergi, aku akhirnya tersadar. Merantau adalah kata lain dari Kesepian abadi. Saya mengunjungi banyak tempat, berpindah dari satu kota ke kota yang lain, mengenal banyak orang-orang baik tapi begitu waktu kita berakhir kita akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal. Berpindah lagi. Melupakan lagi. Sendiri lagi. Memulai lagi kehidupan dari awal. Rasanya menyesakkan.
Sabtu 14 Februari 2014 @Yogyakarta
#Latepost
0 komentar: