Biar cinta itu bermuara dengan sendirinya Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga? Padahal kulihat, buka...
Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya
Biar cinta itu bermuara dengan sendirinya
Kenapa tak pernah kau tambatkan
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!
Kalau dulu memang pernah ada
satu pelabuhan kecil, yang kemudian
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?
Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.
(Judul Puisi ” Pelabuhan ” karya Tyas Tatanka, kumpulan
puisi 7 penyair serang)
Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca
dan merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap
pada seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan – kilasan di
hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari..
dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai
pernikahan.
Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala
hal, terutama masalah agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami
agama Islam dengan lebih intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif
diorganisasi keislaman, dan masih banyak lagi hal – hal positif yang ada dalam
diri lelaki itu. Sehingga kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk
terus menggali ilmu agama. dan mempraktekkannya dalam kesehariannya. Kedekatan
itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati,
saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala
kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan
persahabatan.
Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya “Adakah
persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan
hati dan perasaan terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan
untuk sering berinteraksi?”
Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab ” entahlah..”
Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang…
Awalnya masih memberi kabar. Selebihnya hilang begitu saja. Dan perempuan itu
masih berharap dan menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak
pernah ada komitmen yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal
sosok lelaki lainnya… Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu
dan tentulah sosok laki-laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding
yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain.
Sampai suatu hari,..
Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia
berharap ke sesuatu yang tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati… Bukankah
banyak hal yang bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini….
Air mata nya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam… Dia
berjanji untuk tidak mengisi hari-harinya dengan kesia-siaan.
“Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki itu ??” Perlahan saya
bertanya padanya.
“Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah
hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan
proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati…. Biarlah
hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati
– hati dalam menata hati dan melabuhkan hati,” ujarnya dengan diplomatis.
Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar-benar menepati janjinya.
Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan
warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata anak anak jalanan
yang menjadi anak didiknya…. Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari
sahabat-sahabat di komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan
bisa menghasilkan karya…cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang
tua dan keluarganya… Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang
selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka…
Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.
Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan
memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga…. saat seseorang itu pun hilang
begitu saja… Masih ada setangkup harapan agar dia kembali….Walaupun ada
kata-katanya yang menyakitkan hati…. akan selalu ada beribu kata maaf untuknya….
Masih ada beribu penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa
dialah jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang
lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah
memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??
Masih ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada
pijar bintang dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan
menjadi bermakna dan bermanfaat bagi sesama….
“Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada??” tanya
saya suatu hari.
Perempuan itu berujar, ” Biarkan cinta itu bermuara dengan
sendirinya… disaat yang tepat… dengan seseorang yang tepat…. dan pilihan yang
tepat……hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam
ikatatan pernikahan yang barokah..”
Semoga saja akan demikian adanya…
Untuk seorang sahabat.yang tengah meniti masa transisi
dini@mipp.ntt.net.id
sumber : eramuslim
*Beberapa tahun yang lalu saya kebetulan pernah membaca artikel ini, dan entah kenapa tiba-tiba saja sepintas lalu teringat kembali. Saya ucapkan terimakasih buat penulisnya untuk tulisannya yang bermanfaat.
Beberapa hari ini waktuku di sita habis oleh novel bergenre Jepang. Novel tersebut berjudul “Musashi” bercerita tentang perjalanan h...
Miyamoto Musashi Quotes
Beberapa hari ini waktuku di sita habis oleh novel bergenre Jepang. Novel tersebut berjudul “Musashi” bercerita tentang perjalanan hidup seorang maestro pedang bernama Musashi. Musashi bukanlah tokoh fiktif, Musashi adalah tokoh yang benar-benar pernah hidup di Jepang. Menurut kata pengantar di bukunya, Musashi hidup antara tahun 1584-1645.
Miyamoto Musashi atau Takexo adalah anak desa yang bercita-cita
menjadi samurai sejati. Perjalanan panjang dan berlikupun memenuhi alur cerita
hidupnya, pertarungan-pertarungan, kebencian, permusuhan, kisah cinta,
persahabatan, pengkhianatan, perpisahan dan berbagai latar latar kehidupan
menjadikan alur novel ini begitu hidup.
Saya pada dasarnya kurang berminat novel dengan genre seperti ini, tapi begitu membuka lembaran demi lembarannya saya seakan terhipnotis untuk terus membaca dan membacanya. Alhasil tadinya novel yang rencananya hanya saya baca untuk menemani perjalanan panjang saya Solo-Malang menyita beberapa hari penting saya untuk benar-benar menghabiskannya. Maklum novel ini lumayan tebal bisa di jadiin bantal kalau lagi ngantuk (sekitar 800an halaman) dan juga begitu banyak bahasa filsafat yang harus benar-benar di cerna. Berikut beberapa petikan yang sempat saya kutip dari novel tersebut. Saya kasi poin 9 untuk buku ini. Sangat recomended
Saya pada dasarnya kurang berminat novel dengan genre seperti ini, tapi begitu membuka lembaran demi lembarannya saya seakan terhipnotis untuk terus membaca dan membacanya. Alhasil tadinya novel yang rencananya hanya saya baca untuk menemani perjalanan panjang saya Solo-Malang menyita beberapa hari penting saya untuk benar-benar menghabiskannya. Maklum novel ini lumayan tebal bisa di jadiin bantal kalau lagi ngantuk (sekitar 800an halaman) dan juga begitu banyak bahasa filsafat yang harus benar-benar di cerna. Berikut beberapa petikan yang sempat saya kutip dari novel tersebut. Saya kasi poin 9 untuk buku ini. Sangat recomended
1.
Manusia seperti daun kering yang hanyut ditiup angin
musim gugur
2.
Awan gelap mengerikan berlayar rendah di langit
3.
“Aku akan mati,” pikirnya tanpa rona sedih. “Jadi,
beginikah rasanya?” Dan ia pun merasa tertarik ke arah kedamaian maut, seperti anak-anak yang
terpesona oleh nyala api. Daimyo Edo
4.
Dan kau sendiri? Kau kelihatannya saja tidak tega
melukai seekor lalat, tapi tindakanmu jauh lebih kejam dan bengis
daripadaku."
5.
"Saya pikir aneh sekali dunia ini. Semua bintang
di kegelapan kosong di sana itu.... Tidak, bukan itu maksud saya. Malam telah
penuh. Merangkum segala-galanya. Kalau Bapak memandang bintang-bintang itu
lama-lama, kelihatan mereka bergerak. Bergerak pelan, pelan. Kesimpulannya tak
bisa lain bahwa seluruh dunia ini bergerak. Saya merasakannya. Sedangkan diri
saya hanya satu rink kecil di dalam semua itu-satu titik yang dikendalikan oleh
kekuatan mengagumkan yang tak dapat saya lihat. Bahkan selagi saya duduk di
sini sambil merenung, nasib saya pun berubah sedikit demi sedikit. Pikiran saya
terasa berputar-putar dalam lingkaran."
6.
Otsu, aku betul-betul mengharapkan bahwa kau, lebih
dari orang-orang lain, terhindar dari hal-hal yang jahat dan sikap muka dua di
dunia ini. Kuharap dirimu yang manis dan polos itu dapat melewati semua tahap
kehidupan tanpa cela dan tanpa luka."Tapi kelihatannya angin nasib sudah
sepenuhnya gila? Kadang-kadang orang yang tidak begitu beres otaknya dianggap
jenius oleh orang lain
7.
."Itu sama saja dengan yang kaunamakan
keberanianmu itu. Tingkah lakumu sampai sekarang ini tidak lebih dari
keberanian binatang, jenis keberanian yang tak menghargai nilai-nilai
kemanusiaan dan kehidupan. Itu bukan jenis keberanian yang menciptakan seorang
samurai. Keberanian sejati mengenal rasa takut. Dia tahu bagaimana takut pada
apa yang harus ditakuti. Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh
kecintaan. Mereka mendekapnya sebagai permata yang berharga. Dan mereka memilih
waktu dan tempat yang tepat untuk menyerahkannya. Mati dengan penuh
kemuliaan."
8.
Itu di luar kekuasaanku. Itu hukum alam. Kau tak bisa
mengulangnya. Itulah hidup. Segala yang terjadi adalah untuk selamanya.
Segalanya! Kau tak bisa mengembalikan kepalamu di tempatnya sesudah musuh
memenggalnya. Begitulah adanya. Tidak, bukan itu, bukan sikap pengecut. Ia
menarik pelajaran yang dengan segala jerih payah diberikan oleh Takuan, dan sekarang
ia bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jernih.
9.
la merasakan ketenangan baru, perasaan damai. Rasanya
perasaan itu mengalir di dadanya seperti sungai yang lembut. Berani, lain
sekali dengan ganas. la paham sekarang. la tidak merasa seperti binatang, ia
merasa seperti seorang manusia. Manusia berani yang sudah melampaui
kesembronoan remajanya. Hidup yang diberikan padanya adalah sesuatu yang harus
dihargai clan dijunjung, dipoles clan disempurnakan. Ia menatap langit terang
yang cantik, yang warnanya saja rasanya sudah merupakan keajaiban
10.
Belajarlah takut pada apa yang menakutkan. "Mushashi"
11.
Sun-tzu berkata, "Barang siapa mengenal dirinya
sendiri dan mengenal musuhnya, ia senantiasa menang dengan mudah. Barang siapa
mengenal langit dan bumi, ia menang atas segalanya."
12.
Seorang pendeta terkenal zaman kuno pernah berkata,
Saya terbenam dalam kitab-kitab suci dan membaca beribu-ribu jilid buku. Ketika
saya keluar, hati saya serasa melihat lebih banyak daripada sebelumnya.
13.
"Anggaplah kamar ini sebagai rahim ibumu dan
bersiaplah untuk lahir kembali. Kalau kau melihatnya hanya dengan matamu, tak
akan kau melihat apa-apa kecuali sel yang tak berlampu dan tertutup. Tapi
pandanglah lebih saksama. Lihatlah dengan akalmu dan berpikirlah. Kamar ini
dapat menjadi sumber pencerahan, pancuran pengetahuan yang ditemukan dan
diperkaya oleh orang-orang bijak di masa lalu. Terserah padamu, apakah kamar
ini menjadi kamar kegelapan, ataukah kamar penuh cahaya."
14.
"Aku akan berumur dua puluh satu tahun,"
katanya pada dirinya sendiri. Disergap rasa sesal, ia pun merintih, seakan-akan
berkabung, "Dan apa yang sudah kulakukan selama dua puluh satu tahun
ini?" Kadang-kadang kenangan tentang tahun-tahun lalu itu menekan dirinya
tak hentihentinya dan merundungnya dengan kesedihan. la meratap dan mengerang,
memukul dan menendang, dan kadang-kadang ia tersedu-sedan bagai bayi. Hari-hari
ditelan derita. Apabila derita itu mereda, ia kehabisan tenaga dan gairah
hidup. Rambutnya berantakan dan hatinya hancur
15.
Rasanya bukan sekarang saatnya kembali ke masa lalu.
Yang harus saya lakukan sekarang adalah mengambil langkah pasti ke muka, ke
masa depan. Saya belum lagi menemukan jalan yang hendak saya tempuh. Kalau saya
sudah mendapat kemajuan dalam pengetahuan dan penyempurnaan diri yang sedang
saya dan ini,barangkali akan saya perlukan waktu untuk bersantai dan menoleh ke
belakang. Tapi bukan sekarang
16.
'Soalnya adalah soal antara lelaki dan perempuan, jadi
siapa yang tahu bagaimana akhirnya?"
17.
.Malam ini, Kalau berawan, Biarlah ia berawan,
Menyembunyikan bulan Yang hanya terlihat lewat air mataku.
18.
"Aku ingin menempuh hidup yang berarti. Aku mau
menempuhnya, karena aku lahir sebagai manusia."
19.
Ada memang nenek-nenek tua yang betul-betul gagah
berani."
20.
bahwa hidup adalah permata yang harus ditimang-timang,
21.
Dahulu ia hanya bertindak atas dasar naluri, sekarang
ia harus memahami setiap hal-hal kecil, sebelum dapat menerimanya
22.
Hanya nyanyian burung bulbul dingin saja yang
terdengar oleh telinganya. Tak dapat ia mengusir firasat yang dirasakannya
bahwa mereka berdua segera akan berpisah untuk selamanya
23.
Seorang pelajar yang serius jauh lebih berkepentingan
melatih pikirannya dan mendisiplinkan semangatnya
24.
KEMULIAAN orang tua itu tumbuh bersama berlalunya
waktu
25.
Memandang wajah Otsu dalam mata pikirannya itu
menenangkan semangatnya dan menyejukkan sarafnya
26.
Tapi kenapa Musashi tak dapat mengucapkan kata-kata,
biarpun hanya sepatah? Ini sungguh terlalu berat untuk ditanggung. Daun-daun
pohon berangan bergetar, seakan-akan pohon itu sendiri mengerti dan bersimpati.
27.
'Di bawah matahari yang terang riang ini dewa maut
sedang menariknarikmu Setidak-tidaknya bagi perempuan, cinta itu satu hal yang
jauh lebih serius daripada teka-teki sulit "Tidak pernah ada jalan terang
bagi saya, tidak ada, sejak saya lahir."Ia segera berlari, tak peduli
dengan jalan kegelapan dan jalan terang itu.
28.
Untuk orang yang mempunyai ambisi," demikian
pikirnya, "mestinya ada cara yang lebih baik untuk maju.
29.
"Ya. Aku ingin melupakan semuanya. Ada beberapa
hal yang tak dapat kulupakan, karena itu aku merasa tidak bahagia siang hari
dan berbaring dengan mata melotot malam hari.
30.
"Sedikit lagi." Alangkah mudah dikatakan,
tapi alangkah sukar dicapai! Karena "sedikit lagi" itulah yang
membedakan pedang kemenangan dengan pedang yang kalah
31.
. Orang-orang yang dilanda cinta biasa mencari
filsafat, dan karena itulah mereka suka akan kesendirian
32.
"Aku benar. Aku sudah melakukan apa yang harus
kulakukan. Aku tidak menyesal
33.
. Aku takkan melakukan sesuatu yang akan kusesali.
34.
"Tidak hanya tubuhku. Jiwaku pun dingin
35.
Ia masih muda, dan seperti kebanyakan orang muda, ia
masih penuh harapan dan tidak terbiasa menangisi nasibnya yang sial. Ia melahap
setiap hari baru, seakan-akan cahaya itu bunga-bunga di kebun Yang disinari
matahari. Kesedihan dan kekecewaan memang menjadi kenyataan hidup, rapt
semuanya itu tidak membebaninya terlalu lama. Begitu pula ia tak dapat
membayangkan kesenangan yang sepenuhnya terpisah dari rasa pedih
36.
kau boleh saja terus membawa lentera dalam hidup ini,
tapi tak ada faedahnya buatmu kalau kau tidak membuka matamu. Apa artinya mata
itu? Apa sekadar lubang di kepalamu atau hiasan lucu?
37.
"Tak ada ujung buat jalan disiplin
38.
kalau aku bertemu dia, aku takut air matanya
mengalahkan diriku. Dan aku takkan dapat berpegang pada keputusanku
sendiri."
39.
Memang ada orang-orang yang mati dengan tetap hidup,
tapi ada juga yang memperoleh hidup dengan mati."
40.
orang yang benar-benar berani adalah yang mencintai
hidup dan mendambakannya sebagai harta kekayaan yang sekali hilang takkan dapat
ditemukan kembali. Ia tahu benar bahwa hidup itu lebih dari sekadar harus tetap
hidup. Masalahnya adalah bagaimana menjalin hidupnya dengan makna, bagaimana
menjamin bahwa hidupnya akan memancarkan cahaya cemerlang ke masa depan,
sekalipun terpaksa mengorbankan hidup sendiri demi cita-cita. Kalau ia berhasil
melaksanakan ini, tidak banyak bedanya berapa panjang umur itu-dua puluh atau
tujuh puluh tahun. Jangka hidup hanyalah selingan tak berarti dalam arungan
waktu yang tanpa akhir
41.
"Mudah menghancurkan musuh di luar diri sendiri,
tapi tak mungkin mengalahkan musuh di dalam."
42.
Tak seorang pun merasa lebih gembira dengan sukses
seorang manusia daripada orangtuanya sendiri.
43.
jangan mencoba melawan jalannya alam semesta. Tapi
pertama-tama yakinkan dirimu bahwa engkau mengenal jalan alam semesta.
44.
Kalau kau bisa menjadi orang yang pantas dihormati
orang banyak, mereka akan menghormatimu, biarpun kau tidak melakukan sesuatu
45.
Semakin banyak saya mengadakan perjalanan, semakin
panjang jalan itu. Saya merasa sedang mendaki jalan gunung yang tak ada
ujungnya
46.
orang muda tumbuh dewasa. Orang tua terus tambah tua,
tak peduli berapa keras mereka berusaha untuk tetap muda."
47.
Siang dan malam, jam demi jam, orang dipermainkan oleh
ombak derita dan kesenangan berganti-ganti. Kalau mereka mencoba untuk hanya
menikmati kesenangan, berarti mereka tidak benar-benar hidup. Dan kesenangan
akan lenyap."
48.
aku sendiri berhadapan dengan tembok. Ada masanya aku
bertanya-tanya, apakah aku punya masa depan. Aku merasa sama sekali kosong.
Rasanya seperti terkurung dalam rumah kerang. Aku benci pada diriku. Kukatakan
pada diri sendiri, diriku ini sia-sia. Tapi dengan mendera diri sendiri, dan
memaksa diri untuk jalan terus, aku berhasil menerobos rumah kerang itu. Lalu
jalan baru terbuka di hadapanku.
49.
"Sekarang ini belum terlalu terlambat. Kalau kau
belajar berdisiplin, kau bisa mulai dari awal lagi. Sungguh fatal kalau kau
mengatakan pada dirimu bahwa semuanya sudah lewat, dan bahwa dirimu tak berguna
50.
Apakah kekosongan ini, yang demikian sukar dicapai
oleh orang hidup, merupakan ekspresi jiwa yang sempurna, yang telah berhasil
mengatasi pikiran dan gagasan-gagasan yang lebih mulia?
51.
Manusia tak pernah meninggalkan rasa cinta dan benci
selama hidupnya. Gelombang perasaan datang dan pergi, bersama seiring dengan
waktu
“ Sering kali pemahaman hidup justru datang dari hal-hal sungguh biasa Sangat-sangat biasa malah ” AM Deru kereta melaju kencang,...
Kereta Pagi, Solo dan Kenangan Masa Lalu
“ Sering kali
pemahaman hidup justru datang dari hal-hal sungguh biasa
Sangat-sangat
biasa malah ” AM
Deru kereta melaju kencang, tak
terasa saya telah duduk 4 jam di kursi
14d gerbong 1 kelas ekonomi milik Malioboro ini. Roda berputar cepat, secepat
ingatanku berputar dan berpiling ke masa-masa lalu. Ini perjalanan panjang saya
sendiri, mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi. Kenanganku
tiba-tiba saja berputar begitu jauhnya, menikmati lagi perjalanan-perjalanan
panjang saya yang lain, Jogja, Bali, Lombok dan perjalanan-perjalanan jauh
lainnya, bedanya kali ini saya benar-benar sendiri.
Beberapa jam lagi kakiku akan
menapak Solo, kota dengan keramahan penduduknya yang begitu terkenal. Satu
persatu tempat-tempat dalam catatan kehidupanku telah kupijak, memberiku
keyakinan akan dahsyatnya kekuatan mimpi. Bagi sebagian orang,
perjalanan-perjalanan seperti ini mungkin sangat-sangat biasa, tapi bagiku
seseorang yang terlahir di pelosok negeri yang hampir tidak di temukan dalam
peta Indonesia ini memiliki makna yang begitu dalam.
Kereta melaju kencang, melewati
tempat-tempat indah, sungai-sungai panjang, hamparan-hamparan sawah yang luas.
Dari kejauhan tampak gunung-gunung berdiri begitu kokoh menyombongkan
keperkasaannya. Saya terus menerawan jauh, mencoba meraba dan memaknai
perjalanan hidup saya ini.
Seorang bapak-bapak usia pensiun
duduk di depanku, tersenyum ramah dan menyapa. Perjalanan panjang kami akhirnya
di penuhi cerita-cerita masa lalu si bapak (saya lupa menanyakan namanya).
Beliau yang ternyata alumni salah satu dosen di Universitas Negeri di Malang banyak bercerita dan mengenang
masa-masa lalunya.
Membaca lagi masa lalu, seakan
mengingatkan kita begitu banyak yang telah terlewatkan. Teman, sahabat,
kekasih, kampung halaman tercinta, masa-masa kecil yang indah, masa-masa
sekolah dan orang-orang yang datang dan pergi dari kehidupan kita. Tak terasa
setitik air membasahi sudut matanya. Dai terdiam cukup lama, menatap nanar
keluar jendela. Mungkin menjelajahi lekukan takdirnya, pikirku.
Pahatan takdir memang selalu memahat
lakunya sendiri, kita tidak pernah bisa menebak ukirannya akan menghasilkan
keindahan seperti apa. Kita tak pernah bisa tahu lekukannya akan menghasilkan
bentuk seperti apa. Kita hanya terus menerus bisa meraba dan mencoba menjalani
semuanya dengan hati lapang.
14.30 WIB, Kereta berhenti di
Stasiun Solo Balapan, juga berarti menandakan akhir dari perjalananku kali ini.
Saya di sambut hangatnya matahari Solo. Selamat datang Solo.
Solo, 1 April 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)
0 komentar: