Jalan-jalan tidak perlu harus spektakuler. cukup pergi ke tempat-tempat yang asing atau melakukan sesuatu yang baru Karena pendakia...

Banyuwangi Part II: Tersesat di Baluran


Jalan-jalan tidak perlu harus spektakuler. cukup pergi ke tempat-tempat yang asing atau melakukan sesuatu yang baru

Karena pendakian ke Gunung Ijen baru bisa dimulai pada tengah malam buta maka praktis pagi ini saya belum bisa menuju kawasan taman nasional gunung ijen. Saya memutuskan mengunjjungi Taman Nasional Baluran dulu. Setelah bersih-bersih, sarapan dan istirahat sebentar saya memutuskan untuk mengunjungi Baluran seorang diri. Berbekal google maps pada aplikasi smarphoneku dan motor rentalan yang juga disediakan di penginapan tempatku menginap, saya menyusuri jalan-jalan sepi di Banyuwangi.


Taman Nasional Baluran sendiri merupakan sebuah kawasan konservasi hutan lindung terbesar ke sekian yang dimiliki Indoneisia. Taman Nasional ini  terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi (sebelah utara), Jawa TimurIndonesia. Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55'17.76"S dan 114°23'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan. (Sumber: Wikipedia)

Sebelum sampai ke Taman Nasiunal Baluran, saya sempat tersesat sejauh 15 kilometer. Saya terhipnotis hutan-hutan jati yang berjejer rapi di sepanjan jalan menuju Situbondo. Keindahan hutan-hutan jati yang mengering ini membuatku tak sadar. Tampa kusadari saya sudah berkendara terlalu jauh meninggalkan pintu gerbang masuk ke Baluran. Beruntung saat itu mata saya ngantuk sekali, saya memutuskan menepi di warung kopi pinggir jalan, menikmati segelas kopi hitam beraroma nikmat. Ibu pemilik warung kopi menertawakanku. Saya terlalu jauh tersesatnya katatanya. Tersesat seperti ini justru kadang patut disyukuri. Saya tidak mungkin menemukan pemandangan sebegini indahnya andai kata tidak tersesat tadi. Disepanjang jalan berjejer pohon-pohon jati yang hampir mengering tak berdaun. Rumput dan ilalang berwarna coklat keemasan, juga sisa bekas hutan terbakar menyisakan pepohonan yang hangus dan rerumputan yang kini berwarna arang. Tempat ini terlihat aneh namun eksotis, sedikit kelam namun mempesona. Saya berkali-kali harus berhenti hanya untuk mengangumi keindahan lukisan alam didepanku itu. Sayangnya tak ada seseorang yang bisa kumintai tolong untuk mendokumentasikanku di tempat ini. Tempat ini begitu sepi, kendaraan yang melintas pun hanya satu dua. Resiko solo backpacker seperti saya ini pasti akan sangat minim dokumentasi pribadi.

Setelah memutar haluan, saya akhirnya menemukan pintu masuk taman nasional Baluran. Tak banyak yang berkunjung hari ini, mungkin karena memang bukan akhir peken dan cuaca juga sedang panas-panasnya. Tiket masuk Baluran terbilang murah hanya beberapa puluh ribu rupiah saja, dan kita bisa menikmati banyak hal di dalam taman nasional itu.


Jalan menuju posko induk berbatu dan berdebu. Disepanjang jalan pohon-pohon mengering disana sini. Daun-daunnya berguguran rontok tertelan hawa panas yang menjadi-jadi. Tempat ini terlihat begitu rapuh. Kering dan rawan terbakar. Ayam-ayam hutan berlarian di sepanjang areal savanna. Membuatku harus berhenti berkali-kali mengambil gambar sebisanya.  Setelah jalan berdebu dengan pepohonan mengeringnya kita juga akan melewati kawasan hutan musiman “Evergreen”. Berbanding terbalik dengan kondisi hutan sebelmunya, tempat ini justru berwarnah hijau cerah. Dengan dedaunan dan pepohonan yang rapat disepanjang jalan. kupu-kupu beraneka warna beterbangan juga beberapa berkelompok di beberapa titik genangan air disepanjang jalan. Konon hutan ini berada diwilayah cekungan dimana terdapat sungai bawah tanan yang sellau menyupai air di pepohonan sehingga tempat ini akan selalu hijau sepanjang tahun.


Ada beberapa Julmah titik wisata yang bisa dinikmati di taman nasional ini, namun diantara bagian itu, savanna bekol adalah bagian yang paling indah dan memukau. Saya betul-betul minikmati pesona padang savana bekol  ini. Sejauh mata memandang, padang savana membentang luas. Saya seperti menyaksikan Serengeti secara langsung. tempat yang selama ini hanya bisa kusaksikan dilayar kaca dalam program Natgeo kini betul-betul tampak nyata di depanku. Ayam-ayam hutan berlariang kesana sini. Rusa-rusa berkelompok maupun sendirian juga sesekali memotong jalan. Segerombolan monyet-monyet kecil menguasai oase ditengah padang rumput itu. Juga seekor kerbau liar seukuran gajah tampak begitu perkasa berkubang dibawa genangan air yang tak jauh dari jalan utama. Membuatku harus memperlambat laju motorku dan mengabadikannya satu dua gambar melalu kamera kecil yang kubawa serta ini.  Sayangnya saya tak berhasil menemukan “Macan Tutul Jawa” hewan buas yang jadi pemangsa utama selain manusia di Taman Nasional ini.


Tempat ini mengingatkanku pada filem lawas "The Gods Must Be Crazy" filem lucu yang mengambil setting di padang Savana Bushmen di pedalaman Gurun Kalahari Afrika Selatan. Film ini bercerita tentang Xixo seseorang dari suku tradisional di Afrika menemukan benda modern berupa botol Coca-cola yang terjatuh dari sebuah pesawat

Alkisah, botol cocacola yaang dianggap kiriman dari langit tadinya  menjadi sebuah berkah, awalnya, suku Bushmen berpikir bahwa botol kaca tersebut merupakan pemberian para dewa dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sayangnya, hanya karena satu botol kaca yang diberikan, suku Bushmen sering bertengkar dan bahkan melakukan kekerasan demi mendapatkan botol itu.

Xi yang menyadari bahwa benda tersebut lebih banyak membawa dampak negatif memutuskan untuk segera membawa botol tersebut ke “ujung Bumi”. Petualangan Xi demi membebaskan kaumnya dari “kutukan” botol pun dimulai. Bayangkan jika hanya satu buah botol bisa merusak tatanan dan keharmonisan sebuah suku dan alam , bagaimana jika berton-ton sampah yang secara sadar maupun tidak sadar kita buang ke alam. Berapa besar dampak kerusakan ekosistem yang dihasilkan dari ketololan kita.

Setelah padang savanna, juga ada posko induk atau gardu pandang. Namun sayangnya tempat ini sedang dalam masa renovasi, wisatawan tidak diperkenangkan untuk memanjat gardu pandang ini. Masih dilokasi yang sama juga terdapat mushollah dan  warung sederhana yang menyajikan es kelapa yang terasa begitu segar setelah terbakar hawa panas. Selain itu masih di kawasan yang sama juga terdapat beberapa vila yang dikelola oleh taman nasional baluran yang biasa disewakan kepada wisatawan bagi yang ingin merasakan sensasi bermalam di alam liar Baluran.


Tak jauh dari padang savanna bekol juga terdapat kawasan wisata pantai Bama dengan pasir putihnya yang indah jaraknya kurang lebih 3 km lagi. Selain itu masih dikawasan yang sama juga tedapat hutan Magrove dan dermaga mangrove yang tenang dan romantis. Tempat ini juga merupakan habitat asli monyet berekor panjang. Monyet disini terkenal usil dan jahil suka mencuri dan merampas makanan para pengunjung. Bebeapa kali tas saya hampir dijarahnya, beruntung mas mas penjaga pantai sigap mengamankan barang-barang saya.  Pantai Bama juga di lengkapi berbagai macam fasilitas yang membuat nyaman pengunjung, terdapat toilet bersih dan musolah juga beberapa tempat peristirahatan dan kantin yang juga sama bersihnya. Selain itu wisata bawah air di pantai ini juga terkenal bagus. Waktu terbaik untuk snorkeling disini


*Bersambung: Banyuwangi Part III

0 komentar: