Day 4
27 Desember 2016
Pulau Komodo: Negeri Para Naga
Orang-Orang Flores: Portugis
Hitam dari Timur
Awalnya saya sendiri sulit membedakan antara Nusa Tenggara Timur dan
Nusa Tenggara Barat serta daerah-daerah yang ada diantara ke dua provinsi
tersebut. Saya menganggap orang-orang lombok, Bima, Sumbawa sama halnya dengan
orang-orang flores itu. Belakangan kuketahui ada banyak perbedaan mendasar
diantara mereka.
Secara anatomi fisik, orang-orang Nusa Tenggara Barat lebih mirip
percampuran antara ras Bali dan Jawa dengan ditambahi ciri khas tertentu seperti kulit hitam manis,
alis tebal dan rambu sedikit kriting. Sedangkan orang-orang flores, perpaduan antara
ras malanesia, mongoloid, melayu dan bangsa Portugis melebur menjadi satu.
Itulah mungkin orang-orang flores terkenal manis-manis. ehmmmm Orang-orang
Flores dijuluki Portugis Hitam dari Timur.
Pada dasarnya orang-orang Flores bukan merupakan satu suku dengan
latar belakang yang sama. pulau Flores didiami oleh banyak suku di antaranya
Manggarai, Ngadha, Nage Keo, Ende-Lio, Sika, Larantuka dan Lamaholot. Bila
ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, orang Flores terdiri dari beberapa
etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung (yang meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis Ngadha-Lio (terdiri dari
kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio),
etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang), etnis Lamaholot
(meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot
Tengah) dan etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata bagian
selatan). Suku Manggarai merupakan suku terbesar yang ada di flores
selain itu juga kita dengan muda menemukan banyak suku pendatang di Flores ini
terutama suku Bugis. Suku Bugis banyak ditemui di Labuan Bajo. Umumnya mereka
pendatang yang tadinya nelayan dan kini telah
lama bermukim di Labuan Bajo.
Yang kupahami terkait senyuman orang-orang flores, bahwa senyuman
mereka tulus. Kita dapat dengan muda membedakan senyuman yang tulus dan yang
tidak. Senyuman yang tulus tidak
terletak di bibir atau bagian manapun di mulut. Senyuman yang tulus bisa kita
lihat di mata. Lebih tepatnya di otot-otot orbicularis oculi yang ada disekitar
mata. Kita tidak bisa mengelabui otot-otot kecil itu. Otot-otot itu hanya
muncul ketika seseorang tersenyum dengan tulus. Itulah mungkin mengapa banyak
orang-orang yang jatuh cinta dengan senyuman orang-orang flores. Mereka tulus.
Menurutku senyuman merupakan cara efektif dan sederhana untuk mengungkapkan
penerimaan akan orang lain. Saya datang ke Flores dengan pikiran penuh
prasangka. Apalagi saya traveling sendirian dengan berjuta mitos-mitos
menyesatkan yang bertebaran di luar sana mengenai orang Flores. Datang
dengan otak penuh prasangka saya justru pulang dengan kesimpulan sebaliknya.
Kalian tahu hanya di Flores mungkin kita tidak akan menemukan sorot mata curiga
lantaran warna kulit kita berbeda, suku atau agama kita berbeda. Percaya
padaku, kalian akan aman di Flores seaman di rumah kalian sendiri.
Sailing Pulau Komodo
Seperti yang kuceritakan di postingan sebelumnya, saya akhirnya tiba
di Labuan Bajo 26 Desember 2016. Untuk memaksimalkan waktu kami berenam
memutuskan untuk memulai sailing kami pada hari ini juga. Tujuan utama kami tentunya mengunjungi Pulau Komodo. Tempat dimana habitat
reptil raksasa satu-satunya yang masih tersisa di planet ini.
Konon katanya komodo merupakan spesies reptil purba endemik yang hidup
semenjak jaman purba. Menurut penelitian ilmiah Komodo masih merupakan kerabat
dekat dinosaurus. Hal ini dilihat dari fosil-fosil dari jenis dinosaurus
tertentu yang katanya memiliki kemiripan dengan struktur tubuh dinosaurus.
Komodo disebut sebagai dinosaurus terakhir di dunia.
Makanan utama komodo adalah Babi, Rusa, Kambing, Kerbau, Sapi bahkan
ternak-ternak penduduk tak luput dari mangsa mereka. Selain terkenal sebagai
kadal karnivora komodo juga terkenal
sebagai kanibal. Mereka kadang suka memangsa anak-anak mereka yang baru
menetas, tidak seperti buaya yang telaten mengurus anak-anak mereka setelah
menetas Komodo justru sebaliknya. Setelah menetas komodo-komodo kecil itu harus
segera berlari meninggalkan sarangnya untuk menghindar dari santapan dari
ibunya sendiri. Komodo kecil harus berjuang bertahan hidup diatas pohon-pohon
dengan mengkonsumsi serangga sampai usia dewasa. Selama dua sampai tiga tahun
kemudian, anak-anak komodo itu akan mencari makan sendiri di atas pohon sampai
tubuhnya besar dan mampu bertahan dari serangan komodo dewasa
Pulau Rinca dan Pulau Komodo
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah pulau Rinca. Jarak antara
Labuan bajo dan Pulau Rinca lumayan jauh.
Pulau Rinca masih berada di kawasan Taman Nasional Pulau Komodo. Pulau
ini terletak di bagian barat pulau Flores dan masih masuk dalam kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Berjarak tempuh sekitar 2 jam dari Labuan
Bajo, pulau ini ramai sekali di datangi oleh wisatawan asing maupun lokal. Perahu Nurwati membawa kami membela lautan
berarus tenang. Ditemani pisang goreng
dan segelas kopi hitam khas Manggarai. Saya menikmati perjalanan ini, langit
biru cerah, laut biru tenang, pulau-pulau kecil dengan savannah nya yang hijau.
Suara ombak yang terpecah menubruk karang dan angin barat yang bertiup hangat.
Maka liburan yang seperti apa lagi yang kau harapkan.
Di dermaga pulau Rinca kami disambut oleh para Rangger yang akan
mengantarkan kami mengelilingi taman nasional ini. Setiap kelompok yang
berisikan tidak lebih dari lima orang akan di pandu oleh seorang ranger. Berhubung
kami berenam maka kami diwajibkan menggunakan dua rangger dengan tarif
persekali jalan adalah Rp80.000 per rangger. Dari pintu dermaga kita diarahkan
terlebih dahulu untuk menuju ke kantor pengelola Taman Nasional Komodo. Disinilah
kami melakukan registrasi untuk memasuki kedua tempat yang dihuni oleh kadal
raksasa ini.
Ada empat jenis rute yang bisa kita pilih untuk menjelajahi Pulau
Rinca. Short Trek, Medium Trek, Long Trek dan Adventure Trek. Saya sarankan
sebaiknya jika memiliki waktu yang cukup pilihlah medium trek atau long trek di pulau Rinca selain bisa
melihat Komodo di habitat aslinya, pemandangan selama trekking juga tak kalah
menariknya. Kami sendiri dipulau ini memilih Short trek mengingat waktu kami
sangat terbatas dan masih harus mengunjungi Pulau Komodo sebelum malam.
Setelah puas di Pulau Rinca kami meluncur ke Pulau Komodo. Demografi
Pula Rinca dan Pulu Komodo sedikit berbeda, jika di Rinca kita akan dimanjakan
dengan savanna yang membentang luas sejauh mata memandang sedang di Pulau
Komodo sendiri kita lebih banyak menemukan hutan lebat yang menjadikan tempat
ini sangat cocok untuk tempat berkembang biaknya hewan-hewan yang menjadi
mangsa utama Komodo.
Di Pulau Komodo kita dengan mudah bisa menemukan rusa-rusa liar berkeliaran di sekitar kita, juga babi-babi yang seakan tidak kagok lagi dengan kedatangan manusia-manusia. Tracking di Pulau Komodo seperti berjalan di kebun binatang. Komodo, babi hutan, Rusa dan berbagai satwa-satwa hutan lainnya cukup mudah ditemui. Itulah mengapa Komdo di Pulau Komodo dan di Pulau Rinca ukurannya sedikit berbeda. Komodo di Pulau komodo sedikit lebih besar dibanding di Pulau Rinca, juga jumlah mereka lebih banyak di Pulau Komdo dibanding di Pulau Rinca, begitu kata ranger yang menemani kami
Namun persamaan dari kedua
tempat ini adalah sama-sama tempat yang wajib kalian kunjung ketika di Flores
(hehehehhe). Baik di Pulau Rinca maupun Pulu Komodo masing-masing di huni oleh
manusia yang hidup berdampingan dengan komodo. Konon katanya manusia dan komodo
di daerah ini berasal dari satu keturunan yang sama. Dahulu kala seseorang
pernah melahirkan dua bayi kembar yang satunya berwujud manusia dan yang
satunya adalah komodo itu. Itulah mungkin mengapa manusia di sini bisa hidup
berdampingan dengan komodo meski tak jarang komodo memangsa ternak mereka
bahkan beberapa kali Komodo diketahui pernah memangsa manusia. Komodo seperti
hewan malas, dia munafik kata Rangger yang menemani kami berkeliling pulau
komodo. Komodo selalu terlihat lemah dan tak berdaya, tapi begitu dia punya
kesempatan kita akan diterkamnya.
Kami mengakhiri trekking kami menjelang malam. Angin laut berhembus
lembut. Burung-burung walet berputar-putar di langit bersiap kembali ke
peraduannya. Si Aco dengan cekatan menyiapkan makan malam kami. Ikan bakar khas
Manggarai degan sayur kangkung dan tempe goreng. Nikmat sekali. Malamnya kami
memutuskan menginap di sekitar pulau kalong.
Kata si Aco Ombak disini terbilang tenang. Juga disini kita bisa
memancing cumi malam harinya.
Bersambung
Day 5, Pink Beach, Pulau Kelor dan Pulau Padar
Part sebelumnya bisa dibaca dilink berikut:
0 komentar: