Beberapa hari ini saya
sering mendapat telpon dari sahabat-sahabat saya. Beberapa dari mereka hanya sekedar
say hai dan melepas kangen tapi beberapa diantaranya juga menjadikan
kesempatan ini bercerita tentang masalah hidup yang penuh dengan onak dan duri
(dramatisasi berlebihan khehehe). Mereka kebanyakan berkeluh kesah tentang
masalah pekerjaanya. Rasa bosan dengan rutinitas yang semakin menyiksa, gaji
yang nggak kunjung kebayar, karir jalan ditempat, pekerjaan yang tidak sesuai
dengan disiplin ilmunya, waktu lembur yang keterlaluan, rekan kerja yang suka
menjilat atasan, sampai masalah atasannya yang beristri dua sering mengajaknya
makan malam. Biasanya curhat-curhat tersebut akan berakhir dengan pertanyaan
dilematis seperti ini “apa yang harus saya lakukan ? Kalau saya keluar dari
pekerjaan saya, itu hal yang mustahil mengingat betapa sulitnya mencari
pekerjaan di zaman ini. Tetapi, kalau saya mempertahankan pekerjaan ini, saya
tidak tahu berapa lama lagi saya akan bertahan”.
Merenungkan suka dan
duka yang diceritakan sahabat-sahabat saya itu membuat saya kemudian berfikir
untuk menemukan penyebab kenapa dan kenapanya. Tapi itu bukan hal yang mudah bagi
saya, mengingat selama ini saya belum pernah menyandang status pekerja atau karyawan.
Berangkat dari situ saya kemudia mencoba membongkar buku-buku saya barangkali
saja ada yang mempu menjawab pertanyaan apa dan kenapanya, dan benar saja
diantara setumpuk buku-buku tua saya ada sebuah buku mungil dengan judul Fulfilling
Life. Buku karangan pak Marpaung tersebut sedikti menyitir tentang tipe
pekerja. Beliau mengklasterkan beberapa tipe pekerja atau karyawan. Berikut hasi
pemaparan beliau “Bekerja dibagi dalam tiga tingkatan besar yakni accupation,
profession, dan vacattion.”
Nah kita bahas tipe
bekerja yang pertama dulu accupation.
Accupation berarti
seseorang bekerja hanya untuk menghabiskan waktu untuk memperoleh sejumlah
uang. Baginya, tidak penting apakah akan naik jabatan, karier, maupun
penghargaan lainnya. Tipe pekerja seperti ini yang penting gaji lancar, sudah
cukup. Pekerja ini tidak memperhatikan bagaimana nasib perusahaan, bagaimana
perusahaan kedepannya, apakah perusahaan bisa tetap going concert atau seberapa
berarti perusahaan itu bagi dirinya dan orang lain yang bekerja diperusahaan
tersebut. Pendeknya tipe pekerja seperti
ini sama sekali tidak pernah memikirkan perusahaan, yang ada diotaknya hanyalah bagaimana nasibnya diperusahaan ini,
apakah bulan depan masih menerima gaji. Misalnya tipe pekerja seperti ini
ditanya tentang sudah berapa lama dia bekerja pada perusahaan atau institusi
tempatnya bekerja ? mungkin jawabanya sudah 15 tahun. Padahal sesungguhnya dia
bekerja baru satu tahun yang 14 tahun lagi dia hanya mengulangi yang satu tahun
tersebut. Artinya setiap tahun selama masa pengabdiannya dia hanya mengulangi
proses tersebut berulang-ulang tampa sedikitpun memberikan efek kepada
perusahaan, istilah lainnya “karyawan KTP” (karyawan tampa prestasi atau
karyawan tampa pengaruh atau karyawan tampa perbuatan).
Pekerja tipe kedua : profession/profesional
Karyawam dengan tipe
seperti ini biasanya menjadi andalan dan bintan perusahaan dan banyak memberikan
konstribusi bagi perkembangan perusahaan. mereka tidak hanya bekerja untuk
menunaikan kewajiban dan rutinitas harian, melainkan juga berpikir bagaimana
agar apa dilakukannya setiap hari meningkatkan kualitasnya dan menjadi semakin
profesional. Mereka yang masuk tipe ini terus menerus menempa keahliannya dan
terus berupaya agar hari ini lebih baik dari hari kemarin. Baginya tidak ada
waktu kosong, bahkan ketika perkerjaan selesai dia bersedia memabtu orang lain
yang pekerjaannya beloom selesai. Dalam kamus hidupnya tidak ada keluh kesah
karena mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi tanggung jawabnya, melaingkan
mereka terus menerus berusaha untuk belajar banyak hal dari proses bekerja
tersebut. panggilan pekerjaan baginya
bukan hanya sekedar mendapatkan gaji
dalam rangka memenuhi kewajibannya,
melainkan secara terus menerus
meningkatkan kompentensi diri bahkan diluar disiplin ilmunya.
Tingkatan yang
terakhir adalah Vacation.
Tingkatan ini adalah
tingkatan paling tinggi dari tipe-tipe pekerja tersebut. Mereka yang masuk
dalam tingkatan ini sudah tidak lagi terlalu mementingkan apa yang akan mereka
dapatkan, tetapi lebih pada apa yang mereka bisa berikan kepada perusahaan
orang lain. Bahkan dia rela melepaskan jabatanya dan kariernya ketika hal itu
bisa bermanfaat bagi perusahaan dan orang banyak. Bagi mereka, beraktivitas
bukan lagi suatu pekerjaan (working), melainkan sudah merupakan
panggilan (calling) hati.
Dari ulasan diatas
kita kemudian bisa mengukur diri kita senidiri. Kalster-klaster tersebut dapat
dijadikan acuan seberapa penting saya dan seberap penting perusahaan bagi saya.
Hal ini mungkin belum bisa menjawab kenapa permasalahan-permasalahan klasik
dalam dunia kerja sampai saat ini masih saja terjadi. Tapi paling tidak
berangkat dari sana kita mungkin bisa semakin berbenah untuk terus berusaha
menjadi pekerja yang lebih baik. Pekerja yang senantiasa memperbaiki kualitas
diri apapun dan bagaimanapun pekerjaannya. Bagi saya bekerja bukan hanya sebuah
kebutuhan, melainkan suatu wujud eksitensi dan aktualisasi diri.
“bekerja cerdas-bekerja
ikhlas”
0 komentar: