Bagiku keluarga ibarat sebuah pohon yang kokoh, dari akar, batang, dahan, ranting bahkan daun, saling terkait dan harus saling mendukung satu sama lain untuk tetap menjadi kuat. Seperti halnya pohon, beberapa waktu pasti akan menumbuhkan kuncup-kuncup daun segar yang baru, atau ranting-ranting segar yang tumbuh, pun sebaliknya. Beberapa dahan pasti akan menua patah meninggalkan batangnya, atau daun menguning dan berguguran.
Tahun ini, dua dahan yang selama
ini banyak menopang kami akhirnya mengucapkan selamat tinggal. Pertama di awal
tahun dan yang kedua beberapa hari kemarin ini. Dahan itu akhirnya patah,
meninggalkan bekas luka yg menganga di batang pohon induknya. Juga di hati kami.
Kami kehilangan orang yang kami cintai itu. Paman dan bibi kami.
Bagiku kematian ibatar pencuri yang kejam. Mencuri bapak dari anaknya,
mencuri suami dari istrinya, mencuri saudara dari saudaranya. Yang lebih
menyedihkan, kematian mencuri banyak kebahagiaan. Meninggalkan duka yang
menjadi-jadi.
Kematian selalu meninggalkan
sesal. Sesal, Kenapa tidak sempat meluangkan banyak waktu untuk bercakap semasa
mereka hidup. Sesal kenapa tidak banyak mengabadikan momen yang indah bersama.
Sesal kenapa tak banyak mengucapkan rasa sayang satu sama lain. Sesal kenapa tidak banyak membuat mereka
tersenyum. Memberi mereka banyak hal yang membahagiakannya. Kita selalu
merasa masih punya waktu. Merasa bahwa maut masih begitu jauh, masih berada diujung jalan
sana ditempat yang masih susah
dijangkau. Namun sekali lagi kita tertipu. Takdir selalu punya caranya
sendiri. Punya ceritanya sendiri. Punya
jalannya sendiri. Dan kita selalu terlambat menyadari.
Kalian tahu menyaksikan nafas-nafas terakhir orang yang kalian cintai itu
begitu berat. Dua orang ini, yang pergi lebih cepat meninggalkan pohon keluarga
kami, saya menyaksikannya bagaimana beratnya sakarat yang harus mereka lalui.
Saya menyaksikan betapa nafas-nafas kecil itu perlahan-perlahan meninggalkan
jazad mereka, saya menyaksikan helaan nafas terakhir itu. Saya menyaksikannya
di depan mataku. dan tetiba mereka tiada. Menyebrang ke dunia lain itu. Dunia
kesepian abadi, dunia kehampaan, dunia kematian. Kematian mungkin hanya seperti
itu. Hanya seperti selaput gagasan tipis yang begitu gampang diseberangi. Dan
tiba-tiba saja kita disana. Di dunia yang berbeda. Begitu kita mati, cerita
kehidupan kita telah berakhir. Terkubur bersama jazad yang habis dimakan
cacing. Satu-satunya yang tersisah adalah sekelebat kenangan-kenangan yang
perlahan memudar.
2019 Penuh Duka
0 komentar: