Bismillah,
wah, rasanya lama banget meninggalkan Blog kesayanganku ini. Waktu berlalu begitu cepat kawan, seingatku terakhir saya berkunjung ke sini, november tahun kemarin dan kini awal maret telah menyapa kita, itu berarti telah tiga bulan saya meninggalkan urusan tulis menulis catatan harian ini. Beberapa bulan ini begitu banyak hal yang terlewatkan, begitu banyak kesibukan yang menguras hari-hariku, dan mudah-mudahan aku masih bisa mengingat dengan baik potongan-potongan kisahnya. Seingatku ada beberapa kisah yang wajib aku tuliskan, terutama perjalanan hati saya ke Bali dan Lombok yang syarat dengan hikmah awal tahun ini. Musibah Kelud pertengahan bulan kemarin yang memberikan kita banyak pemahaman baru dalam memaknai definisi hidup.
Menulis menjadi perkara penting bagiku, tidak hanya karena memang sekarang saya berkutat dengan tugas akhir yang menuntutku banyak menulis, tapi lebih karena menulis bagiku adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Dengan menulis saya bisa membaca bagian-bagian masa laluku, bisa mengingat kembali potongan-potongan kisah dalam hidupku, bahkan dengan menulis ini saya bisa lebih berdamai dengan hati. membiarkan beban-beban hati mengalir bersama tulisanku, melepaskannya dan mengungcinya dalam bait-bait kata. Hei kawan, tulisan justru kadang menjadi tempat berbagi yang menyenangkan. Oke, biar prolognya nggak terlalu panjan, saya mulai dengan ceritaku yg nggak jelas ini pada bulan november kemarin.
November tahun lalu, Alhamdulillah saya diperkenangkan berkunjung ke rumah kawan saya di Jember. Perjalan panjang yang cukup melelahkan. Malang-Jember kira-kira berjarak 4 jam perjalanan dengan sepeda motor dan sepanjang perjalan itulah kembali banyak catatan-catatan kehidupan yang aku kumpulkan.
November Rainy
"Kami tiada
membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada
suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya."
(Al-Mu'minuun : 62)
Mendalami makna ayat di atas
sungguh memberikan suatu sugesti yang begitu besar pada jiwa-jiwa yang kering
dilanda derita. dengan sejuta ujian yang mendera setiap harinya kadang kala
hati begitu lelah untuk bangkit dari beratnya derita dunia. Maka sesungguhnya Allah melalui ayat di atas telah
memberikan jaminan kepada setiap jiwa, bahwa setiap kita hanya akan diuji
sebatas kemampuan hamba itu sendiri.
Dalam realitas hidup kita sering menyaksikan orang-orang yang menyerah dan
memilih kalah dalam berjuang. Begitu banyak derita yang berakhir dengan bunuh
diri atau tidak sedikit mereka yang tertekan akhirnya berakhir di rumah sakit
jiwa. Manusia sungguh makhluk yang lemah dan berputus asa, lihatlah bagaimana
Allah zat yang telah menentukan garis kehidupan kita telah begitu jelas
menegaskan bahwasanya setiap kita pasti akan mampu melewati seberat apapun
ujian, sesakit apapun derita, sesulit apapun garis takdir yang kini kita hadapi.
Tapi sungguh ironis, banyak dari kita memilih mengalah dalam pergulatan takdir yang
seharusnya dimenangkanya itu.
Perjalanan panjang Jember-Malang
memberiku banyak catatan. Sepanjang perjalanan itu sedikitnya 15 orang kurang
waras dari berbagai tingkatan usia kutemui di sepanjang jalang. Entah mengapa
penyakit gila ini seakan menjadi suatu epidemic yang begitu cepatnya menyebar
di Indonesia. Tanah yang katanya sepotong surga ini, tanah yang penduduknya
sederhana dan penuh cinta. Karakter bangsa itu kini seakan hilang atau tepanya
sirna tertelan jaman.
Hujan tak henti-hentinya menemani
perjalanan kami. Intensitas hujan akhir November memang tinggi-tingginya.
Sepeda kami melaju kencang, melewati bukit-bukit, sungai-sungai panjang,
desa-desa, pasar-pasar tradisional dengan berbagai macam aktivitas di dalamnya.
Kontainer-kontainer besar melaju kencang membawa berbagai macam barang ke
daerah-daerah jauh di pelosok negeri, bus-bus antar kota saling sikut berebut
penumpang, lupa di belakang mereka ternyata ada mata-mata maut yang selalu siap
mengintai.
Beberapa kecelakaan parah juga
menemani perjalanan kami. Seorang pengendara motor usia paruh baya entah apa
pasal tergeletak di pinggir jalan dengan darah mengucur deras di kepalanya,
napasnya saling memburu. Orang-orang mengerumuninya panik, ibu-ibu berseru-seru
histeris, beberapa di antaranya mencoba menerka-nerka siapa si korban itu,
barangkali sanak famili dari jauh mungkin. Beberapa kilo dari tempat itu,
lagi-lagi kami menemukan kecelakaan, truk terguling di pinggir jalan,
diindikasikan supirnya mengantuk setelah menempuh perjalanan-perjalanan
panjang.
Perjalanan Malang-Jember ini
membuatku lagi-lagi tercengang, entahlah hidup terlalu bermisteri. Kita hanya
mampu memahaminya begitu sederhana. Mencoba menerka dan meraba ke mana jalan
takdir akan membawa kita.
note: Jazakallah untuk teman, saudara dan sahabat saya Ali Radinal Mukhtar. Semoga persaudaraan kita di dunia ini kelak menjadi wasilah yang dengannya kita bisa dikumpulkan Allah di surgaNya. amin
0 komentar: