Mencari keyakinan dalam hati, menunggu dalam diam. Dingin, tegang, entahlah rasanya seperti mules. Pernahkah anda menunggu sesuatu yang sekiranya akan merubah duniamu ?. Rasanya.., tegangnya.., Sebalnya.., nervousnya, ketidak sabarannya dan juga harapnya. Inilah saya duduk di kursi deret yang sering berderit gelisah, critt..critt..critt sedikit-dikit mengeluarkan suara mencicit persis gerakan-gerakan resah para penanti-penanti nasib di sini. Berbagai macam cara kami lakukan untuk meminimalisir nervous. Mencuil-cuil kuku, ngutak-ngatik hp yang sedari tadi sempurna sekali terdiam seakan ikut menertawakan kami. Adapulah yang ber oww-oww ria nggak jelas dengan teman sebelah yang merasa senasib. Tampak jelas sorot mata kami menyiratkan sesuatu yang sama. Cemas.
“Bagas....!”. Aku
tersentak, bapak-bapak botak tiba-tiba saja menjulurkan kepalanya berseru dari
balik pintu. Persis seperti kura-kura yang sedang menjulurkan kepalanya keluar
dari cangkang sambil melet-melet menjilat sesuatu. Bagas, pemuda di samping
saya yang sedari tadi memainkan
tangannya berdiri, bergegas, merapikan bajunya. Pias. Terlihat jelas rona pias
di wajahnya, berjalan gontai menuju ruangan sumber suara tadi dan sesekali
membenarkan letak dasinya yang entah sudah berkali-kali dibenarkan.
Ruang tunggu ber-Ac itu
terasa semakin pengap. setelah pemuda tadi pastilah giliran nama saya yang
dipanggil. Hati saya kecut, keringat dingin membasahi jidatku dan lagi-lagi
ingin ketoilet. Beberapa menit berlalu, pemuda yang bernama Bagas tadi keluar,
menyapa kami sambil tersenyum merona. Beban beratnya seakan-akan sirna begitu
saja, hufss terbawa hembusan angin.
Sempurna sudah, setelah
menanti hampir 3 jam menunggu dan akhirnya aku keluar dari ruang interview
hanya dalam tempo 5 menit, yah ! hanya 5 menit dan selesai. Berbalik dan lansung pulang. Kecewa, hampir
semua pertanyaan tidak bisa kujawab dengan baik. Entah rasanya seperti apa
tidak lagi kupikirkan, bergegas pulang dan tidur sepanjang hari berharap bisa
segera menormalkan kembali suhu tubuh saya.
Malam
semakin matang, ketika tiba-tiba sms itu datang. “Pelamar YTH, terima kasih
atas atensi anda pada PT XXXX. Dari hasil interview yang anda lakukan, anda
dinyatakan gagal. Semoga sukses dilain kesempatan. HRD XXXX. Itulah endingnya
setelah sempat berbunga-bunga berhasil menyisihkan puluhan pelamar lainnya pada
sesi psikotes kemarin akhirnya aku nyunsep pada tes kedua ini. Menarik napas
perlahan. Ah.. belum jodoh, mengurut dada dan berusaha membesarkan hati. Mari
coba lagi di lain kesempatan (hehehehhe sambil nyengir baca novel).
0 komentar: