Judul: Effortless: Make It Easier to Do What Matters Most Penulis: Greg McKeown Penerbit: Currency Tahun Terbit: 2021 Jumlah Halaman: 2...

Resensi Buku "Effortless" Karya Greg McKeown

Judul: Effortless: Make It Easier to Do What Matters Most

Penulis: Greg McKeown
Penerbit: Currency
Tahun Terbit: 2021
Jumlah Halaman: 256

sumber: internet

 "Effortless" adalah karya terbaru dari Greg McKeown, penulis buku laris "Essentialism". Dalam buku ini, McKeown mengajarkan bagaimana kita bisa mencapai hasil yang diinginkan tanpa kelelahan dan kehabisan energi. Melalui pendekatan yang lebih ringan dan menyenangkan, McKeown menekankan bahwa kita dapat mencapai kesuksesan tanpa harus bekerja terlalu keras atau mengalami stres berlebihan.

Isi dan Pokok-Pokok Pemikiran:
Prinsip Dasar: Buku ini berfokus pada gagasan bahwa pekerjaan tidak harus selalu sulit untuk menjadi berharga. McKeown menantang pemikiran tradisional yang mengaitkan kerja keras dengan nilai kerja, dan memperkenalkan konsep bahwa kerja cerdas dan terfokus lebih efektif.
Tiga Bab Utama:
Effortless State: Bagian ini mengeksplorasi bagaimana menciptakan kondisi mental yang optimal untuk bekerja dengan cara yang mudah. McKeown berbicara tentang pentingnya tidur yang cukup, menjaga keseimbangan emosi, dan mengelola energi dengan bijaksana.
Effortless Action: McKeown memberikan strategi untuk membuat tindakan kita lebih mudah dan efisien. Ini termasuk mengeliminasi langkah-langkah yang tidak perlu, mengotomatisasi tugas-tugas, dan memfokuskan pada apa yang benar-benar penting.
Effortless Results: Di sini, McKeown menjelaskan bagaimana menghasilkan hasil yang signifikan tanpa harus mengorbankan kesehatan atau waktu. Dia menyoroti pentingnya sistem yang mendukung dan upaya kolaboratif.
Contoh dan Studi Kasus: Buku ini kaya dengan contoh nyata dan studi kasus dari berbagai industri dan latar belakang yang menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip "Effortless" diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan.
Setiap bab dilengkapi dengan latihan praktis dan alat yang dapat langsung digunakan pembaca untuk mulai mengimplementasikan konsep "Effortless" dalam kehidupan mereka.
Kelebihan:
Praktis dan Terstruktur: McKeown menyajikan konsep yang mudah diikuti dan diimplementasikan. Setiap ide didukung dengan latihan praktis yang memudahkan pembaca untuk menerapkannya.
Inspiratif: Buku ini penuh dengan wawasan yang menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk meraih lebih tanpa harus berjuang keras.
Relevan: Konsep-konsep yang diajukan sangat relevan dengan tantangan modern seperti stres kerja, burnout, dan manajemen waktu.
Kekurangan:
Pengulangan: Beberapa pembaca mungkin menemukan beberapa konsep diulang-ulang untuk penekanan, yang bisa terasa membosankan.
Abstrak bagi Sebagian Orang: Meski banyak alat praktis, beberapa ide mungkin terasa terlalu abstrak bagi mereka yang lebih suka instruksi langsung dan spesifik.
Kesimpulan:
"Effortless" karya Greg McKeown adalah bacaan yang sangat relevan dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mencapai lebih banyak dengan upaya yang lebih sedikit. Buku ini mengajarkan bahwa dengan mengubah cara kita berpikir dan bertindak, kita dapat mencapai kesuksesan tanpa kelelahan dan stres. Pendekatan McKeown yang praktis dan inspiratif membuat "Effortless" menjadi panduan yang berharga untuk hidup dan bekerja dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan.

3 bintang untuk buku ini, membacanya ternyata tidak se-effortless judulnya, perlu effortful untuk benar-benar menyelesaikan buku setebal 256 halaman ini.

0 komentar:

   Saya menemukan thread yang menarik di X tentang keluhan betapa susahnya mendapatkan nilai yang memuaskan di Kampus Online terbesar di Ind...

Tips Mendapatkan Nilai Maksimal di Universitas Terbuka

  

Saya menemukan thread yang menarik di X tentang keluhan betapa susahnya mendapatkan nilai yang memuaskan di Kampus Online terbesar di Indonesia, yup di Universitas Terbuka. Saya kebetulan jadi tutor di UT sudah lumayan lama, dan selama ini permasalahannya seputar itu aja, mahasiswa ingin mendapat nilai tinggi tapi  effortless, cuman mau nya copas copes tidak jelas sumbernya tapi mau dapat nilai maksimal. haha jangan harap.

Pada dasarnya proses penilaian di UT itu sangat sederhana. Kalian cukup mengikuti setiap sesi diskusi dari sesi 1 sampai 8, dan mengerjakan tugas 1 sampai 3. Jadi di setiap mata kuliah itu, hanya ada 3 tugas selama satu semesternya. Tugas di sesi 3, sesi 5 dan sesi 7. Jika kalian sudah mengikuti semua diskusi dan tugas di setiap sesinya, nilai kalian sudah dibilang mulai di ambang batas aman. Sisanya kalian tinggal mengikuti ujian semesteran. Ingat, UAS ini tidak lagi ada campur tangan tutor dalam pemberian nilai. Semuanya murni dari pihak manajemen jurusan. Tutor hanya menilai di setiap sesi diskusi dan sesi tugas. Jadi kalian harus maksimalkan di sesi ini. Nah untuk mendapat nilai maksimal bagaimana caranya ? tentu tidak dengan hanya mengcopas jawaban dari internet, kalian paling tidak harus punya sedikit usaha ekstra, tidak sulit-sulit kok.

Nah berikut ku kasi saran, bagaimana mendapatkan nilai maksimal di setiap mata kuliah di UT. Jadi, yang pertama yg harus kalian perhatikan:

  1. Pastikan mengikuti semua sesi diskusi dari sesi 1 – 8. Perhatikan due date yang tesedia. Tutor hanya menilai diskusi pada waktu yang tersedia.
  2. Usahakan kalian adalah orang yang paling pertama atau paling tidak menjawab sesi diskusi di waktu-waktu awal diskusi terbuka. Kenapa harus di awal2, karena jika jawaban diskusi kalian belum maksimal, kalian masih punya kesempatan merevisi jawaban dan tutor masih punya waktu merevisi penilaiannya.
  3.  Perhatikan korelasi topik diskusi dan jawaban yang kamu cantumkan, jangan sampai topik diskusi A kamu ngelantur kemana-mana jawab B sampai Z
  4.  Untuk setiap sesi diskusi, usahakan jawabannya cukup di laman elearning UT, tidak usah upload file pdf/word, agar jawabanmu terbuka untuk umum dan bisa di baca teman kelas lainnya.
  5. Usahakan jawabannya tidak terlalu panjang2, ambil poin inti dan penting2nya saja. Tutor juga malas membaca jawaban copas sampai dua halaman yang tidak esensial.
  6. Tambahkan simpulan atas jawabanmu, gunakan bahasa mu sendiri bukan dari bahasa sumber yang kamu kopas.
  7.  Ini yang paling penting, sumber rujukan yang kamu gunakan harus dari sumber yang relevan/ilmiah. Jangan sekali-kali kopas dari blog, webb, media massa atau sumber tidak jelas lainnya. Biasakan mengutip dari Buku BMP, jurnal atau sumber-sumber kredibel lainnya.
  8.  Cantumkan sumber bacaanmu/sumber rujukannya, biar kamu tidak terkesan kopas jawaban temanmu. Ingat biasanya tutor menilai tergantung referensi yang kamu kutip. Makin kredibel kutipanmu, makin bagus nilaimu.
  9.  Jangan lupa kerjakan tugasnya tepat waktu. karena tutor hanya bisa memberi penilaian pada waktu yang telah di tentukan manajemen UT. tutor tdk bisa mengutak atik sistem untuk mentolerir keterlambatan kalian
  10.  Terakhir, jangan sungkan reminder Tutornya jika terlambat memberi penilaian. Itu hak kalian.



*berikut contoh jawaban diskusi yang bisanya kukasi nilai maksimal

Jika kalian melakukan langkah-langkah di atas saya yakin kalian bisa dapat nilai minimal 90-100 di setiap sesi diskusinya.  Selain itu, yang paling penting yang sangat wajib kalian perhatikan adalah hasil UAS kalian. UAS ini menjadi komponen penilaian tertinggi pada kegiatan tutorial porsinya bisa sampai 70% dari semua penilaian.

 

terimakasih

Kapan-kapan jika ada waktu, saya bahas cara mudah lulus karil di UT


0 komentar:

  Judul : Twenty-Four Eyes (Nijūshi no Hitomi) Penulis : Sakae Tsuboi Tahun Terbit : 1952 Genre : Fiksi Historis Sinopsis : "Twent...

Revew Buku: Twenty-Four Eyes (Dua Belas Pasang Mata)

 



Judul: Twenty-Four Eyes (Nijūshi no Hitomi)
Penulis: Sakae Tsuboi
Tahun Terbit: 1952
Genre: Fiksi Historis

Sinopsis: "Twenty-Four Eyes" adalah sebuah novel yang berlatar di sebuah desa kecil di pulau Shodoshima, Jepang. Cerita ini dimulai pada tahun 1928 dan mengikuti perjalanan seorang guru muda bernama Hisako Ōishi, yang mengajar kelas pertama di sekolah dasar setempat. Sebagai seorang pendatang baru, dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang muncul dari perbedaan antara metode pengajarannya yang modern dan pandangan konservatif masyarakat desa. Novel ini menjelajahi kehidupan 12 muridnya, yang masing-masing menghadapi berbagai kesulitan, harapan, dan impian mereka, seiring dengan perubahan zaman yang penuh gejolak, termasuk periode perang dunia kedua.

Dua Belas Pasang Mata, karya sastrawan Jepang ternama Sakae Tsuboi, mengajak pembacanya menyelami kisah haru seorang guru perempuan bernama Oishi yang ditugaskan di sebuah sekolah pelosok di sebuah pulau kecil. Novel ini bukan hanya tentang lika-liku dunia pendidikan, tetapi juga tentang cinta, kehilangan, dan ketangguhan jiwa manusia dalam menghadapi berbagai rintangan hidup. saya menutup lembar terakhir buku ini dengan perasaan campur aduk. saya menghela nafas panjang. memberikan jeda sejenak pada pikiran dan perasaan saya atas apa yang baru saja saya selesaikan. rasanya hampa sekali.

Tema dan Topik: Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti perubahan sosial, dampak perang, perjuangan pendidikan, dan kekuatan hubungan manusia. Penulis menggunakan karakter-karakter anak-anak dan perkembangan mereka dari masa kecil hingga dewasa untuk menggambarkan bagaimana peristiwa besar dalam sejarah Jepang mempengaruhi kehidupan individu dan komunitas kecil.

Tsuboi menghadirkan cerita dengan narasi yang mengalir puitis dan menyentuh hati. Setiap kata yang dirangkai terasa begitu hidup, membawa pembaca seolah-olah ikut merasakan setiap momen suka dan duka yang dialami oleh Oishi dan murid-muridnya. Penggambaran desa nelayan yang sederhana dan indah, serta interaksi hangat antara Oishi dan anak-anak didiknya, menghadirkan atmosfer pedesaan yang menenangkan dan penuh makna.

Di balik keindahan alam dan kisah inspiratif tentang dunia pendidikan, Dua Belas Pasang Mata juga mengangkat tema yang kelam: perang dan kehilangan. Kekejaman perang Dunia II perlahan-lahan mulai merayap masuk ke pulau kecil yang damai, menelan korban jiwa dan meninggalkan luka mendalam bagi Oishi dan murid-muridnya. Tsuboi tidak menggambarkan kengerian perang secara gamblang, namun efeknya terasa begitu nyata melalui perubahan sikap dan perilaku para tokoh.

Karakter Utama:

  • Hisako Ōishi: Guru muda yang idealis dan penuh dedikasi. Melalui mata dan pengalaman Hisako, pembaca bisa melihat perkembangan murid-muridnya serta perubahan yang terjadi di masyarakat Jepang.
  • Murid-Murid: Dua belas murid yang memiliki beragam latar belakang dan karakteristik, mewakili berbagai aspek kehidupan di desa tersebut. Setiap murid memiliki cerita unik yang memberikan kedalaman dan kekayaan pada plot keseluruhan.

Gaya Penulisan: Sakae Tsuboi menulis dengan gaya yang sederhana namun penuh emosi. Penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan deskriptif, membuat pembaca bisa merasakan atmosfer desa Shodoshima dan perkembangan karakter-karakternya dengan jelas. Narasi yang disajikan dengan sudut pandang pihak ketiga memungkinkan penulis untuk menggambarkan perasaan dan pikiran setiap karakter dengan mendalam.

Analisis: "Twenty-Four Eyes" adalah sebuah karya yang mengharukan dan memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Jepang. Melalui karakter Hisako Ōishi, penulis menggambarkan dedikasi seorang guru yang berusaha membuat perbedaan dalam kehidupan murid-muridnya meskipun menghadapi banyak tantangan. Novel ini juga menggambarkan bagaimana peristiwa besar seperti perang bisa mempengaruhi kehidupan individu secara mendalam, mengubah takdir dan impian mereka.

Salah satu kekuatan utama novel ini adalah kemampuannya untuk menyeimbangkan antara cerita individu dan konteks sejarah yang lebih luas. Pembaca dapat merasakan ikatan emosional dengan karakter-karakter di dalamnya, sambil belajar tentang kondisi sosial dan politik Jepang pada masa itu.

Kesimpulan: "Twenty-Four Eyes" adalah novel yang memikat dan menyentuh, menawarkan perspektif yang unik tentang kehidupan di Jepang pada paruh pertama abad ke-20. Melalui narasi yang kuat dan karakter yang mendalam, Sakae Tsuboi berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya pendidikan, hubungan antar manusia, dan dampak perubahan sosial. Bagi mereka yang tertarik pada fiksi historis dan cerita yang kaya akan emosi, "Twenty-Four Eyes" adalah bacaan yang sangat direkomendasikan.

 

0 komentar:

Judul : The Book of Lost Things (Kitab Tentang yang Telah Hilang) Penulis : John Connolly Alih Bahassa : Tanti Lesmana\ Penerbit : Gra...

Resensi Lengkap The Book of Lost Things oleh John Connolly


Judul : The Book of Lost Things (Kitab Tentang yang Telah Hilang)

Penulis : John Connolly

Alih Bahassa : Tanti Lesmana\

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Cetakan keempat, April 2010

Tebal : 472 halaman

ISBN : 978-979-22-3879-2

Genre: Fantasi, Dewasa Muda, Thriller

Tema: Kesedihan, Kehilangan, Menghadapi Kenyataan, Mempertahankan Masa Kecil, Imajinasi, Kedewasaan


 

"Kadang-kadang sebuah cerita sepertinya memaparkan satu hal, tapi sebenarnya intinya tentang hal yang sama sekali lain. Ada makna tersembunyi di dalamnya, dan makna inilah yang mesti dipancing keluar." (Hal.47)"


Kitab Tentang yang Telah Hilang" (The Book of Lost Things) karya John Connolly menghadirkan esensi yang mendalam tentang perjalanan emosional dan pertumbuhan karakter tentang seorang anak bernama David. Cerita ini tidak hanya sebuah petualangan fantastis, tetapi juga sebuah perjalanan pribadi yang melibatkan pengalaman kehilangan, keberanian, dan penerimaan.


Pertama-tama, novel ini mengeksplorasi tema kehilangan dan kesedihan. David, protagonis utama, kehilangan ibunya dan harus berhadapan dengan perasaan kekosongan dan kehilangan yang dalam. Pengalaman ini menjadi titik awal perjalanan emosionalnya, yang membawanya ke dunia fantasi yang menguji keberanian dan ketabahannya.


David, yang tersesat ke sebuah negeri di mana Snow White, Putri Tidur, dan si Tudung Merah bukanlah seperti yang kita kenal dalam buku-buku cerita. Negeri ini diperintah oleh seorang raja yang menyimpan rahasia-rahasianya dalam sebuah kitab misterius: Kitab Tentang Yang Telah Hilang.


Saya cukup kagum, bagaimana si penulis mengungkap sisi gelap dari dongen-dongen familiar yang sering kita dengar. Gadis si Tudung Merah dan serigala misalnya, ternyata dibalik kisah tentang usaha penculikan gadis itu,  ada rahasia yang lebih gelap yang Chonolly ungkap. Si Gadis Bertudung merah ternyata jatuh cinta pada serigala yang coba menerkamnya, mereka kemudian melahirkan keturunan yang kita kenal sebagai manusia serigala. Cikal bakal dari semua kisah tentang sejarah manusia serigala berasal dari sini. Pun dengan Snow White dan kurcaci. Siapa sangka Snow White gadis yang kita kenal itu ternyata memiliki kepribadian yang menyebalkan. Dia menampar pangeran yang membangunkannya dari tidurnya lalu kemudian memperbudak kurcaci yang merawatnya selama ini. Sebuah kisah ironi yang merontokkan imajinasi masa kecil kita tentang dongen-dongen indah puteri dan pangeran.


Buku ini, senyatanya memang  Dongeng yang diperuntukkan bagi orang dewasa, terutama yang masih ingat saat-saat ketika masa kanak-kanak mulai berlalu dan jalan menuju kedewasaan telah terbentang.


Melalui perjalanan David di dunia fantasi yang gelap dan penuh misteri, pembaca disajikan dengan tema pertumbuhan dan transformasi. David harus menghadapi berbagai rintangan dan ujian, dan melalui pengalaman tersebut, dia belajar tentang keberanian, kepercayaan diri, dan kekuatan untuk menghadapi ketakutan dan ketidakpastian.

Esensi cerita juga terletak pada cara Connolly menggabungkan elemen-elemen dongeng klasik dengan narasi modern yang kompleks. Dia tidak hanya menghadirkan karakter-karakter dongeng yang akrab, tetapi juga memberikan interpretasi baru yang memperkaya cerita. Hal ini menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat, di mana pembaca terlibat dalam dunia fantasi yang penuh dengan makna dan pelajaran moral.


Puncaknya, novel ini menawarkan pesan tentang penerimaan diri dan penerimaan terhadap perubahan. David belajar untuk menerima kehilangan yang dia alami dan untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan keyakinan. Melalui perjalanan ini, pembaca juga diingatkan akan kekuatan imajinasi dan kemampuan kita untuk menemukan keajaiban di dunia di sekitar kita.


Dengan demikian, esensi cerita "Kitab Tentang yang Hilang" tidak hanya tentang petualangan fantastis, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi, penerimaan, dan keajaiban yang ada di dalam diri kita sendiri.

4 bintang untuk buku ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 komentar:

  “ Ini adalah kisah indah dan menyentuh hati sehingga kita pikir butuh Mitch Albom untuk menuliskannya. Tetapi, Albom lebih dari seorang pe...

Resensi Buku Finding Chika: A Little Girl, an Earthquake, and the Making of a Family oleh Mitch Albom

 



Ini adalah kisah indah dan menyentuh hati sehingga kita pikir butuh Mitch Albom untuk menuliskannya. Tetapi, Albom lebih dari seorang penulis karena kisah ini adalah kisah hatinya sendiri, yang hancur karena kedatangan yang mengejutkan dan kepergian yang menyiksa dari seorang gadis kecil Haiti yang memesona bernama Chika---yang menjadi putri yang berharga bagi ia dan istrinya.
Ini adalah kisah kehidupannya sendiri, yang ia satukan kembali dalam buku ini.”
—Melissa Fay Greene, penulis There Is No Me Without You


Saya menutup lembaran terakhir buku ini dengan dada penuh sesak. Meski saya sudah tau ending buku ini akan seperti apa, namun saya hampir-hampir tak bisa membendung air mataku. Mr. Mitch dalam lembaran prolog buku ini pun bahkan sudah menjelaskan dengan gamblang, Chika gadis kecil itu, hanya bisa bertahan sampai di usianya yang ke 7. Kanker ganas di otaknya tak bisa dikalahkan. Berbagai usaha telah di upayakan, namun takdir tak pernah datang terlambat.


Mitch Albom selalu mampu meramu kematian menjadi sebuah pelajaran yang berharga, seperti halnya buku-buku terdahulunya Thursday With Morrie misalnya, yang juga dalam buku ini beberapa kali disinggung. Buku tentang memoar Prof Morrie di akhir-akhir hidupnya, dibukukan menjadi narasi yang sangat menyentuh sebuah kisah penuh filosofi, bagaimana pertemuan yang dilaksanakan di tiap selasa itu menjadi pelajaran yang berharga dan memberikan inspirasi kepada banyak orang. Pun buku lainnya dengan gendre yang berbeda yang menurutku sama bagusnya “for one more day” kisah tentang Charley Chik Benetto  yang diberi kesempatan untuk kembali bertemu Ibunya setelah bertahun-tahun yang lalu meninggalkannya dalam sebuah kematian yang menyedihkan. Buku yang berkali-kali kubaca dan tak pernah membuatku bosan.


Berbeda dari dua buku sebelumnya yang membahas mengenai kematian dari sudut pandang yang lebih positif, buku ini “Finding Chika” justru merupakan memoar pribadi Mr. Mitch menghadapi hari-hari terakhir dan segala upaya yang dia dan istrinya telah lakukan untuk anak angkatnya “Chika” gadis kecil yang diadopsi nya dari Haiti.

 

Finding Chika: A Little Girl, an Earthquake, and the Making of a Family oleh Mitch Albom bukanlah sekadar memoar biasa. Ia adalah kisah nyata yang menusuk kalbu, merajut benang antara kesedihan dan harapan, tentang seorang gadis kecil bernama Chika, gempa bumi dahsyat di Haiti, dan perjalanan seorang pria untuk menemukannya serta membangun keluarga yang tak terduga


 Chika menderita tumor otak, usianya di vonis hanya bisa bertahan tak lebih dari 4 bulan lagi. Apakah kemudian Mr. Mitch menyerah dan berpasrah pada vonis dokter ? Buku ini, mengisahkan segala upaya yang dilakukan oleh Mich Albom dan istrinya Mrs. Jennie untuk membuka semua kemungkinan yang bisa diberika kepada Chika. Salah satu ungkapan yang begitu menyentuh yang diungkapkan Mr. Mitch “Bagi Dokter, Chika mungkin hanya satu dari sekian pasien yang ditanganinya, sedangkan untuk kami, Chika adalah satu-satunya yang kami miliki. Saya terpekur lama setelah membaca bagian itu. Buku ini berhasil membuatku sebak berkali-kali, saya membayangkan Mr. Mitch, menuliskan semua memoar ini dengan linangan air mata. Buku ini saya rasa menjadi master piece dari semua buku Mitch Albom


 Finding Chika" adalah bacaan yang emosional, inspiratif, dan membuka wawasan. Ia mengingatkan kita tentang kekuatan cinta, pentingnya keluarga (dalam bentuk apapun), dan kemampuan manusia untuk menemukan harapan di tengah kesulitan. Untuk siapa pun yang mencari kisah nyata yang mengharukan dan penuh makna, buku ini tak boleh dilewatkan.


 Buku ini melampaui sekadar pengalaman personal Mr. Mitch. Ia mengangkat isu kemanusiaan pasca bencana, perjuangan meraih akses kesehatan, dan kompleksitas adopsi internasional. Melalui Chika, Albom mengajak pembaca melihat Haiti bukan sebagai statistik tragedi, melainkan sebagai negeri dengan semangat, harapan, dan budaya yang kaya.


"Ada berbagai wujud keegoisan di dunia ini, tetapi yang paling egois adalah menunda, sebab tidak seorang pun di antara kita yang tahu berapa banyak waktu yang masih tersisa, dan berasumsi bahwa kita punya lebih banyak waktu sama saja seperti menentang Tuhan." Mitch Albom

 

 

0 komentar:

  Judul: Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan Penulis: Tsuneko Nakamura, Hiromi Okuda Penerbit: BPK Penabur Tahun Terbit: 2021 Tebal: 192 h...

Review Buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan

 




Judul: Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan

Penulis: Tsuneko Nakamura, Hiromi Okuda
Penerbit: BPK Penabur
Tahun Terbit: 2021
Tebal: 192 halaman
Genre: Pengembangan Diri


Resensi

Dalam buku "Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan", Tsuneko Nakamura, seorang psikiater dengan pengalaman lebih dari 70 tahun, membagikan pengalaman dan pemikirannya tentang bagaimana menjalani hidup yang tenang dan damai, tanpa dihantui oleh pikiran-pikiran negatif. Menurut Nakamura, salah satu penyebab utama stres dan kecemasan adalah overthinking, atau berpikir berlebihan. Ketika kita terlalu sering memikirkan hal-hal yang tidak pasti atau tidak dapat kita kendalikan, kita akan merasa cemas dan khawatir. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental kita.

Untuk mengatasi overthinking, Nakamura menyarankan kita untuk belajar menerima kenyataan dan tidak terlalu memaksakan diri. Kita harus menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Ada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan, dan itu adalah hal yang wajar. Selain itu, Nakamura juga menyarankan kita untuk fokus pada hal-hal yang positif dalam hidup kita. Ketika kita bersyukur atas apa yang kita miliki, kita akan merasa lebih bahagia dan damai. Buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Nakamura juga menyelipkan kisah-kisah nyata dari pasien-pasiennya untuk memperkaya pemahaman kita tentang permasalahan overthinking dan solusinya.

Secara keseluruhan, buku ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin belajar menjalani hidup yang lebih tenang dan damai. Buku ini dapat membantu kita untuk memahami penyebab overthinking dan cara-cara untuk mengatasinya.



0 komentar:

The Midnight Library: Kekuatan Menerima Takdir"  Judul: The Midnight Library Penulis: Matt Haig Genre: Fiksi, Fantasi Penerbit...

Resensi Novel The Midnight Library: Kekuatan Menerima Takdir



The Midnight Library: Kekuatan Menerima Takdir" 


Judul: The Midnight Library

Penulis: Matt Haig

Genre: Fiksi, Fantasi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun

Terbit: 2021

Tebal: 368 Halaman

 

Begitu selesai membaca buku ini, hal pertama yang terlintas dari pikiranku adalah kutipan ini "Hadiah terbaik adalah apa yang kau miliki, dan takdir terbaik adalah apa yang kau jalani."

 

The Midnight Library adalah novel fiksi fantasi karya Matt Haig yang diterbitkan pada tahun 2020. Novel ini menceritakan kisah Nora Seed, seorang wanita berusia 35 tahun yang merasa hidupnya hampa dan penuh penyesalan. Ia merasa tidak pernah mencapai apa pun yang ia inginkan, dan ia merasa hidupnya sia-sia. Pada suatu malam, Nora memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atap gedung.

0 komentar: