Perjalanan Mustahil Samiam Dari Lisboa
Editor: Karina Anjani
ISBN: 9786020648613
Halaman:361
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Buku ini di buka dengan prolog berjudul menarik “tentang tiga buku antik” sebuah opening speech dari seorang kolektor buku kuno, Prof. Barend Hendrik Van Laar yang ditulisnya pada juni 1905. Dalam kalimat pembukaannya, di mengisahkan secara tak sengaja menemukan tiga buku antik yang saling terkait satu sama lain. Sebuah memoar perjalanan dari seorang yang bernama Samiam Nogueira (dibaca Sang'iang) yang lahir di Lisboa, Portugal sekitar tahun 1513
Saya membaca prolog buku ini sambil tercengang, sebuah prolog yang sangat bagus untuk sebuah buku fiksi. Saya sampai menelusuri siapa sebenarnya Prof. Barend yang menuliskan prolog buku ini, apakah juga hanya sebuah tokoh rekaan semata, apakah buku ini benar-benar sebuah memoar dari orang yang bernama Samiam itu.
Januari 1543. Samiam mulai membuat jurnal tentang perjalanan hidupnya. Sebuah kisah panjang yang begitu misterius dan tak tertebak. Sebuah memoar hidup tentang perjalanan panjang yang dia tempuh di paruh awal masa dewasa hidupnya dari Portugal dan mungkin sampai ke sebuah pulau di dekat Malaka yang orang-orang menyebutnya pulau rempah atau Jawa.
Kisah ini dituturkan dari sudut pandang orang pertama, Samiam sendiri. Paruh awal buku ini terkesan begitu lambat, dengan narasi yang panjang-panjang dan minim percakapan. Awalnya sedikit membosankan, kita disuguhi latar belakang peristiwa perjalanan dan silsilah keluarga Samiam terlalu bertele-tele, namun belakangan kuketahui buku ini adalah buku yang dirancang akan diterbitkan dalam bentuk triologi, jadi saya rasa latar belakang ini merupakan pondasi yang cukup penting untuk pengembangan dari buku ke dua dan ke tiganya. Mari kita tunggu.
Zaki Yamani, penulis buku ini sempat menjalani program resedensi penulis di Portugal atas dukungan Komite Buku Nasional, dari situ mungkin Zaki Yamani mempunyai gambaran yang cukup bagus tentang Portugal dan latar belakang yang terjadi di negara ini di abad ke 16. Kita disuguhkan dengan berbagai macam informasi yang menarik, bukan hanya tentang sejarah, kondisi geografis, kehidupan masyarakat Portugal yang diceritakan dalam buku ini, melainkan juga peristiwa –peristiwa politik yang mengubah tatanan dunia yang terjadi di tahun-tahun perjalanan Samiam itu. Banyak informasi yang cukup menarik yang bisa dipelajari dari informasi-informasi itu.
Zaky berhasil menggali referensi yang cukup memadai untuk bisa melukiskan suasana lima abad silam di sudut-sudut kota Lisboa, Valencia, Genoa, Ottoman dan Konstantinopel. Selain itu Zaky juga dengan apik menggunakan sejarah gerakan bawa tanah para pemberontak kemapanan di Eropa menjadi sebuah pondasi penting yang melatar belakangi seluruh kisah yang terjadi di sepanjang cerita buku ini. Saya berharap Zaki Yamani tidak terlalu lama menggantung rasa penasaran kita untuk kembali bertualang bersama Samiam di buku ke dua dan ketiganya. 4 bintang untuk buku ini.
0 komentar: