"Aleph adalah suatu titik di mana apapun berada pada ruangan
waktu yang sama. Saat mengalami Aleph kita akan melihat banyak hal dalam waktu
yang bersama, Paulo menuliskan ia melihat gajah di Afrika, unta di gurun,
orang-orang bercengkraman di bar di
Buenos Aires, anjing menyeberang jalan, kuas yang dipegang oleh wanita yang
sedang menyelesaikan lukisan bunga mawar, salju meleleh di atas gunung di
Swiss, Biarawan menyanyikan lagu pujian yang eksotik, peziarah tiba di
katedral di Santiago de Compostela,
gembala dengan domba-dombanya, tentara yang baru terbangun dan bersiap untuk
perang, ikan di samudera, kota dan hutan di dunia. Seolah-olah ada pintu-pintu
yang terus membuka".
Di jagat perbukuan, siapa yang tidak mengenal Paulo Coelho,
Penulis berkebangsaan Brazil yang telah menelurkan banyak karya fenomenal.
Salah satu karya terbaiknya yang pernah saya baca adalah Sang Alkemis.
Buku-bukunya telah terjual lebih dari 130 juta copy di berbagai negara dan
konon katanya telah diterjemahkan ke dalam 72 bahasa.
Aleph karya teranyar si Paulo berusaha untuk kuselesaikan Minggu
ini. Meskipun mengaku penggemar Paulo entah mengapa beberapa tulisannya tidak
bisa kucerna dengan baik mungkin karena bukunya kadang terlalu persenol, terpengaruh cara pandangnya terhadap keyakinannya . Jadinya
saya yang tidak seiman dengannya kadang harus mengerutkan dahi untuk memahami
buku-bukunya, termasuk buku Aleph ini.
Buku Aleph ini menceritakan kisah Paulo sebagai tokoh utama
yang sedang labil. Ia terus mempertanyakan kepercayaannya dan sudah mencapai
titik jenuh dalam hidupnya. Dia terjebak dalam rutinitas. Kenyataannya pada titik tertentu kita pernah
merasakan seperti yang Paulo rasakan. Kekeringan iman. Aktivitas ibadah yang
selam ini kita lakukan kadang terasa hanya seperti rutinitas semu. kering tanpa
makna. Paulo melakukan perjalanan panjang ke Rusia (Trans Siberia) untuk
kembali menemukan cahaya iman itu, menyirami hati yang mulai tandus.
titik air hujan di jendela Picture by me |
Aku suka bagian itu. saat Paulo memutuskan untuk spontanitas
keluar dari zona nyamannya. Seperti prinsip hidupku, bepergian sejatinya
hanyalah jalan untuk menemukan jalan pulang. Juga, saya suka saat Paulo
mengibaratkan kehidupan seperti kereta. Menurutnya “Kehidupan adalah kereta
api, bukan stasiun”. Sejatinya kita berada dalam kereta yang sama yang
membedakan hanyalah pada titik mana kita akan berhenti, di stasiun mana cerita
kita akan berakhir.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang tidak terlalu
kusukai di buku ini. Awalnya saya pikir buku ini seperti buku-buku travel
wraiter lainnya. Seperti triologi buku Agustinus Wibowo atau penulis buku-buku travel lainnya. Saya memahami buku
ini sebagai non-fiksi, seperti sebuah
catatan pengalaman namun kenyataannya banyak konsep-konsep yang tidak
masuk akal yang di jejalkan Paulo.
Harusnya saya menganggap ini sebagai buku fiksi yang tidak terlalu serius
menanggapinya jadinya saya tidak sekecewa ini.
Selain itu banyaknya
penokohan karakter pendukung yang tidak terlalu kuat, Paulo seakan-akan hanya
ingin memonopoli setiap bagian dari adegan dari buku ini. Banyak detail-detail yang seharusnya akan
bisa lebih menarik jika sekiranya Paulo berkenang sedikit memberikan porsi
lebih untuk hal-hal itu dilewatkan begitu saja.
Tidak cukup banyak potongan cerita yang mampu membuatku bertahan lama-lama membacanya,
rasanya datar,tidak seperti membaca karya-karya Paulo lainnya. Meskipun
demikian Paulo tetaplah Paulo, selalu
mampu menyisipkan kutipan-kutipan yang kadang membuat kita meleleh dalam setiap
potongan kisah di novel-novelnya. berikut beberapa potongan kutipan yang
menurutku sangat inspiratif.
- Kau harus pergi agar bisa kembali ke masa sekarang.
- Kau mulai sadar bahwa jauh di bawah alam bawah sadarmu ada seseoraag yang jauh lebih menarik, penuh petualangan dan lebih terbuka pada dunia serta pengalaman-pengalaman baru.
- Segala sesuatu yang pernah dan akan kau alami berada pada saat ini.
- Pahamilah apa yang terjadi dalam dirimu dan kau akan memahami apa yang terjadi dalam diri semua orang lain.
- Aku tidak ingin pergi karena aku tidak tahu ke mana aku harus pergi.
- Saat perasaan tidak puas itu menetap, itu berarti perasaan itu ditempatkan oleh Tuhan karena satu alasan saja: kau perlu mengubah segalanya dan maju.
- Setiap kali aku menolak mengikuti takdirku, hal yang luar biasa sulit untuk dihadapi akan terjadi dalam hidupku.
- Saat menghadapi kehilangan dalam bentuk apa pun, tidak ada gunanya berusaha memperbaiki apa yang sudah terjadi; lebih baik memanfaatkan celah besar yang terbuka di depan kita dan mengisinya dengan hal yang baru.
- Kita selalu mengartikan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan bukan sebagaimana mereka sesungguhnya.
- Semua orang menyumbangkan satu kata, satu kalimat, satu gambar, namun pada akhirnya semuanya masuk akal: kebahagiaan satu orang menjadi sukacita untuk semua.
- Orang bilang, sesaat sebelum maut menjemput, masing-masing dari kita memahami alasan keberadaan kita yang sebenarnya, dan dari momen itu, surga atau neraka lahir.
- Neraka adalah saat kita menoleh ke belakang dalam waktu dan menyadari bahwa kita telah membuang kesempatan untuk menghargai mukjizat kehidupan. Surga adalah ketika kita mampu berkata: Aku membuat banyak kesalahan, tapi aku bukan pengecut. Aku menjalani hidupku dan melakukan apa yang perlu kulakukan.
- Itukah yang kucari? Kehidupan tanpa tantangan?
- Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa sentuhan kegilaan.
- Kejahatan apa pun bukan sepenuhnya tanggung jawab si pelaku, melainkan tanggung jawab semua orang yang menciptakan kondisi-kondisi sehingga tindak kejahatan itu dapat terjadi.
- Tak seorang pun menjadi nabi di daerahnya sendiri.
- Dalam hutan berisi seratus ribu pohon, tidak ada dua daun yang sama.
- Tindakan-tindakan kecil sehari-hari inilah yang membawa kita semakin dekat pada Tuhan, sepanjang aku bisa menghargai setiap tindakan tersebut dengan sebaik-baiknya.
- Tinggalkanlah kehidupanmu yang nyaman dan pergilah mencari kerajaanmu.
- Hidup berarti mengalami berbagai hal, bukan hanya duduk-duduk dan memikirkan makna hidup.
- Waktu bukanlah pita kaset yang bisa digulung atau diputar kebelakangg.
- Jangan pikirkan apa yang akan kauceritakan pada orang-orang nanti. Waktunya kini dan sekarang. Manfaatkan sebaik-baiknya.
- Satu-satunya hal yang bisa kita capai dengan membalas dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan memaafkan menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan.
- Kalau kau menghabiskan terlalu banyak waktu berusaha mencari tahu kebaikan atau keburukan orang lain, kau akan melupakan jiwamu sendiri dan akhirnya kelelahan serta dikalahkan oleh energi yang kauhabiskan untuk menghakimi orang lain.
- Kalau ingin melihat pelangi, kau harus belajar menyukai hujan.
- Apa kau percaya pada dunia spiritual, semesta paralel, dimana waktu dan tempat abadi dan selalu berada pada momen kini.
- Apa yang kau butuhkan untuk bisa menulis? Mencintai. Seperti kau mencintai istrimu.
- Para pemimpi tidak pernah bisa dijinakkan.
0 komentar: