Goodreads challenge
Pada tahun 2018 kemarin untuk pertamakalinya selama beberapa
tahun saya mengikut challenge di goodreads berhasil menyelesaikan semua
targetku. saya menargetkan membaca 25 buah buku dan Alhamdulillah berhasil menyelesaikan 26 buku. lebih banyak dari jumlah target yang kutetapkan di awal challenge. saya membaca beberapa buku yang sangat luar biasa di tahun kemarin dan sekarang saya kembali mengiktu goodreads challenge dengan
menargetkan lebih banyak buku dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 30 buah buku. Semoga tahun ini target
saya kembali bisa tercapai
See Prayer
Buku pertama yang berhasil kuselesaikan di tahun 2019
adalah "Sea Prayer" karya
pengarang terkenal Khaled Hosseini penulis novel best seller “Kit Runner” dan
“a Thousand Splendid Suns”. Dua buku yang begitu berkesan buat saya.
Sea Prasyer sendiri hanya novel tipis tak lebih dari 50
lembar yang dibuat lengkap dengan
ilsutrasiya yang begitu dingin dan menyedihkannya. Menurutku buku ini begitu
emosional, sangat nyata dan begitu menyayat hati. Buku ini didedikasikan kepada ribuan pengunsi
yang raib di lautan demi menghindari perang dan penganiayaan. Khaled Hossein
menulis buku ini sebagai keprihatinan atas krisis pengungsi yang saat ini
terjadi di dunia. Dia tergugah oleh foto Alan Kurdi, bocah pengungsi Suriah
usia 3 tahun yang jenazahnya terdampar di sebuah pantai di Turki. Khaled ingin
memberi penghormatan pada jutaan keluarga yang tercerai-berai dan terusi dari
rumah mereka gara-gara perang. Royalti dan buku ini akan disumbangkan ke UNHCR
dan Yayasan Khaled Hosseini untuk membantu para pengungsi di seluruh dunia.
Membaca buku ini sungguh membuat hatiku hancur. Kehidupan di kota tua Homs yang
tadinya digambarkan begitu indah tiba-tiba berubah 180 drajat. Angin
sepoi-sepoi di musim panas yang menyejukkan berganti dengan deru mesiu yang
tiba-tiba memporakporandakan kehidupan yang tenang di Homs. Jutaan bom-bom dijatuhkan, membentuk kubangan
yang bisa dijadikan kolam renang. Darah menggenang. Anak-anak menjadi yatim, perempuan menjanda,
kelaparan. Dan ribuan lainnya harus meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju
sesuatu yang sama tak pastinya. Apapun alasannya perang adalah kejahatan tak
termaafkan.
Perang telah menyakiti banyak orang. Tak terhitung berapa
juta orang yang meninggal karena perang, sebagian yang memilih mengunsi sama
menyedihkannya, ribuan orang raib ditengah lautan. Hilang ditelan ganansnya
ombak, Sebagian yang lebih beruntung menemukan daratan namun mereka tak
disambut, terusir lagi. Mengungsi lagi. Dan nasib mereka mungkin akan kembali
seperti Alan Kurdi.
Tentang Alan Kurdi.
2 September 2015. Rabu pagi. Hari itu dunia dikejutkan
dengan potret seorang bocah terdampar ditepi pantai di Turki. Dengan cepat
gambar itu viral di media social, dunia terguncang. Bocah itu pengungsi dari Suria
bernama Alan kurdi. Dia menjadi salah satu dari 12 warga Suriah yang ditemukan
tenggelam dalam pengungsiannya. Ia berjuang bersama saudara laki-lakinya dari
kota Kobani, Suriah Utara. Sayangnya saudara Alan Kurdi juga meninggal dalam
persitiwa itu. Alan Kurdi hari itu ditemukan tergeletak tak bernyawa di bibir
pantai di Turki, lengkap dengan sepatu kecil hitamnya celana pendek biru dan
kaos merah bergambar. Hari itu Alan Kurdi seakan ingin memberitahukan pada
dunia, inilah yang telah kalian lakukan padaku. Inilah akbiat dari
ketidakpedulian kalian padaku. Jutaan Alan Kurdi lainnya di Suriah, Palestin,
Afgahnistan, YordAnia dan negeri-negeri berkonflik lainya mungkin akan bernasib sama sepertiku atau
mungkin akan jauh lebih menyedihkan. Dan kelak kalian akan aku tuntut di
hadapan Tuhan atas ketidakpedulian kalian.
Note: Terimakasih dari komunitas tukar buku “KOTUBU” yang
mengirimiku buku ini. Buku ini sangat berarti buat saya.
0 komentar: