SEKOCI KEHIDUPAN Desember datang lebih cepat. Musim akhirnya berganti. Matahari menghilang dibalik awan kelabu. Jemuran ...

SEKOCI KEHIDUPAN




SEKOCI KEHIDUPAN



Desember datang lebih cepat. Musim akhirnya berganti. Matahari menghilang dibalik awan kelabu. Jemuran saban hari tak kunjung kering. Bagaimanapun juga aku selalu jatuh cinta tiap kali hujan turun. Hujan selalu membuat orang-orang menjadi lebih romantis. Cuaca yang panas berubah sendu.  Semua terasa melambat.

Sabtu ke dua di bulan Desember. Untuk yang ke sekian kalinya saya datang di sini. Di perpustakaan kota. Duduk manis di bagian terfavoritku.  Hari ini mungkin hari terakhir saya akan datang ke sini. Waktu berlalu begitu cepat. Rasa-rasanya baru kemarin saya mengenal perpustakaan ini. Meminjam buku ini itu dan lihatlah kini, saya akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal.

Banyak kenangan di sini, sungguh. Saya akan merindukan banyak hal. Merindukan aroma kertas-kertas tua. Merindukan suara bisik-bisik tertahan pengunjung-pengunjung puskot. Merindukan tingkah-tingkah serba salah anak-anak sekolahan yang diam-diam mencuri-curi kesempatan pacaran di perpustakaan ini. Rasa-rasanya air mataku ingin tumpah.

Entah mengapa Desember bagiku selalu terasa berat. Mungkin karena satu kurung waktu akan segera terlewati berganti ke kurung waktu selanjutnya. Banyak hal berlalu. Rasa-rasanya baru kemarin saya menginjakkan kaki di kota ini. Memulai kehidupan baru. Merajut mimpi.  Hari-hari berlalu meninggalkan berlembar-lembar cerita. Suka, duka, luka. Entahlah, kita tak pernah sungguh-sungguh mengerti seperti apa kehidupan kita ini sesungguhnya.

Malang, kota kecil yang bersahaja ini memberiku banyak pemahaman hidup. Mengenalkanku berbagai realitas. 3 tahun yang lalu di penghujung tahun 2011, saya menginjakkan kakiku di sini. Merajut mimpi. Hari berganti, Minggu berlalu. Kehidupan baru, lingkungan baru, teman-teman baru, rutinitas baru, cerita baru, cinta baru. Semuanya terasa menyenangkan tapi semuanya harus berakhir.

Sungguh betapa aku mencintai tempat ini. Mencinta orang-orangnya, mencintai lingkungannya, mencintai makanannya, mencintai gunungnya, mencintai lautnya, mencintai airnya yang dingin, juga kabut yang sejuk di pagi buta. Kehidupan yang luar biasa. Dan kini semuanya tiba-tiba harus berakhir. Betapa menyesakkannya. Kini aku harus mengucapkan selamat tinggal. Bagaimanapun juga waktu selalu berkosokbali. Saya tidak mungkin untuk berada di sini selamanya. Kita akhirnya harus menemukan petualangan-petualangan kehidupan kita yang lain. Sekarang jalan yang akan di lalui tidak lagi sama. Bagaimanapun juga aku begitu mencintai segala hal di sini. Lembaran-lembaran kenangan ini akan tetap berada di sini (di hatiku) bertumpuk-tumpuk.

Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk kehidupan yang  indah, terima kasih untuk sahabat-sahabat yang luar biasa. Terima kasih untuk guru-guru yang hebat. Terima kasih untuk Brawijaya Universty. Terima kasih untuk Pesantren Mahasiswa Firdaus. Terima kasih untuk Ma’had Abdurrahman bin Auf. Terima kasih untuk pesantren mahasiswa Al-Ghifari. Dan juga terima kasih untuk seseorang yang telah menyentuh hatiku. 

*13 Desember 2014. sehari sebelum meninggalkan tempat ini.

0 komentar: