Tahun 2020 kembali saya mengikut goodread challange. Seperti tahun kemarin saya menarget untuk menyelesaikan 30 buku selama setahun ini dan ...

The 10 Best Books of 2020 (Part 1)



Tahun 2020 kembali saya mengikut goodread challange. Seperti tahun kemarin saya menarget untuk menyelesaikan 30 buku selama setahun ini dan saya berharap 70%nya adalah buku non fikis. Sampai dengan pertengahan tahun ini taget saya berjalan dengan baik. Saya telah menyelesaikan 15 buku atau setengah target yang harus saya selesaikan di tahun 2020.. Beberapa buku yang saya baca begitu berkesan tapi juga beberapa diantaranya sangat tidak dirokemendasikan untuk dibaca. Sebagian besar buku non fiksi yang kubaca adalah buku tentang sejarah dan peradaban sementara buku non fiksi masih lebih suka membaca karya klasik non menye-menye.

Dari 15 buku yang kubaca, saya akan mengurutkan 10 diantaranya yang merupakan buku terbaik yang kunilai  berdasar berbagai pertimbangan subjektif. Jadi penilaian ini sama sekali tidak ilmiah, tidak bisa dijadikan tolak ukur bagus tidaknya buku itu, murni hanya pandangan pribadi saya. Berikut bukunya:

1.       Ring of Fire: An Indonesia Odyssey by Lawrence Blair, Lorne Blair

Buku yang menempati posisi pertama adalah “Ring of Fire”-nya Blair bersaudara. Buku ini sungguh membuatku jatuh cinta. Ditulis dengan narasi yang sangat meneraik dan detail. Buku ini menurutku buku catatan perjalanan terbaik tentang Indonesia sejauh ini yang pernah saya baca, pun  diterjemahkan dengan sama baiknya  oleh Tiyas Palar. Satu-satunya kekurangan buku ini adalah rentang waktu yang terlalu jauh antara zaman saya membacanya dan era yang diceritakan Blair. Banyak hal telah berubah di Indonesia. Saya sangat menyesal kenapa buku sebagus ini baru saya temukan sekarang. Mewakili  penduduk Indonesia saya merasa berkewajiban  mengucapkan banyak terimakasih kepada Lawrance dan Lorn Blair karena telah mendedikasikan hidupnya untuk menghasilkan karya tentang Indonesia yang begitu luar biasa ini. Saya rasa bahkan orang Indonesia sendiri pun tidak banyak yang memiliki minat seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Sekali lagi, terimakasih Lawrence dan Lorne Blair untuk karya yang luar biasa ini. 4,5 bintang untuk buku ini.

Resensi lengkapnya bisa dibaca di sini https://www.asdarmunandar.com/2020/03/resensi-buku-ring-of-fire-indonesia.html

2.       Saladin: Life, Legend, Legacy by John Man

John Man adalah sejarawan dan travel writer dengan ketertarikan khusu terhadap islam dan timur jauh, termasuk Mongolia. setelah menyelesaikan studi mengenai Jermand an Prancis di oxford, ia mengambil dua program kursus pascasarjana: kajian sejarah sains di oxford dan studi bangsa Mongol pada School of Oriental and African Studies di London.

Latar belakang akademik itu menjadikan karyanya memang luar biasa, salah satu yang sangat memukau menurutku adalah buku Biografi Shalahuddin AL-Ayyubi ini. ditulis dengan sangan detail dan objektif. BUku ini bukan hanya berisi tentang riwayat hidup Shalahuddin, buku ini juga berisi catata sejarah Imperium-imperium besar yang melatar belakangi kisah hidup Shalahuddin. Salahuddin atau dibarat disebuet Saladin adalah tokokh yang paling ikonik pada zamannya.

Kesuksesannya menaklukkan Yerussalam tercatat dalam tinta emas sejarah peradaban Islam, namun dibalik suksesnya itu banyak hal yang selama ini tidak kita ketahui, bagaimana masa kecilnya, peperangan-peperangan mana yang dia menangkan dan dikalahkan. motif apa yang melatar belakangi perang suci yang dikobarkannya bertahun-tahun lamanya. buku ini mampu mengulas semua itu dengan baik dan tentunya sangat objektif. buat kalian yang menyengi sejarah peradaban Islam saya sangat sarangkan membaca buku ini. banyak kejutan yang akan kalian temukan terkait sosok pahlawan Islam Salahuddin itu. 4 bintang untuk buku ini.

3.       Metropolis Universalis: Belajar Membangun Kota yang Maju dari Sejarah Perkembangan Kota di Dunia (Metropolis Universalis) by Eko Laksono

Buku ini Bercerita tentang kota-kota besar masa kini dengan kisah pencetus serta ide-ide bangsa besar ini yang awalnya terkesan utopis. Siapa sangka, adalah sesuatu yang ironis bahwa Eiffel awalnya hanya dibangun sementara sebagai "gerban masuk" (raksasa) Exposition Universelle 1889, dan dibenci oleh semua orang. Media membencinya, warga Paris membencinya. Begitupula Alexander Dumas dan Guy de Maupassant, penulis yang dikagumi Nietzsche. Maupassant bahkan suka makan siang dibawah Eiffel Tower karena di sana adalah satu-satunya tempat dia tidak akan bisa melihat menera metal raksasa itu. tapi seiring berjalannya waktu, orang-orang dari seluruh duni datang ke sini. setiap tahun kota itu dikunjungi 40 juta turis, terutama untuk menikmati keindahan kotanya, aura romantismenya, dan tentu saja Eiffel Tower-nya. Menciptakan sesuatu yang besar di sebuah kota tentunya selalu memerlukan perjuangan. (hal-31). 4 bintang untuk buku ini

Resensi lengkapnya bisa dibaca di sini https://www.asdarmunandar.com/2020/02/metropolis-universalis.html

4.       Sapiens: A Brief History of Humankind by Yuval Noah Harari

Pada dasarnya buku ini terbagi 4 bagian besar: (1) Revolusi Kognitif, (2) Revolusi Agrikultur, (3) Penyatuan Manusia dan (4) Revolusi Saintifik. Seperti kata Bill Gates buku ini secara garis besar berisi tentang “sejarah ummat manusia “. Sejarah leluhur ummat manusia homo sapiens dari masa pra sejarah sampai masa ini di jaman revolusi saintifik.

Pada awalnya saya benar-benar tidak bisa memahami kemana arah tulisan ini akan dibawa. Apakah untuk kembali melegitimasi teori Evolusi yang mulai usang itu. Bahwa manusia senyatanya memang hasil dari evolusi spesies berupa primata yg tadinya hanya merupakan evoulosi dari  makhluk berupa ganggang bersel tunggal di laut. Bahkan konon Sapiens di Indonesia merupakan keturunan dari kera yang hidup di savana Afrika.

Selain teori evolusi buku ini juga banyak mengulas dampak dan kegagalan revolusi industri terhadap “homo sapiens” dan bagaimana era revolusi industri itu justru membawa manusia ke gerbang kepunahan. Buku ini juga menceritakan secara gamblang sejarah kelam kolonialisasi bangsa-bangsa besar di masa lalu. dan bagaimana kolonialisasi itu sukses menghapuskan beberapa ras penduduk asli pribumi di suatu wilayah.Jadi mengapa akhirnya saya membaca buku ini. Prof Harrary juga mengajukan pertanyaan yang sama. Jadi, mengapa belajar sejarah?  Menurutnya “ sejarah tak seperti fisika dan ekonomi, sejarah bukanlah alat untuk membuat prediksi akurat. Kita mempelajari sejarah bukan untuk mengetahui masa depan, tetapi  untuk memperluas cakrawala, untuk memahami bahwa situasi  kita saat ini bukanlah alamiah atau tak terelakkan, dan bahwa kita dengan demikian memiliki lebih banyak kemungkinan di depan untuk kita bayangkan. Misalnya, mempelajari bagaimana bangsa Eropa mendominasi Afrika memungkinkan kita menyadari bahwa tidak ada yang natural atau tak terelakkan tentang hierarki rasial, dan bahwa dunia mungkin diatur secara berbeda. 285. 4 bintang untuk buku ini

Resensi lengkapnya bisa dibaca di sini https://www.asdarmunandar.com/2020/06/resensi-buku-sapiens-brief-history-of.html

5.       Jurus Sehat Rasulullah by Zaidul Akbar

Tubuh kita adalah tubuh terbaik. Maka dari itu, sudah seharusnya kita menjaga tubuh kita agar tetap sehat. Lalu, baqaimana caranya menciptakan tubuh yang sehat? Ikutilah pola hidup Rasulullah saw. Beliau selalu menjaga kesehatannya secara optimal, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Konsep-konsep pencegahan dan peningkatan kesehatan yang dijalankan beliau selalu berlandaskan pada wahyu Allah Swt. Maka dari itu, kualitas DNA beliau sangatlah baik. Itulah sebabnya, seumur hidup, beliau hanya dua kali mengalami sakit. Ternyata, konsep-konsep itu merupakan konsep terbaik yang masih update hingga saat ini. Jadi, bagi Anda yang ingin hidup sehat, bacalah buku ini dan ikuti jurus Rasulullah saw. Begitu dr, Zaidul Akbar menjelaskan dalam bukunya. Saya rasa buku ini saah satu buku wajib yang harus dimiliki ummat Islam. Buku ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana seharusnya kita lebih perhatian terhadap hal-hal yang kita konsumsi

6.       Seni Hidup Minimalis: Petunjuk Minimalis Menuju Hidup Yang Apik, Tertata, Dan Sederhana by Francine Jay

Menurutku, buku ini sangat bagus, sangat cocok dibaca oleh semua golongan, buku ini mengajarkan bagaimana pola hidup minimalis bisa diterapkan. pada dasarnya buku ini membahas sepuluh hal berikut: (1). mulai dari awal (2). Buang, simpan atau berikan (3) Alasan setiap barang (4) Semua barang pada tempatnya (5) Semua permukaan bersih (6) Ruang (7) Batas (8) Satu msauk, satu keluar (9) Kurangi, dan (10) Perawatan setiap hari

Dengan bahasa yang sederhana Francine Jay mampu menyajikan perspektif yang berbeda tentang bagaimana "thing" itu harus dilihat. Dengan menerapkan pola hidup mininalis tidak hanya dampak financial yang akan terasa, pola hidup kita dan keluarga akan semakin berkualitas. seorang ibu akan punya lebih banyak waktu berkualitas dengan keluarganya jika tidak direpotkan dengan mengurus prabotan dapur yang berantakan. atau seorang ayah akan punya banyak waktu bermain dengan putranya jika tidak harus membereskan dokumen-dokumen pekerjaan atau peralatan bengkel yang terbengkalai.

Hidup minimalis ternyata tidak hanya terpaku pada "berapa banyak barang" yang harus dimiliki, lebih jauh dari itu, hidup minimalis juga berbicara mengenai dari mana dan bagaimana barang itu diproduksi, dampak lingkungannya bahkan proses daur ulangnya. semua hal tersebut saling terkait sehingga pola hidup minimalis ini menuntut kita untuk menjalani hidup lebih praktis, sederhana dan bermanfaat buat orang lain dan lingkungan. Terimakasih Francine Jay telah menuliskan buku ini dengan baik. 4 bintang untuk buku ini

7.       Guru Aini by Andrea Hirata

Saya tidak bisa mereview buku ini dengan baik. Mugkin karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi, mengingat buku pendahulunya luar biasa bagusnya. Buku ini merupakan prequel dari buku berjudul “orang-orang biasa”. Meski tidak semenarik buku pertamanya namun saya rasa buku ini juga bisa menjadi salah satu koleksi yang sangat layak baca buat kalian pecinta karya Andrea Hirata. Secara garis besar, buku ini berkisah tentang Bu Desi, sosok guru idealis yang rela mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menjadi seorang guru matematika di peloksok negeri. Apakah kemudian idealisme yang dia bangun rontok bersama realitas yang menyakitkan ? seperti dikatakan dalam sampul buku ini dikatakan “Konon, berdasarkan penelitian antah berantah, umumnya idealisme anak muda yang baru tamat dari perguruan tinggi bertahan paling lama 4 bulan. Setelah itu mereka akan menjadi pengeluh, penggerutu, dan penyalah seperti banyak orang lainnya, lalu secara menyedihkan terseret arus deras sungai besar rutinitas dan basa-basi birokrasi lalu tunduk patuh pada sistem yang buruk” tapi tunggu sampai kalian berkenalan dengan sosok Bu Desi. Wanita berhati baja dengan kemauan yang sama kuatnya. 4 bintang untuk buku ini.

8.       Jalan Tak Ada Ujung by Mochtar Lubis

Tentang Guru Isa, Hazil dan Fatimah.

Tentang ketakutan, kemerdekaan dan idealisme semu.

Tentang kesetiaan dan integritas ketika harus berbenturan dengan realitas

Secara garis besar tema utama dari buku ini adalah “ketakutan manusia”. Pada awal buku ini, Mochtar Lubis mengutip kata-kata dari Jules Romains: ‘Apakah yang harus kita punyai, agar kita bebas dari ketakutan?. Setiap manusia akan menghadapi ketakutan-ketakutannya sendiri, sebagian bisa dengan tegar berdiri menghadapinya sebagian lagi justru memilih menghindarinya. Novel klasik ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1952 ini, Mochtar Lubis ingin memaparkan kisah perjalanan kemanusiaan seorang guru yang senantiasa hidup dalam tekanan dan ketakutan pada masa revolusi sepanjang tahun 1946-1947.  Menurutku buku ini sangat layak dibaca, dengan alur yang begitu kelam dan mencekam Muktar Lubis sukses membawa saya menjelajah bersama ketakutan Guru Isa.

"Guru Isa ingat jalan tidak ada ujung. Sekali dijalani harus dijalani terus, tiada habis-habisnya. Terutama sekali ketakutannya sendiri. Dia takut ikut dengan mereka yang memperolok-olok maut ini. Dan lebih takut lagi untuk tidak ikut." (halaman 92)

 

9.       Senyum Karyamin by Ahmad Tohari

Kumpulan cerita pendek ini berisi 13 cerpen Ahmad Tohari yang ditulis antara tahun 1976 dan 1986. Seperti dalam karya-karyanya terdahulu, dalam kumpulan ini pun Tohari menyajikan kehidupan pedesaan dan kehidupan orang-orang kecil yang lugu dan sederhana. Dan sebagaimana dikatakan dalam “Prakata”, kekuatan Tohari “terletak pada latar alam pedesaan yang sarat dengan dunia flora dan fauna”. Selain itu, gaya bahasa Tohari “lugas, jernih, tapi juga sederhana, di samping kuatnya gaya bahasa metafora dan ironi. Begitu sampul belakang buku ini mendskripsikan buku tipis ini. Saya beri 4 bintang untuk semua kisah yang disajikan Ahmad Tohari dalam kumpulan ceritanya ini. Buku ini seakan menampar pembaca dari sudut pandang manusia kecil yang jadi pemeran utama di setiap ceritanya.

10.   Lelaki Tua dan Laut by Ernest Hemingway,

Buku ini menjadi salah satu buku sastra terbaik dan berhasil memenangkan banyak penghargaan dalam bidang sastra. Diantaranya Hadiah Publitzer 1953 dan Award of Merit Medal for Novel dari American AcaAdemy of Letters. Ernest juga meraih penghargaan bergengsi Hadiah Nobel SastraA pada tahun 1954 berkat novel ini. Namun kesuksesan buku itu tidak menjamin akan penghadirkan pengalaman membaca yang luar biasa bagi semua orang. Entah otakku yang tidak mampu mencernanya atau memang karena seleraku tidak di gendre ini. Novel ini tidak semenarik yang kubayangkan. sungguh membosankan. Kalau kalian pernah membaca life of pie, kalian akan dibosankan dengan percakapan yang monoton antara Pi Patel dan Harimau yang terjebak bersama di perahunya, dan buku ini menghadirkan kisah yang sama, celakanya percakapan monoton itu justru terjadi antara pria tua itu dan alam bawah sadarnya, jauh lebih membosankan lagi.  Bayangkan kau membaca buku 120an halaman yang isinya orang tua yang memancing sendirian, mengeluh, mengerutu dan bertarung dengan ikan Marlin raksasa selama beberapa hari. Ikan itu mampu memberikan perlawan yang sengit dan bahkan membawa pria tua itu terombang ambing ke tengah samudera. Dalam pertarungannya itu si orang tua tadi banyak bercakap-cakap dengan fikirannya sendiri. Buku ini begitu membosankan, dengan narasinya yang panjang-panjang. dan orang tua itu sebagai tokoh utama selalu menggerutu, merutuki nasibnya. Meski demikian, karya sastara klasik ini masih tetap layak untuk dibaca. Tiga bintang untuk buku ini

 

 


1 komentar:

Judul: Kisah Klan Otori: Across the Nightingale Floor Penulis: Lian Hearn Penerjemah: Meithya Rose Prasetya Penyunting: Miq Acango Desain is...

Resensi Novel Kisah Klan Otori: Across the Nightingale Floor (Buku #1)


Judul: Kisah Klan Otori: Across the Nightingale Floor

Penulis: Lian Hearn

Penerjemah: Meithya Rose Prasetya

Penyunting: Miq Acango

Desain isi: Cadera Studio

Jumlah halaman: 400

Cetakan: VII, Februari 2007

Penerbit: Matahati

ISBN: 9799840716


Kisah Klan Otori: Across the Nightingale Floor adalah buku pertama dari triologi yang fenomenal karya Lian Hearn. Buku ini konon telah diterjemakan ke dalam 26 bahasa dan telah memperoleh 11 penghargaan dari berbagai negara. Berkisah tentang Takeo seorang remaja berumur belasan tahun yang terjebak dengan kehidupan yang rumit di jaman feodal Jepang. Takeo harus menjalani takdirnya yang tiba-tiba berubah di suatu sore yang kelabu. Desa nya dibakar, orang tuanya dan dua adiknya yang masih kecil di bunuh oleh penyerangan membabi buta Klan Toan yang dipimpin oleh Lord Lida Sadamu yang kejam. Beruntung secara tak sengaja dia diselamatkan oleh pengembara yang juga merupakan bagsawan Klan Otori Lord Shigeru


Pertemuannya dengan Lord Shigeru mengubah nasibnya, tidak hanya diangkat anak, Takeso juga dipertemukan dengan seseorang yang akhirnya mengungkap jati dirinya sebagai seroang Tribe yakni suku rahasia yang memiliki kemampuan yang spesial. Dengan latihan yang keras dan bimbingan yang teliti dari dua gurunya serta bakatnya yang diturunkan dari garis keturunan Tribe dari orang tuanya Takeso menjelma menjadi mimpi buruk bagi Lord Lida.


Buku ini ditulis oleh Lian Hearn, awalnya saya sedikit meremehkannya mengingat Lian Hearn ini bukan merupakan penulis novel berkebangsaan Jepang. Apa lagi standarku cukup tinggi untuk buku sejenis ini. Saya pernah membaca kisah “Miyamoto Mushasi karya Eiji Yoshikawa” dan buku itu sukses menjadi salah satu buku terbaik yang ada dalam list bacaanku. Buku itu merupakan buku rujukan bahkan konon menjadi raja untuk karya-karya fiksi yang berlatar sejarah Jepang dalam kaitannya dengan Samurai dan Shogun.  Jadi ketika saya membaca biografi penulisnya saya sedikit mengerutkan dahi, bagiaman bisa orang asing akan membahasakan tradisi Jepang yang begitu rumit itu dengan baik. Namun keraguanku tampaknya tak terbukti, Lian Hearn mampu bercerita sama baiknya dengan Eji Yoshikuwa. Lian Hearn membuatku terkagum-kagum dengan bagaimana dia mengembahkan tokoh dan alur ceritanya. Setiap karakter digambarkan begitu kuat dengan ciri khasnya tersendiri. Setiap toko dalam cerita ini diberi porsi yang baik. Alur ceritanya meski terlihat sederhana dan gampang ditebak nyatanya memberikan plot yang sangat bagus untuk eksekusi akhirnya. Buku ini tidak memberi efek jenuh saat membacanya. Mungkin karena penggunaan diksi yang sederhana dan penggambaran akan kejadian dan peristiwa yang begitu detail menjadi nilai plus untuk novel ini. Tak banyak bisa kuresensi dari buku ini. Mengingat masih ada beberapa seri yang harus kuselesaikan lagi. Namun meski demikian ada beberapa quote dari buku ini yang cukup membuatku tertarik, berikut beberapa diantaranya:


“The less people think of you, the more they will reveal to you or in your presence.”

“But just as the river is always at the door, so is the world always outside. And it is in the world that we have to live.”

“How was it possible for the world to be so beautiful and so cruel at the same time?”

“I believe the test of government is the contentment of the people.”

“When illusions are shattered by truth, talent is set free.”

“The painter had achieved what we would all like to do: capture time and make it stand still”

“It's what you do to yourself when you go mad with rage. You have no idea how much you can hurt yourself with your own strength.”

“Don't you know the man whose life you spare will always hate you?”

“I learned embroidery," Kaede said, "But you can't kill anyone with a needle."

“The world is always outside. And it is in the world that we must live.”

“Death comes suddenly and life is fragile and brief. No one can alter this, either by prayers or spells. Children cry about it, but men and women do not cry. They have to endure.”

“They reminded me of the people of my village, their indomitable spirit in the face of disaster, their unshakable belief that no matter what might befall them, life was basically good and the world benign.”

“Why do women have to suffer this way? Why don’t we have the freedom men have?”

Lian Hearn, Across the Nightingale Floor


0 komentar:

Sepanjang ingatanku, tak banyak kenangan manis yang terjalin antara sayadan Bapakku. Satu-satunya kenanganku yang paling melekat dibenakku a...

A Story for Bicycle




Sepanjang ingatanku, tak banyak kenangan manis yang terjalin antara sayadan Bapakku. Satu-satunya kenanganku yang paling melekat dibenakku adalah pernah di bonceng dengan sepeda tuanya ke sawah. saat itu umurku m masih sangat kecil, masih TK. saya ingat, sepeda kumbang yang bapak miliki berwarna hitam, meski bukan yang terbaik di jamannya tapi bagiku saat itu dibonceng sepeda oleh bapak suatu kebahagian yang luar biasa. Saya ingat kakiku diikat di stan sepedanya dengan robekan kain sarung. dan saya selalu bersemangat di ajak bapak ke sawah dengan sepedanya. 

Selain kenangan itu tak banyak lagi  moment bahagia yang bisa mengaitkan antara kami. kejadian-kejadian yang datang berikutnya  tidak banyak yang bisa dikenang. pahit bahkan cenderung menorehkan luka yang menjadi-jadi. Sampai saya mendewasa hubungan kami tidak menjaid lebih baik. Mungking memang sudah menjadi hukum allam, antara ayah dan anak lelakinya  selalu ada tembok yang tak kasat mata yang dipasang oleh kedua-duanya. selalu ada jarak yang kita bangun, komunikasi yang terbatas, pola fikir yang berbeda dan banyak hal lagi yang membuat hubungan atara bapak dan anak lelakinya tidak selalu berjalan dengan baik.

Berbicara tentang sepeda, orang-orang saat ini sedang menggandrungi olah raga ini. komunitas-komunitas sepeda menjamuar dimana-mana. Dikota besar bahkan di pelosok desa, akitivitas bersepda ini menjadi pavorit, apalagi semenjak wabah virus covid ini merebak. Sepeda seperti alternatif lain yang aman dan nyaman.  

Bagiku, selain berlari dan bersepeda tak banyak aktivitas olah raga yang kusukai. Barangkali kenangan sekelabat antara saya dan bapakku di masa lalu itu menjadi sebuah memori  yang membuat saya sampai saat ini menyukai bersepeda. Bersepeda atau berlari mungkin memiliki dasar filosofi yang sama. Sejauh-jauhnya jarak yang kita tempuh jika kaki tetap mengayuh pada akhirnya akan mebawa kita sampai pada tujuan kita. Sejauh-jauh jarak yang akan kita tempuh, jika kaki tetap melangkah maka pada akhirnya kita pasti akan sampai pada tujuan kita.


Sungguh, bersepda bagiku bukan hanya sekedar eforia sesaat, atau sekedar olah raga rutin untuk menjaga kebugaran atau menghilangkan lemak perut. Bersepeda bagiku  lebih dari itu semua, bersepda ibarat mencoba membangun suatu rasa yang berbeda antara saya dan bapakku. Bersepeda bagiku seperti berusaha memperbaiki hubungan yang buruk bertahun-tahun belakangan ini. berusaha menutup semua kenangan buruk dan menggantinya kenangan bahagia seperti masa kecilku dulu. Saya berharap dengan semakin jauh mengayuh saya mampu meniggalkan luka-luka batin yang bapak pernah torehkan dimasa lalu. Luka-luka masa lalu itu berguguran, keluar bersama keringat yang mengucur. 

Konon, orang yang paling bisa mencintaimu dengan tulus adalah orang tuamu, pun juga sebaiknya orang yang paling berpotensi menorehkan luka batin padamu juga adalah manusia yang bisa mencitaimu dengan tulus itu. orang tuamu sendiri. Saya sering menemukan banyak orang tua yang sering kecewa, atas ambisi-ambisi pribadi mereka yang tak bisa ditunaikan anak-anaknya, tapi dsiatu sisi orang tua juga sering tidak menyadari, anak-anak terluka atas ego pribadi orang tuanya yang justru hanya melukai anak-anaknya.

Perasaan timbal balik dan saring terluka seperti itu kadang menjadi bumerang, menjadi alasan mengapa hubungan antara anak dan orang tua pada akhirnya tidak berjalan baik. Merenggang. Luka batin antara keduanya karna harapan-harapan yang berlebihan akhirnya berbuah menjadi jarak. Jurang yang terus menganga sampai pada satu titik penyesalan yang sama. Kedua-duanya menyesal, orang tua menyesal atas apa yang terjadi, mengapa sampai seperti ini, Anak-anak bahkan lebih menyesal lagi. 

Hubungan buruk seperti in ibarat memintal benang yang kusut. Susah menemukan titik temunya. maka langkah awal untuk mengurai semua ini adalah melupakan dan berusaha mereknstruksi ulang kenangan kita melalui afirmasi. Saya berharap dengan banyak bersepeda, hormon endrofin saya semakin meningkat. Saya bisa mengafirmasi kenangan-kenangan baik kedalam memori otakku. Seperti kenangan bahagia di masa kecilku dulu. Saya berharap dengannya bisa menutup rongga-rongga luka yang pernah tertoreh. 

Bagiku hormon endrofin pemicu kebahagian itu bisa menjadi alat pengurai benang kusut, bisa mengurai duka dan dendam masa lalu. Agar kelak saat orang tua saya sudah tidak ada, saya tidak lagi menyimpan dendam dan luka batin lagi, agar kelak saya bisa mengingat Bapak saya dengan tersenyum. Saya bisa bangga pernah memiliki Bapak seperti dia. saya bisa berkata "terimakasih Bapak, untuk semua hal baik yang kau lakukan untukku"




Bersepda ke Air Terjun Tamasapi-Mamuju Sulawesi Barat
 
 


0 komentar: