Saya menemukan thread yang menarik di X tentang keluhan betapa susahnya mendapatkan nilai yang memuaskan di Kampus Online terbesar di Ind...

Tips Mendapatkan Nilai Maksimal di Universitas Terbuka

  

Saya menemukan thread yang menarik di X tentang keluhan betapa susahnya mendapatkan nilai yang memuaskan di Kampus Online terbesar di Indonesia, yup di Universitas Terbuka. Saya kebetulan jadi tutor di UT sudah lumayan lama, dan selama ini permasalahannya seputar itu aja, mahasiswa ingin mendapat nilai tinggi tapi  effortless, cuman mau nya copas copes tidak jelas sumbernya tapi mau dapat nilai maksimal. haha jangan harap.

Pada dasarnya proses penilaian di UT itu sangat sederhana. Kalian cukup mengikuti setiap sesi diskusi dari sesi 1 sampai 8, dan mengerjakan tugas 1 sampai 3. Jadi di setiap mata kuliah itu, hanya ada 3 tugas selama satu semesternya. Tugas di sesi 3, sesi 5 dan sesi 7. Jika kalian sudah mengikuti semua diskusi dan tugas di setiap sesinya, nilai kalian sudah dibilang mulai di ambang batas aman. Sisanya kalian tinggal mengikuti ujian semesteran. Ingat, UAS ini tidak lagi ada campur tangan tutor dalam pemberian nilai. Semuanya murni dari pihak manajemen jurusan. Tutor hanya menilai di setiap sesi diskusi dan sesi tugas. Jadi kalian harus maksimalkan di sesi ini. Nah untuk mendapat nilai maksimal bagaimana caranya ? tentu tidak dengan hanya mengcopas jawaban dari internet, kalian paling tidak harus punya sedikit usaha ekstra, tidak sulit-sulit kok.

Nah berikut ku kasi saran, bagaimana mendapatkan nilai maksimal di setiap mata kuliah di UT. Jadi, yang pertama yg harus kalian perhatikan:

  1. Pastikan mengikuti semua sesi diskusi dari sesi 1 – 8. Perhatikan due date yang tesedia. Tutor hanya menilai diskusi pada waktu yang tersedia.
  2. Usahakan kalian adalah orang yang paling pertama atau paling tidak menjawab sesi diskusi di waktu-waktu awal diskusi terbuka. Kenapa harus di awal2, karena jika jawaban diskusi kalian belum maksimal, kalian masih punya kesempatan merevisi jawaban dan tutor masih punya waktu merevisi penilaiannya.
  3.  Perhatikan korelasi topik diskusi dan jawaban yang kamu cantumkan, jangan sampai topik diskusi A kamu ngelantur kemana-mana jawab B sampai Z
  4.  Untuk setiap sesi diskusi, usahakan jawabannya cukup di laman elearning UT, tidak usah upload file pdf/word, agar jawabanmu terbuka untuk umum dan bisa di baca teman kelas lainnya.
  5. Usahakan jawabannya tidak terlalu panjang2, ambil poin inti dan penting2nya saja. Tutor juga malas membaca jawaban copas sampai dua halaman yang tidak esensial.
  6. Tambahkan simpulan atas jawabanmu, gunakan bahasa mu sendiri bukan dari bahasa sumber yang kamu kopas.
  7.  Ini yang paling penting, sumber rujukan yang kamu gunakan harus dari sumber yang relevan/ilmiah. Jangan sekali-kali kopas dari blog, webb, media massa atau sumber tidak jelas lainnya. Biasakan mengutip dari Buku BMP, jurnal atau sumber-sumber kredibel lainnya.
  8.  Cantumkan sumber bacaanmu/sumber rujukannya, biar kamu tidak terkesan kopas jawaban temanmu. Ingat biasanya tutor menilai tergantung referensi yang kamu kutip. Makin kredibel kutipanmu, makin bagus nilaimu.
  9.  Jangan lupa kerjakan tugasnya tepat waktu. karena tutor hanya bisa memberi penilaian pada waktu yang telah di tentukan manajemen UT. tutor tdk bisa mengutak atik sistem untuk mentolerir keterlambatan kalian
  10.  Terakhir, jangan sungkan reminder Tutornya jika terlambat memberi penilaian. Itu hak kalian.



*berikut contoh jawaban diskusi yang bisanya kukasi nilai maksimal

Jika kalian melakukan langkah-langkah di atas saya yakin kalian bisa dapat nilai minimal 90-100 di setiap sesi diskusinya.  Selain itu, yang paling penting yang sangat wajib kalian perhatikan adalah hasil UAS kalian. UAS ini menjadi komponen penilaian tertinggi pada kegiatan tutorial porsinya bisa sampai 70% dari semua penilaian.

 

terimakasih

Kapan-kapan jika ada waktu, saya bahas cara mudah lulus karil di UT


0 komentar:

  Judul : Twenty-Four Eyes (Nijūshi no Hitomi) Penulis : Sakae Tsuboi Tahun Terbit : 1952 Genre : Fiksi Historis Sinopsis : "Twent...

Revew Buku: Twenty-Four Eyes (Dua Belas Pasang Mata)

 



Judul: Twenty-Four Eyes (Nijūshi no Hitomi)
Penulis: Sakae Tsuboi
Tahun Terbit: 1952
Genre: Fiksi Historis

Sinopsis: "Twenty-Four Eyes" adalah sebuah novel yang berlatar di sebuah desa kecil di pulau Shodoshima, Jepang. Cerita ini dimulai pada tahun 1928 dan mengikuti perjalanan seorang guru muda bernama Hisako Ōishi, yang mengajar kelas pertama di sekolah dasar setempat. Sebagai seorang pendatang baru, dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang muncul dari perbedaan antara metode pengajarannya yang modern dan pandangan konservatif masyarakat desa. Novel ini menjelajahi kehidupan 12 muridnya, yang masing-masing menghadapi berbagai kesulitan, harapan, dan impian mereka, seiring dengan perubahan zaman yang penuh gejolak, termasuk periode perang dunia kedua.

Dua Belas Pasang Mata, karya sastrawan Jepang ternama Sakae Tsuboi, mengajak pembacanya menyelami kisah haru seorang guru perempuan bernama Oishi yang ditugaskan di sebuah sekolah pelosok di sebuah pulau kecil. Novel ini bukan hanya tentang lika-liku dunia pendidikan, tetapi juga tentang cinta, kehilangan, dan ketangguhan jiwa manusia dalam menghadapi berbagai rintangan hidup. saya menutup lembar terakhir buku ini dengan perasaan campur aduk. saya menghela nafas panjang. memberikan jeda sejenak pada pikiran dan perasaan saya atas apa yang baru saja saya selesaikan. rasanya hampa sekali.

Tema dan Topik: Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti perubahan sosial, dampak perang, perjuangan pendidikan, dan kekuatan hubungan manusia. Penulis menggunakan karakter-karakter anak-anak dan perkembangan mereka dari masa kecil hingga dewasa untuk menggambarkan bagaimana peristiwa besar dalam sejarah Jepang mempengaruhi kehidupan individu dan komunitas kecil.

Tsuboi menghadirkan cerita dengan narasi yang mengalir puitis dan menyentuh hati. Setiap kata yang dirangkai terasa begitu hidup, membawa pembaca seolah-olah ikut merasakan setiap momen suka dan duka yang dialami oleh Oishi dan murid-muridnya. Penggambaran desa nelayan yang sederhana dan indah, serta interaksi hangat antara Oishi dan anak-anak didiknya, menghadirkan atmosfer pedesaan yang menenangkan dan penuh makna.

Di balik keindahan alam dan kisah inspiratif tentang dunia pendidikan, Dua Belas Pasang Mata juga mengangkat tema yang kelam: perang dan kehilangan. Kekejaman perang Dunia II perlahan-lahan mulai merayap masuk ke pulau kecil yang damai, menelan korban jiwa dan meninggalkan luka mendalam bagi Oishi dan murid-muridnya. Tsuboi tidak menggambarkan kengerian perang secara gamblang, namun efeknya terasa begitu nyata melalui perubahan sikap dan perilaku para tokoh.

Karakter Utama:

  • Hisako Ōishi: Guru muda yang idealis dan penuh dedikasi. Melalui mata dan pengalaman Hisako, pembaca bisa melihat perkembangan murid-muridnya serta perubahan yang terjadi di masyarakat Jepang.
  • Murid-Murid: Dua belas murid yang memiliki beragam latar belakang dan karakteristik, mewakili berbagai aspek kehidupan di desa tersebut. Setiap murid memiliki cerita unik yang memberikan kedalaman dan kekayaan pada plot keseluruhan.

Gaya Penulisan: Sakae Tsuboi menulis dengan gaya yang sederhana namun penuh emosi. Penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan deskriptif, membuat pembaca bisa merasakan atmosfer desa Shodoshima dan perkembangan karakter-karakternya dengan jelas. Narasi yang disajikan dengan sudut pandang pihak ketiga memungkinkan penulis untuk menggambarkan perasaan dan pikiran setiap karakter dengan mendalam.

Analisis: "Twenty-Four Eyes" adalah sebuah karya yang mengharukan dan memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Jepang. Melalui karakter Hisako Ōishi, penulis menggambarkan dedikasi seorang guru yang berusaha membuat perbedaan dalam kehidupan murid-muridnya meskipun menghadapi banyak tantangan. Novel ini juga menggambarkan bagaimana peristiwa besar seperti perang bisa mempengaruhi kehidupan individu secara mendalam, mengubah takdir dan impian mereka.

Salah satu kekuatan utama novel ini adalah kemampuannya untuk menyeimbangkan antara cerita individu dan konteks sejarah yang lebih luas. Pembaca dapat merasakan ikatan emosional dengan karakter-karakter di dalamnya, sambil belajar tentang kondisi sosial dan politik Jepang pada masa itu.

Kesimpulan: "Twenty-Four Eyes" adalah novel yang memikat dan menyentuh, menawarkan perspektif yang unik tentang kehidupan di Jepang pada paruh pertama abad ke-20. Melalui narasi yang kuat dan karakter yang mendalam, Sakae Tsuboi berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya pendidikan, hubungan antar manusia, dan dampak perubahan sosial. Bagi mereka yang tertarik pada fiksi historis dan cerita yang kaya akan emosi, "Twenty-Four Eyes" adalah bacaan yang sangat direkomendasikan.

 

0 komentar: