KOPIKU *** Kopi memang  bukanlah jus tomat. Kopi selalu punya sisi pahit yang tidak bisa disembunyikannya. Sisi pahit yang me...

Segelas Kopi Susu

KOPIKU


***
Kopi memang  bukanlah jus tomat.
Kopi selalu punya sisi pahit yang tidak bisa disembunyikannya.
Sisi pahit yang membuat penikmatnya kadang kalah tersenyum getir.
Segetir hidup ini.
***

Rasa-rasanya sudah lama sekali saya tidak lagi menikmati secangkir kopi beraroma nikmat. Kopi selalu punya banyak cerita, selalu punya banyak penggemar. Tua, muda, kaya, miskin, petani, pekerja kantoran, pengangguran, ustad, koruptor bahkan pemimpin negara pun banyak yang menyukai minuman pahit kental beraroma manis ini. Kopi adalah bahasa universal yang bisa dipahami semua kalangan.

Banyak yang bilang dengan menikmati secangkir kopi pahit kita bisa lebih memahami, bahwa sejatinya di luar sana masih banyak hal-hal manis yang bisa kita temukan. Bagiku kopi adalah wujud dari eksistensi, wujud dari perlawanan sosial. Segelas kopi pahit itu ibarat cermin kegeraman eksistensial, atau semacam protes sosial: marah kepada hidup yang hanya kadang-kadang memberikan momen yang ringkas untuk bahagia, atau marah pada suatu kalangan yang hidupnya lebih enak, yang pintar bermanis bibir di depan kami rakyat jelata ini, yang tinggal di daerah kelas satu, yang sangat fasih berbicara tentang persoalan-persoalan kami yang tidak dipahaminya ini. 

Itulah mungkin mengapa aku sampai saat ini belum bisa dikatakan penikmat kopi sejati. Saya masih menikmati kopi dengan berbagai macam cita rasanya, dengan berbagai macam campuran dan varian yang berbeda. Bukan kopi hitam murni dengan rasanya yang begitu pahit. Tapi kalian tahu, di antara ratusan varian kopi yang ada saya begitu menyenangi kopi susu. Kopi hitam dicampur susu putih manis. Dua rasa yang berbeda, dua warna yang berbeda dalam sebuah cangkir, bertemu, bercampur melebur menjadi satu. 

Kenapa harus kopi susu ?, tanya temanku suatu hari. Bagiku, pada segelas kopi susu itu kita menemukan sesuatu yang ambivalen. Seperti hidup ini yang selalu punya dua sisi. manis dan pahit, baik dan buruk, hitam dan putih. Kalian tahu sejatinya  warna hitam kopi dan putih  susu di hasilkan dari warna dasar yang sama. Ketika kita mencampurkan beberapa warna cerah yang berbeda kita akan menghasilkan warna putih. Jika kita mencampurkan zat warna yang lain akan menghasilkan warna hitam. Hitam dan putih memiliki nilai yang sama. Ada putih dalam hitam dan hitam dalam putih. Seperti kehidupan kita ini. Sifat alami manusia pada dasarnya sama tidak ada yang benar-benar baik atau benar-benar jahat. Orang baik dan orang jahat punya sisi baik. semua orang bisa membuat kesalahan. Aku pernah, semua orang juga pernah. Kita harus melihat manusia sebagai suatu entitas yang utuh. bukan malaikat apalagi pendosa. Segelas kopi susu ini mewakili dua rasa itu, warna hitam dengan rasa pahitnya dan warna putih yang mewakili rasa manisnya.

Bagiku dan bagi kebanyakan orang, kopi mungkin adalah supermasi kejujuran, lambang kebenaran sejati. Karena dari segelas kopi itu kita bisa lebih banyak memahami. Betapa kehidupan ini telah mengajari kita dua hal yang datang silih berganti, manis dan pahit. Betapa dalam kehidupan ini pada kenyataannya tidak pernah ada yang benar-benar sempurna kita hanya berada di antara dua sisi hitam dan putih itu. Tapi bagaimanapun juga hidup ini akan selalu indah begini adanya.  Mari berhenti sejenak dari rutinitas hidup yang melelahkan, menyeruput segelas kopi di senja hari. Biarkan waktu berlalu melambat. Karena hidup selalu punya banyak rasa begitu kata salah satu iklan kopi di TV.

0 komentar: