LARI   Berlari ibarat bertanding dengan diri sendiri Akhir-akhir ini saya sering berlari. Berlari di awal pagi. Rasanya begitu b...

LARI

LARI

 Berlari ibarat bertanding dengan diri sendiri

Akhir-akhir ini saya sering berlari. Berlari di awal pagi. Rasanya begitu bersemangat. Ketika kakiku kukayuh berlari, sesuatu seakan tertinggal di belakang. Sesuatu yang selama ini memang selalu ingin kutinggalkan. aku selalu ingin mempercepat lariku, memperjauh langkahku. Meninggalkan masa laluku. Tiba-tiba saja aku ingin jadi pelari.

Dengan berlari aku tiba-tiba kembali merasa hidup. Hidup yang dulunya melambat tiba-tiba berubah, berganti ritme, semakin cepat. Mungkin dengan semakin cepat berlari saya bisa lebih cepat melupakan masa laluku. Masa-masa yang menyakitkan itu.

Saya suka ketika berlari, buliran-buliran keringat keluar melalui pori-pori setetes demi setetes membawa sesuatu dari dasar hatiku. Sesuatu yang memang sudah seharusnya kukeluarkan sejak dulu. Berlari memberiku kesempatan untuk bisa bernapas lebih panjang, bisa kembali mengatur ritme pernafasanku yang dulu begitu kacau. Itu artinya aku bisa hidup lebih lama, bisa bernafas lebih lama. Aku berharap dengan banyak berlari hormon androgen dalam tubuhku bisa tumbuh menjadi lebih baik. Saya bisa lebih bahagia.

Kenapa harus berlari. Mungkin karena aku berharap hidupku sesimpel berlari. Kita tidak membutuhkan banyak infrastruktur untuk melakukannya, yang kita butuhkan hanya keinginan berlari. Kita bisa melakukannya di mana saja dan kapan saja.

Aku menemukan banyak hal di pagi hari saat berlari. Seorang kakek mendorong kursi roda istrinya sambil terus bergumang sesuatu. Istrinya tersenyum penuh arti. Saya akan menghentikan sejenak langkahku. Berdiri diam terpaku. Menatap kehangatan mereka. Sungguh senja yang indah bagi hidup mereka.

Diperempatkan berikutnya, saya akan berpapasan seorang ibu dengan tumpukan sayuran di keranjang sepedanya. Mendorongnya dengan semangat. Entahlah kehidupan selalu sulit di cerna bagi otak kecilku ini. Selalu ada rona bahagia di wajah berpeluh itu. setiap pagi, setiap aku berpapasan dengannya di perempatan yang sama. Aku berharap hidupku seperti berlari, pada akhirnya kita bisa sampai ke tempat yang kita inginkan.

0 komentar: