“Hai, apa kabar ?” “Lama tidak mengunjungimu” “Aku sibuk” “entahlah.. sibuk dengan sesuatu yang tersembunyi pada segumpal dagi...

Resenis Novel For One More Day By Mitch Albom




“Hai, apa kabar ?”
“Lama tidak mengunjungimu”
“Aku sibuk”
“entahlah.. sibuk dengan sesuatu yang tersembunyi pada segumpal daging di dadaku.

Kau tahu, Minggu depan aku wisudah. Yups gelar sarjana itu akhirnya ada di tangan. Kau tahu hidupku entah mengapa semakin menghampa saja. Mungkin imanku sedang berjuang di titik nadir, aku merasa hampir kehilangannya. Have a Littel Faith.

For One Day More, buku ketiga Mitch Albom yang sudah ku baca. Saya mengenal Mitch Albom melalui tulisannya Thuesday with Morrie, sudah kureview pada tulisan saya sebelumnya kan. Gila..., MItch Albom berhasil menghipnotisku dari tulisannya itu, membuatku harus bergegas ke toko buku dan mencari karya-karyanya. Jadilah For One Day More mengambil jatah belanja bukuku untuk bulan ini.

Kawan kalian harus baca buku ini “For One Day More”. Buku ini berkisah tentang kasih sayang abadi dari seorang ibu. Kisah tentang seorang ibu dan anak laki-lakinya. Saya tidak tahu harus mereview seperti apa buku ini. Buku ini sukses mengaduk-aduk perasaanku. Seperti pada umumnya tulisan Mitch yang selalu syarat dengan hikmah, buku ini juga begitu banyak menyuguhkan pelajaran-pelajaran hidup.   

Adalah Charley “Chik” Benetto dan ibunya Pauline “Possey” Benneto tokoh utama dari kisah tersebut. Chik Benetto, ketika masih kecil diminta untuk memilih oleh ayahnya, hendak menjadi anak mama atau anak papa, tapi tidak bisa dua-duanya. Maka dia memilih ayahnya. Namun sang ayah pergi begitu saja ketika Charley menjelang remaja. Dan Charley dibesarkan oleh ibunya seorang diri.

Bertahun-tahun kemudian, ketika kehidupannya hancur oleh minuman keras dan penyesalan, Charley berniat bunuh diri. Tapi gagal. Beruntung Chik setelah semua yang terjadi pada hidupnya, dia kemudian dibawa kembali ke rumahnya yang lama dan menemukan hal yang mengejutkan. Ibunya, yang meninggal bertahun-tahun silam masih tinggal di sana dan menyambut kepulangannya seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Chik menghabiskan satu hari yang istimewa bersama ibunya dan mengungkap semua hal yang terlewatkan dari hidupnya selama ini

Kalian tahu, sampai berhari-hari setelah aku membaca buku ini aku masih terus menerus memikirkannya. Saya rasa bagaimanapun juga suatu hari nanti kita akan kehilangan sosok malaikat yang bernama “ibu” itu. sudah siapkah kita jika hari itu datang, sudahkah kita memberikan yang terbaik hari ini kepada mereka, sudahkah hari ini kita memeluknya, sudahkah hari ini kita menghabiskan waktu kita sehari saja bersamanya, mendengarnya bercerita, menatap wajahnya lekat-lekat. Saya yakin kita mungkin tidak akan seberuntung Chik Benetto yang diberikan kesempatan sehari lagi bersama ibunya. Jadi lakukanlah hari ini, katakan pada Ibumu betapa kau menyayanginya.
Berikut ada beberapa kutipan yang saya ambil dari buku ini

“pernahkah kau kehilangan seseorang yang kau sayangi dan kau ingin bisa bercakap-cakap dengannya sekali lagi, mendapatkan satu kesempatan untuk menggantikan waktu-waktu ketika kau menganggap mereka akan ada selamnya ? jika pernah, maka kau pasti tahu bahwa seberapa banyak pun kau mengumpulkan hari-hari sepanjang hidupmu, semuanya takkan cukup untuk menggantikan satu hari itu, satu hari yang ingin sekali bisa kau miliki”
MItch Albom

 “When someone is in your heart, they're never truly gone. They can come back to you, even at unlikely times.” 

“But there's a story behind everything. How a picture got on a wall. How a scar got on your face. Sometimes the stories are simple, and sometimes they are hard and heartbreaking. But behind all your stories is always your mother's story, because hers is where yours begin.”

“When you look into your mother’s eyes, you know that is the purest love you can find on this earth.” ― Mitch Albom, For One More Day

“When death takes your mother, it steals that word forever.”

I realized when you look at your mother, you are looking at the purest love you will ever know.”


“You need to keep people close. You need to give them access to your heart.” 

0 komentar: