“for one more question” Bangunlah, malam lara sempurna berujung tangis.   Bingung adalah sebuah awal yang baik,   sebua...

Untuk Sebuah Pertanyaan





“for one more question”
Bangunlah,
malam lara sempurna berujung tangis.
 Bingung adalah sebuah awal yang baik,
 sebuah rasa.

Bangunlah,
 jangan bermimpi.
 Tak ada harapan untuk mimpi-mimpimu itu.
 Bukankah kau sudah paham,
bintang tak pernah secantik tampaknya.
Tak sedekat yang kau bayangkan.
Bintang hanya penghias malam para pemimpi.
By
A.M

 Percuma memikirkan orang yang sama sekali tak memikirkanmu !

Kau tahu hati itu memilih bukan dipilih, hati selalu mencipta lakunya sendiri. Aku tak pernah sekalipun menyesali telah mencintainya. Mencintainya dengan pemahaman yang baik bahwa cinta hanyalah cinta, tak perlu alasan  mengapa aku mencintainya, mengapa aku rela terus tersakiti dengan cintaku yang platonis ini. Aku juga tak pernah menyalahkan hatiku yang memilih mencintainya, seseorang yang tak pernah bisa menerimaku. Tapi bagaimanapun juga aku bisa bahagia bila melihatnya bahagia, meski  itu bukan denganku. Betapa hatiku berbunga melihat senyumnya yang bukan untukku. Itu sudah cukup bagiku. Tidak mungkin percuma rasa ini.

Aku tak yakin kau bisa sekuat itu ?

Siapa bilang aku selalu kuat. Kadang aku marah, marah atas rasa yang tak biasa. Entahlah, sesuatu yang tak seharusnya. Aku hanya berharap kelak aku bisa menemukan manusia-manusia yang tak menyembunyikan bekas duka di wajahnya, bisa menerimaku seperti aku menerimanya.

 Kadang aku merasa hidupku seperti pantasmogaria. Peristiwa, benda, tempat, manusia, cinta, sedih, luka, sepi, benci, iri, bosan, dengki semuanya saling bertindihan. Hitam-putih, hidup antara bayangan, harapan dan kenyataan. tapi bagiku cintaku tetap indah. Nyata tapi  tak nyata. Cintaku  tak bisa diucapkan, karena cintaku berada di luar segala bahasa yang biasa dituturkan manusia.

Kamu masih berharap padanya ?

Kadang aku berharap dia bisa mengerti cintaku, mengerti apa-apa yang ada di bawah tampakan, yang di luar tampakan,  makna siratan-siratan, memahami isyarat. Tapi aku sadar itu egois, kita tak pernah bisa memaksa orang lain untuk berbagi hati. Yang bisa kita lakukan hanya terus menerus bersyukur atas kesempatan menikmati rasa cinta itu. meski cinta tak  selamanya indah.

Sampai kapan kau bisa bertahan ?

Akhirnya waktu jualah yang berbicara, meski kenyataannya selama ini waktu belum pernah menjelaskan apa-apa. Mungkin  hingga senja kelak datang mengunjungiku kita tak pernah berucap kata. Kita menua, dalam cinta dan diamku.  Aku terkubur sepi. Sendir

0 komentar: