REFLECTION Sumber: Internet Look at me You may think you see Who I really am. But you'll never know me Every day It'...

REFLECTIONS



REFLECTION
Sumber: Internet


Look at me You may think you see Who I really am.
But you'll never know me
Every day It's as if I play a part
Now I see If I wear a mask
I can fool the world But I cannot fool my heart

Who is that man I see Staring straight back at me?
When will my reflection show Who I am inside?



I am now In a world where I Have to hide my heart And what I believe in. 
But somehow I will show the world  What's inside my heart And be loved for who I am

Who is that man I see Staring straight back at me?
Why is my reflection Someone I don't know?
Must I pretend that I'm Someone else for all time?
When will my reflection show Who I am inside?

There's a heart that must be  Free to fly
That burns with a need to know The reason why

Why must we all conceal What we think, how we feel?
Must there be a secret me I'm forced to hide?
I won't pretend that I'm Someone else for all time
When will my reflection show Who I am inside?
When will my reflection show Who I am inside?

Reflection by Matthew Wilder

Lirik di atas sejatinya adalah sebuah backsound dari film animasi berjudul "MULAN". kalian pasti tahu film ini. Mulan adalah sebuah film animasi produksi Walt Disney Feature Animation dan pertama kali dirilis pada 5 Juni 1998 oleh Walt Disney Pictures dan Buena Vista Distribution. Film ini disutradarai Tony Bancroft dan Barry Cook, ceritanya ditulis oleh Robert D. San Souci yang mengambil ide dasar dari legenda Tionghoa tentang Hua Mulan.
Hua Mulan seorang perempuan yang menyamar menjadi seorang kesatria dan ikut berperang membela negara.

Nggak tau kenapa seneng banget sama maknanya ni lagu. Lirik lagu tersebut Menggambarkan bagaimana seseorang yang tersiksa harus menjadi orang lain di depan semua orang dan lebih dari itu bagaimana seseorang tersiksa harus membohongi hatinya dan dirinya sendiri.

Lagu ini membahas tentang jati diri kita sebagai manusia. Pada kenyataannya kebanyakan dari kita tidak mampu menjadi diri kita sendiri, kita justru lebih PD menjadi apa-apa yang dipersepsikan orang lain tentang kita. Kita cenderung menyembunyikan siapa diri kita sebenarnya  dan menampilkan siapa diri kita di mata mereka. Jadilah pergolakan batin antara keinginan untuk menjadi apa adanya dan kenyataannya untuk terus menerus mempertahankan eksistensi kita.

Kita tidak lagi bercermin di depan kaca yang menampilkan kita apa adanya. Kita bercermin pada gambaran-gambaran kita dari sudut pandang orang lain, itulah yang kemudian kita jadikan bayangan akan diri kita sendiri. Pada kondisi seperti ini kita sungguh telah kehilangan jati diri kita,  lebih jauh kita telah menjadi seseorang yang “memunafiki diri”
 

0 komentar:

Judul : The White Castle Penulis : Orhan Pamuk Penerjemah : Fahmi Yamani Penyerasi : Sofia Mansoor Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semes...

The White Castle: Orhan Pamuk


Judul : The White Castle
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Fahmi Yamani
Penyerasi : Sofia Mansoor
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, April 2007
Tebal : 297 hlm




The White Castle (Beyaz Kale) adalah novel historis yang merupakan novel ketiga Orhan Pamuk yang diterbitkan pada tahun 1985 dan merupakan karya pertama Pamuk yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Karya inilah yang menjadi awal ia bereksperimen dengan teknik postmodern, berubah total dari gaya naturalis di awal karyanya. Pada tahun 1990 novel ini diterjemahkan dengan sangat baik oleh Victoria Holbrrok sehingga banyak orang menyangka bahwa karya Pamuk ini memang aslinya ditulis dalam bahasa Inggris. Novel ini memenangi Hadiah Independen untuk Fiksi Asing pada 1990 di Inggris. Dalam edisi bahasa Indonesia, novel ini merupakan karya Pamuk kedua yang diterjemahkan oleh Penerbit Serambi, setelah sebelumnya menerbitkan My Name is Red (2006), dan kabarnya beberapa karya Pamuk lainnya juga akan diterbitkan Serambi, termasuk "Snow" yang telah diterbitkan 2008 kemarin.

The White castel berkisah tentang kehidupan Hoja (seorang cendekiawan Ottoman di abad ke 17 di Turki) dan budaknya seorang pemuda Italia terpelajar yang juga sebagai narator dalam kisah ini (namanya tidak pernah disebutkan hingga akhir kisah). Kisah ini bermula ketika pemuda Italia sedang berlayar dari Venesia menuju Napoli. Di tengah perjalanan, kapalnya berpapasan dengan armada Turki sehingga dirinya ditangkap dan dibawa ke Istanbul sebagai tawanan. Karena keahliannya dalam berbagai hal, termasuk mampu mengobati tawanan lainnya, ia mendapat perlakuan istimewa dibanding tahanan lainnya. Akhirnya pemuda tersebut menjadi budak dan diserahkan kepada Hoja (yang juga berarti guru). Sebagian besar isi buku tersebut membahas dua tokoh utama tadi. Keduanya yang secara ajaib memiliki ciri fisik yang sama dan juga memiliki kegemaran yang sama yakni sama-sama haus pengetahuan. Segera saja keduanya menjadi duet intelektual paling terkenal di Turki  hingga dijadikan sebagai penasihat kerajaan. 

The White Castle memang bukan karya yang mudah untuk dicerna. Walau setting ceritanya menarik dan penokohan tokohnya kuat, namun novel yang minim dialog ini bias dibilang rumit karena sepanjang kisahnya mengupas soal kebingungan dan pertukaran jati diri antara tokoh Hoja dan budaknya. Bagi sebagian pembaca, pertukaran jati diri di sepanjang kisah yang diungkapkan secara unik ini mungkin saja menjadi bagian yang menarik, namun bagi pembaca yang kurang sabar untuk mencernanya bukan tak mungkin akan menemui kebingungan dalam memaknai novel ini. saya pribadi kurang bisa menikmati gaya penulisan Orhan. Diperlukan kesabaran yang ekstra untuk menuntaskan bukunya. Novel yang hanya setebal 300 halaman ini ternyata membutuhkan waktu hampir seminggu untuk menyelesaikannya. Orhan bukanlah penulis ringkas, karyanya selalu dipenuhi dengan narasi yang panjang-panjang. Minimnya dialog di novel ini juga kadang membuat saya kurang enak membacanya. Setiap ucapan dituliskan menggunakan bentuk tak langsung dan dinarasikan oleh protagonisnya. Mungkin disengaja oleh Parmuk agar mengesankan bahwa ini tulisan yang ditulis berdasarkan kenangan. Selain itu seperti kebanyakan bukunya Orphan yang berciri narator spoiler, penulis tak tak segang-segang menceritakan apa yang akan terjadi pada tokoh-tokoh dalam novel sehingga dengan sendirinya buku ini kurang begitu membuat kita penasaran. Selain itu buku ini plotnya cenderung datar dan bahkan kita r tidak menemukan bagian yang mampu mempermainkan emosi pembaca. Kurangnya unsur filsafat di buku ini juga memberikan nilai minus bagi saya.

Namun yang pasti novel ini tampaknya membuat kita melakukan perenungan diri akan makna jati diri. Satu pertanyaan yang cukup menarik dibahas sepanjang kisah ini “mengapa aku adalah aku”. Pertanyaan yang kedengarannya sangat sederhana ini sukses membuat saya berpikir ulang siapa “aku” dan apa “aku” ini. Kenyataannya kita cenderung  berharap menjadi orang lain dan ingin menjalani hidup orang lain. Dan apakah memang menyenangkan menjalani kehidupan orang lain itu. Pertukaran jati diri di antara kedua  tokoh utama Hoja dan budaknya yang terjadi di sepanjang kisah, diungkapkan dengan cara yang unik dan membuat pembaca bertanya-tanya apakah menjalani kehidupan orang lain memang bisa membuat kita bahagia. Mengapa aku adalah aku dan mengapa aku bukan kamu.
Oh iya, sampul buku ini entah mengapa membuat saya bingung mendefinisikannya. hehehhehehe
 

0 komentar: