Aku hanya ingin menulis,  menulis tentang segala hal yang ingin aku tulis, meski kadang merangkai kata nan indah seperti kebany...

Tulisan-Tulisan Kebingungan


           Aku hanya ingin menulis,  menulis tentang segala hal yang ingin aku tulis, meski kadang merangkai kata nan indah seperti kebanyakan sastrawan sangat mustahil bagiku, apa lagi meyusun kata sistematis dengan bahasa ilmiah yang memahaminya kadang kala membutuhkan untuk membuka kamus besar bahasa indonesia dulu. Saya senang membaca, membaca banyak hal yang ingin saya baca, membaca apapun yang menurut saya layak di baca, tapi kadang kala dengan banyak membaca malah semakin membuat saya banyak bingung bukan saja dari apa yang terkandung dari dalam tulisannya, sistematika penulisan dan penggunaan kata-kata dengan bahasa yang sangat ilmiah, modernis atau bahasa-bahasa hanya golongan tertentu saja yang mempu memahaminya membuatku merandang ketika membaca tulisan-tulisan seperti itu, bukan mengkritk para penulis dengan gaya bahasanya, tapi lebih karena kesedihan saya yang kurang mampu memahami pesan-pesan dakwah dalam tulisan-tulisan seperti itu, aku juga senang dan sangat ingin berdakwah, menyampaikan sedikit kebaikan dari al-Qur,an ataupun Hadits, tapi aku juga bingung dengan metode dakwah yang tepat untukku, bagaimana tidak untuk bicarapun kadang masih belepotan apa lagi ngomongin Al-Qur,an. lain lagi dengan kawan saya, mereka sangat senang diskusi, mendiskusikan banyak hal, memperdebatkan banyak hal bahkan sampai mengkultuskan pendapat pribadi yang menurut saya kadang kala bersumber dari keegoisan dan pendapat paling bener sendiri, saya kurang suka diskusi, bukan karena saya kurang mampu merangkai kata nan indah menjadi suatu bait-bait argumen yang bisa mematahkan pendapat-pendapat yang lain, lebih dari itu saya merasa kurang bisa menangkap pesan-pesan dakwah yang dihasilakan dari proses diskusi berkepanjangan yang kadang kala menguras hati dan pikiran.saya merasa kurang bisa memahami kebaikan dan kebenaran yang diperoleh dari hasil diskusi panjang, alot dan memanas, lagi-lagi bukan karena metode diskusi yang salah, tapi kembali pada diri saya pribadi atau sebagian manusia pada umumnya yang memiliki kecenderung sifat egois dalam dirinya.
    Beberapa hari ini saya fokus membaca sebuah buku yang mengupas tentang sjarah dari sudut yang berbeda, kembali aku mendapati diriku dalam kebingungan, pertanyaan mengapa dan kenapa semakin banyak saja menyumbat otak yang ukurannya tak seberapa ini, mengapa sejarah yang saya dapatkan di bangku sekolah sangat bertentangan degan bukti-bukti yang dipaparkan penulis dalam buku yang saya baca itu. Bingung, kata itulah yang sangat tepat menggambarkan keadaan saya dan sebagian orang pada umumnya, saya hanya ingin berusaha menjadi baik, baik dalam kaca mata agama dan baik dalam kaca mata keluarga, tapi lagi-lagi kata bingung sangat tepat menggambarkan kondisinya, lihat saja sekarang ini , begitu banyak kebingungan menyelimuti mata-mata kita rakat-rakyat biasa, kebaikan dan keburukan seakan-akan adalah suatu yang abstrak untuk di gambarkan, kebaikan dan keburukan sepertinya hanya milik mereka yang berkuasa, mereka dengan gampanganya menentukan apa-apa saja yang baik dan yang mana-mana saja yang buruk. Yang baik bisa saja berubah menjadi buruk begitupun sebaliknya. aku semakin bingung ketika seseorang yang menurut saya adalah penjahat negara di daulat menjadi seorang pahlawan nasional sedangkan  ulama-ulama yang memperjuankan kebenaran di cap teroris dan itu buruk kata mereka dan kita harus mengikutinya,
  ah, kuputuskan saja untuk tidak mempedulikan hal-hal itu agar aku terbebas dari kebingungan-kebingungan aku memilih untuk belajar agama saja, sesuatu yang menurut saya bisa lebih menentramkan hati, tapi lagi-lagi kudapatai diriku dalam kebingungan, bagaimana tidak, kudapati ulama-ulama  bertebaran dimana-mana, di acara-acara tv, di iklan-iklan sinetron, atau di santapan gosip ibu-ibu tetangga saya, saya semakin sukar membedakan antara ulama, artis atau pelawak. pernah suatu kali saya mengikuti kajian islam salah seorang ulama karismatik saya sangat tergugah dengan ceramahnya dan menurut saya itu benar dan masuk akal, tapi beberapa hari setelahnya aku ikut ngaji dengan ustad yang berbeda dan ini sungguh semakin membuat saya bingung. dholl, sesat, bid'ah atau apalah begitulah menurutnya si ulama sebelumnya, begitupun ulama C, ulama D, ulama E dan Ulama-ulama lain yang saling tuding dan klaim mengkliam, bid'ah membid'ah kan, kafir mengkafirkan, aku semakin bingung dan kebingungan ini mungkin bukan saya aja yang merasakan.

"Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, tunjukilah kami jalan yang lurus, tunjukilah kami jalan yang lurus"

0 komentar: