Orang-Orang Baduy Dalam Aku hampir-hampir saja melupakan kesenangan corat-coret di walk blogku ini. Diklat berbulan-bulan ini sunggu...

Baduy Dalam: Perjalanan Kembali ke Alam

Orang-Orang Baduy Dalam
Aku hampir-hampir saja melupakan kesenangan corat-coret di walk blogku ini. Diklat berbulan-bulan ini sungguh membuatku jenuh, rutinitas yang dulu sangat kutakutkan akhirnya harus kujalani, kutelan bulat-bulat. Aku akhirnya terjebak dalam rutinitas dunia kerja yang monoton itu. Sesuatu yang dulu sangat kuhindari. Pilihanku untuk terus menerus menjadi manusia bebas akhirnya terbentur dengan banyak realitas yang menyakitkan.  Hidup kenyataannya bukan untuk diri kita sendiri. ada banyak hak-hak orang lain yang ikut ambil bagian dan harus ditunaikan, yang patut kusadari sekarang adalah semoga di jalan ini orang tuaku ridho padaku dan akhirnya juga membuat Tuhanku ridho padaku.

**********

Rasanya sudah lama sekali saya tidak melakukan perjalanan-perjalanan panjang yang menyenangkan. Terakhir kemarin perjalanan yang menyenangkan beberapa bulan yang lalu ke Dieng Palteu, Negeri pada dewa. tempat yang sangat indah.  Hari ini aku akhirnya kembali menemukan  kebebasanku. terkungkung ditempat diklat berbulan-bulan membuatku seperti menjadi sampah tak berguna. 

Sabtu pagi di satisun tanah abang, saya berdiri cemas menunggu teman trip yang juga belum terlihat batang hidungnya. Dari 10 orang yang berjanji akan mengikuti trip ini, baru 4 orang yang terlihat batang hidungnya. Pada detik-detik terakhir sebelum kereta berangkat barulah kami semua akhirnya berkumpul, kebiasaan ngaret orang Indonesia. Hehhehe.

5 menit lagi kereta yang akan mengantarkan kami ke stasiun Rangkas Bitung akan berangkat, kami baru saja memasuki gerbong 6. Ada Kang Deden dan Teh Sapta yang akan menjadi tur leader kami. Ada Mbak laila, Nur, Bang Sugeng, Mbak Rini dan beberapa nama lain yang tidak semuanya sempat kuingat. Perjalanan menuju Baduy dalam bermula dari stasiun Rangkas Bitung. Dari sini kita akan menuju desa Baduy luar. Kira-kira 1,5 jam perjalanan dengan transfortasi umum. Dari desa Baduy Luar ini kita memulai perjalanan menuju Baduy dalam. mendaki gunung melewat lembah, sungai mengalir indah ke samudra (hey ninja hatori). ehhehehheheh

Kami melewati beberapa aliran sungai-sungai kecil berair jernih, juga ladang-ladang penduduk yang baru saja di bersihkan, bekas sisa lahan terbakar masih begitu jelas, asap tipis masih terlihat di mana-mana. Juga sebuah danau yang tenang dikelilingi pohon nipa. Kami juga melewati beberapa perkampungan penduduk Baduy luar. anak-anak kecil malu-malu mengintip dari balik pintu beberapa terlihat berlari-lari kecil bermain di halaman rumah yang tak begitu luas. Tempat ini begitu tenang, begitu damai.  Pohon-pohon tua menjulang tinggi, dahannya menggantung rapuh. Udara pegunungan yang bersih.

Kami berjalan hampir 4 jam lamanya,  awalnya kupikir perjalanan menembus Baduy dalam ini hanya seperti perjalanan menemukan Sempu Segaraanakan di tengah pula di sendang biru Malang itu. ternyata aku keliru, perjalanan menemukan desa Baduy dalam ini sama saja seperti perjalanan menuju puncak gunung dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl beberapa kali kami harus melewati tanjakan yang tidak bisa dibilang mudah. melelahkan.

Kami akirnya menginjakkan kaki di desa Baduy dalem tepatnya di desa Cibeo, salah satu
perkampung baduy dalam.  Demograpi desanya hampir mirip dengan desa-desa Baduy luar sebelumnya. Rumah-rumah dengan ukuran yang hampir sama,  berjejer rapi. rumah pu'un (sebutan untuk kepala suku) telihat lebih mencolok dipojokan sendiri. Penduduk desa menyambut kami begitu ramah. tersenyum sopan. kami menginap di rumah salah satu penduduk desa yang juga sebagai guide kami dari desa Baduy luar tadi. Aku suka tempat ini, rumah-rumah tua, perkampungan tua dikelilingi hutan-hutan yang tak kalah tuanya, dengan pohon-pohonnya yang menjulang tinggi yang sama tuanya, hutan tua lusuh ini tampak begitu berbeda di bawah sinar matahari senja.

Suku Baduy telah mendiami tempat ini dari beberapa dekade yang lalu denganberbagai macam riwayat dan kisahnya. Saya tidak tahu, apakah aku harus menyarankan kalian harus berkunjung ke sini atau tidak. Bagiku tempat ini begitu berbeda  mengamati desa ini seperti mengamati paradoks sosoial yang begitu nyata. Entahlah, sesuatu berkecamuk di dadaku, antara miris, senang, syukur dan bahagia semuanya bercampur. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai suku Baduy, seperti halnya tidak banyak gambar yang bisa diabadikan di tempat ini.  Sudah cukup banyak literatur mengenai Suku Baduy ini. Saya hanya akan melihat dampak lain ketika suku ini akhirnya terkontaminasi. apa yang akan terjadi dengan suku ini. Aku takut, akhirnya tradisi yang mereka pertahankan selama ini perlahan-lahan akan luntur, bukankah kita meninggalkan modernitas untuk kembali ke alam.

Aku takut suatu hari nanti, karena mereka terlalu sering bersinggungan dengan moderintas akhirnya mereka terkontaminasi seperit Baduy luar, dan pada akhirnya akan seperti kami.  Saya takut tradisi yang telah terjaga beratus-ratus tahan lamanya ini akhirnya akan punah, dengan semakin banyaknya pengunjung, apakah mereka mampu bertahan, apakah mereka masih bisa untuk terus menerus berada di ruang isolasi itu.  Masih bisa terus menerus bertahan untuk tidak mengenakan alas kaki dan transportasi. Masih bisa bertahan untuk tidak tertarik menggunakan pakaian selain hitam putih yang selama ini mereka kenakan. Saya rasa 30-50 tahun ke depan tradisi suku ini perlahan-lahan akan punah.  Di satu sisi mungkin baik bagi mereka, tapi di sisi lain kita akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga itu. ironi.

Aku selalu menyukai perjalanan-perjalanan seperti ini, perjalanan mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi, melihat berbagai hal yang belum kuketahui. Aku berharap perjalanan-perjalanan seperti ini akan membimbingku untuk menemukan kebijaksanaan hidup, kedamaian pikiran, serta kesadaran akan realitas yang kasatmata maupun yang tidak yang selama ini selalu kucari.


8-9 Agustus 2015
bersama teman-teman dari Postualang

Kampung Baduy Luar


Kampung Baduy Luar


Wefie dengan orang baduy Dalam



0 komentar: